Cerita ini berjudul " Hilangnya sebuah kepercayaan Hidup " yang sengaja saya buat sedemikian mungkin sekedar untuk menghibur para pembaca yang setia, semoga tulisan saya ini bisa bekenan dihati para pembaca, sekian dan terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iis siti Maemunah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setahun lebih sudah Hana tingal dikota itu tapi belum juga bertemu dengan Si Gembul sampai pada suatu hari Hana mendengar percakapan dua wanita yang menyebut-nyebut, nama Guruh Suseno yang diperusahannya memerlukan karyawan baru untuk memasak dan mengantarkan makanan untuk setap-setapnya, dan telah didengarkannya pula sebuah alamatnya yang disebut oleh salah satu wanita tersebut, dicatatnya dalam ingatannya Hana alamat itu, karena Hana pun ingin sekali bertemu dengan sosok Guruh Suseno yang sangat berjasa bagi warga Bukit Putri.
Keesokan harinya Hana berangkat kesebuah alamat yang telah didengarnya, dengan berpamitan terlebih dahulu kepada bosnya, untuk pergi sebentar dengan alasan ada keperluan, dan bosnya mengijinkan Hana untuk pergi.
Sesampainya didepan sebuah kantor, Hana pengetuk sebuah pintu kaca, yang lantas ada yang membukakan pintu tesebut.
" Permisii, bisa numpang tanya ... ?.
Kata Hana.
" Mau.tanya apa ... ?.
Tanya seorang wanita yang membukakan pintu kaca tersebut kepada Hana, yang lalu Hana menanyakan tetang ada lowongan pekerjaan dengan alamat menunjuk kepada kantor tersebu.
" Oh iya ada silahkan masuk ?!.
Wanita itu mempersilahkan untuk masuk kepada Hana.
Singkat cerita Hana sudah menjadi pekerja sebagai tukang masak dan tukang cuci piring serta tukang pengantar makanan, dan Hana meiliki tempat tingal yang sudah disediakan oleh perusahaan secara kusus, kini Hana sudah memiliki gaji tetap dan tempat tingal yang tetap pula.
Hana merasa kerasan tingal ditempat tersebut selain kamarnya luas, kamar itu dilengkapi olah tempat tidur, kursi, tivi dan kamarmandi, dan tempat kerjanya pun hanya beberapa langkah saja dari tempat tingalnya.
Guruh yang sedang duduk dikursi meja kantornya, melihat pelayan yang sedang mengantarkan makanan kepekerja sekilas seperti ada bayangan sosok Hana yang lewat didepan pintu kantornya, Guruh sedikit agak terperanjat yang lalu mengejar bayangan Hana yang kini sudah tidak nampak lagi disitu.
Guruh menyuruh orang kepercayaannya untuk melihat data-data pelayan yang baru bekerja dikantin kantornya yang baru dibukanya, setelah data-datanya diambil lalu orang kepercayaan nya Guruh yang bernama Baron, menyerahkan data-data pegawai kantin tersebut, lalu dibacanya satu persatu namun tidak ada nama Hana didalam data pegawai kantin tersebut namun adajuga nama Hanori yang sebenarnya Hanori itu adalah nama Hana, mengambil dari nama belakang Ibunya Hanori
Genap enam bulan sudah Hana bekerja dikantin perusahannya Guruh dengan hari libur selalu berkeliling kota dan pergi kesebuah taman, ditaman nampak ada acara joget bersama karena ada organ tunggal digelar, Hana kebetulan suka sekali menyanyi dan sering mendengarkan sebuah lagu disiaran radio-radio, maka dari itu hana hapal betul dengan beberapa lirik lagu, Hana menghampiri pemandu lagu sambil berkata.
" Apa boleh saya ikutan nyanyi ... ?.
Begitu kata hana.
" Oh boleh ... boleh ... silahkan ... !.
Begitu ucap si pemandu lagu sambil memberikan micknya kepada Hana.
" Mau nyanyi lagu apa tanya masing piano ... ?.
lantas Hana menyebutkan dua judul nama lagu dan Hana akan bernyanyi dua lagu berturut-turu.
Dengan diringi lagu yang dibawakan oleh Hana, para penjoget asik dengan jogetannya, ditengah tengah hiruk pikuknya kebisingan taman lagu Hana didengar oleh seorang produser lagu Sandi nama produser lagu itu. Lantas seusai Hana menyanyi Sandi menghampiri Hana.
" Suaramu bagus, boleh kenalan ... ?!.
Tanya Sandi ke Hana.
" Boleh ... !.
Kata Hana sambil menerima uluran tangan Sandi ber jabatan tangan.
" Tingal dimana ... ?.
Tanya Sandi lagi.
" Dijalan terusan dekat sini ko, tidak jauh ... !.
Jawab Hana sambil tangannya menunjuk kesebuah arah.
" Begini, euh, suaramu kan bagus, mau gak kalau kamu rekaman, saya kebetulan mempunyai beberapa lagu baru dan kebetulan belu menemukan orang yang cocok untuk membawakan lagu-lagu tersebut gimana, kamu mau jadi penyanyi ... ?.
Tanya Sandi menawarkan jasa.
" Tentu saja saya mau, apakah ada bakat pada diri saya, sehinga anda menawari rekaman lagu buat saya ... !.
Begitu Hana merasa senang atas tawaran yang diberikan Sandi kepadanya, Sandi mengangukan kepala sambil tersenyum.
Dari situ Hana dan Sandi selalu berhubungan lewat telepon, setelah janji kesepakatan kontrak kerja ditanda tangani, Hana pun keluar dari pekerjaannya yang hanya sebagai pekerja dikantin itu.
Hana kini tingal disebua kosan besar dengan perabotan komplit yang semua itu telah diberikan oleh Sandi untuk Hana tempati, sebagai sebuah sarana untuk anak buahnya.
Hana sudah memulai merintis pekerjaannya sebagai penyanyi pop maupun dangdut melayu, Hana terhitung orang yang cerdas untuk menyanyikan lagu-lagu dia cepat hapal dan cepat mengerti kepada beberapa lirik lagu-lagu, sehinga membuat Hana bisa cepat memproduksi lagu-lagunya dengan cepat lewat rekaman setu dio.
Berpacu dengan waktu hari-hari terus melaju seperti Guruh, Angi juga Hana yang berjalan dengan pekerjaannya masing-masing, seperti air yang mengalir tertimpa hujan yang makin lama semakin membesar alirannya, begitu juga dengan pekerjaannya mereka yang terus semakin melejit.
Terdengar oleh Telinga Guruh tetang adanya sebuah kabar tetang sosok penyanyi yang penampilannya sederhana namun dia sangat cantik sekali, Guruh penasaran dengan adanya gembar gembor kabar itu lalu Tito membeli sebuah kaset rekamannya Hana yang terpampang dibungkusan kaset tersebut, nama penyanyi dan gambarnya, terpampang sebuah nama Hanori dibungkusan kaset tersebut dengan wajah yang tak asing bagi Guruh.
"Hana ... ?!. Seru Guruh seperti tidak percaya kepada apa yang telah dilihatnya, apakah benar Hana atau bukan.
Bergegas Guruh hendak pergi KeBukit Putri untuk menanyakan tentang nama Hana yang asli dan akan memperlihatkan juga tetang kaset itu kepada Bapa Karta dan Ibu Utami.
Sesampainya dirumah Pak Karta ketika Guruh hendak masuk kerumah tersebut, baru sampai ketepi pintu yang terbuka Tito melihat Pak Karta dan Ibu Utami sedang duduk dikursi tamu, yang sepertinya sedang berbincang-bincang dengan seorang tamu perempuan, begitu pikir Guruh pada waktu itu.
" Permisi ... ?!. Kata Guruh sambil mengetuk pintu.
Serentak Pak Karta dan Ibu Utami beserta seorang perempuan yang lagi duduk dikursi tamu itu menoleh kearah Guruh
" Hana ... ?. Guruh menyebut nama Hana ketika melihat wajah seorang perempuan yang sedang duduk dikursi tamu tersebut.
" Gembul... ?. Hana menyebut nama Guruh dengan sebutan Gembul.
Ternyata perempuan itu tiada lain adalah Hana.
" Gembul ... ?!. Begitu pangil Hana kepada Guruh sambil terus bangkit dari tempat duduknya dan berlari kearah Guruh yang langsung tangan Hana merangkul tubuh Guruh yang disambut oleh tangan Guruh juga dengan sebuah pelukan pelepas rasa rindu.
Kedua anak gadis dan seorang pemuda ini melepas rasa kangennya, karena keduanya yang selalu saring mencari satu sama lainya karena, yang sudah barang pasti pas saling ketemu rasa senangnya timbul tidak kepalang.
B e r s a m b u n g.