Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hantu Yang Menggoda
Ini adalah hari kedua Vanya datang ke kantor menggunakan masker dan kaca mata hitam.
Dia juga sudah dua hari tidak meminum kopi di mini cafe langganannya. Apa lagi kalau bukan untuk menghindari Presdir Nath. Vanya mengedarkan pandangan ke kanan dan ke kiri. Semoga tidak bertemu batinnya.
Vanya akhirnya bisa bernafas lega setelah memastikan manusia yang sedang ia hindari tidak berada di lobby.
" Selamat pagi? " Sapa seorang pria dari balik punggungnya. Vanya hanya bisa terdiam mematung. Seluruh bulu kuduknya bergidik ngeri. Entahlah, bahkan seluruh tubuhnya seperti kaku karena beku meski matahari sangat hangat pagi ini.
Ma,matilah!
" Selamat pagi Vanya? " Sapaan ini berubah menjadi semakin dekat dengan telinganya, membuat Vanya ingin lari secepat mungkin. Bila mungkin, ia akan berlari dengan kekuatan cahaya.
" Se, se, se,selamat pagi Presdir Nath. " Jawab Vanya tanpa mengubah posisinya dan lari secepat mungkin.
Nathan hanya bisa menahan tawanya. Ini adalah untuk pertama kalinya, dia bertemu dengan wanita yang unik, Wanita yang selalu ingin lari darinya, Wanita yang selalu gugup tanpa alasan.
Vanya berlari hingga tak sadar jika ruang kerjanya sudah jauh terlewat.
" Huh...! huh....! huh.....! " Vanya memegangi kedua lututnya. Benar-benar sangat sial. Padahal kan sudah berhati-hati, Batinnya.
" Kita bertemu lagi. "
Vanya membulatkan matanya. Dia kan sudah lari sejauh mungkin? mana bisa suara itu tiba-tiba ada dibelakangnya?
Ja, jangan bilang, selama ini dia adalah hantu. Kenapa suaranya ada dimana-mana?
Vanya menegakkan tubuhnya dan memutar tubuhnya dengan tatapan berani.
Harus dihadapi. Kalau tidak, otakku akan terus berhalusinasi. Orangnya masih hidup tapi kenapa menghantuiku?!
Awalnya Nathan tersenyum melihat Vanya yang begitu lucu. Tapi tiba-tiba, senyum itu menghilang saat Vanya berbalik arah untuk menatap nya. Tatapan yang terlihat marah batin Nathan.
" Kau! tidak berhak menghantuiku. Memang kau siapa?! kenapa suaramu ada dimana-mana?! aku tidak takut padamu, Kalau kau menghantuiku terus, aku akan mencekik mu sampai mati meskipun kau sangat tampan. Aku tidak akan mengampuni mu! dasar kurang ajar! meskipun wajahmu sangat menggoda, kau tidak memiliki hak untuk menghantuiku, Itu bukan salahku! Itu salah milikmu yang bereaksi padaku! " Ucap Vanya yang begitu lantang. Wajahnya benar-benar sangat berani. Nathan mengerutkan alisnya, dia bingung dengan apa yang Vanya katakan.
" Nath, rapat akan,- " Lexi menghentikan langkahnya saat mata yang tadi sibuk memeriksa jadwal beralih ke arah Nath. Lexi hanya bisa menatap Vanya dan Nathan bergantian.
" Apa yang sedang tanganmu lakukan? " Tanya Lexi yang dibuat bingung melihat posisi tangan Vanya seperti ingin mencekik Nathan.
" Hah?! " Vanya melihat tangannya sendiri. Dia benar-benar tidak percaya ini. Dengan cepat dia menurunkan tangannya. Entah sudah semerah apa wajah Vanya saat ini. Malu, benar-benar sangat malu.
Kebodohan ku memang tidak ada duanya.
" Baiklah. Kita lanjutkan yang tadi nanti ya? aku harus rapat sekarang. " Ucap Nathan. Tangannya menyentuh kepala Vanya sebelum beranjak pergi memasuki lift.
Aku memang gila, Tapi dia lebih gila!
Vanya terperangah tak percaya sembari memegangi puncuk kepala bekas sentuhan dari Nathan. Matanya melihat ke lift yang belum tertutup sempurna, Ada senyum yang tertinggal dibibir Nathan sebelum pintu itu tertutup sempurna.
A, aku sangat takut, Itu senyum macam apa?
Vanya menepuk-nepuk wajahnya agar menyadarkan otaknya. Mulai dari hari ini, dia kan datang kekantor lebih pagi lagi. Tentu saja untuk menghindari Nathan yang sudah seperti hantu gentayangan. Ada dimana-mana.
Setelah rapat usai, Nathan kembali ke ruangannya. rapat kali ini benar-benar menguras otaknya. Nathan menyenderkan kepalanya di senderan kursi. Lagi dan lagi. Wajah Vanya muncul dipikirannya. Dia tersenyum hingga cekikikan sendiri mengingat kejadian tadi pagi. Hantu? dia menganggap aku hantu? dia juga bilang aku tampan dan menawan dengan ekspresi marah. Vanya, aku akan gila jika tidak bisa mendapatkan mu.
" Nath? "
Nathan menatap ke arah sumber suara. Suara yang amat familiar di telinganya. Suara yang selalu mengisi hari-harinya dengan omelan-omelan khas Ibu-ibu.
" Ibu? " Nathan bangkit dari posisinya untuk memeluk Ibunya. " Ibu ada apa?
" Ibu datang bersama Gaby. " Ucap Ibu sembari menepuk pelan punggung putera satu-satunya itu.Nathan mengendurkan pelukannya. Gaby masuk keruangan dengan membawa senyum diwajahnya.
" Duduklah. " Nathan mempersilahkan untuk duduk di sofa khusunya untuk Ibunya.
" Apa yang membuat Ibu sampai kesini? " Tanya Nathan yang mulai terlihat kesal semenjak kehadiran Gaby. Apalagi sekarang mereka duduk berhadapan. Rasanya benar-benar ingin menyeret Gany keluar dari ruangannya.
" Ibu ingin membicarakan tentang pernikahan kalian. Ibu ingin, "
" Ibu, aku tidak pernah bereaksi tentang pernikahan yang Ibu maksut, apa Ibu tahu alasannya? "
" Apa? apa yang kau bicarakan Nath? "
" Ibu, aku tidak pernah menyetujui pernikahan ini. "
Kalimat yang sangat tidak ingin Gaby dengar, akhirnya terdengar juga. Hatinya sakit meski ia juga sudah menduganya.
" Nath, usiamu sudah tiga puluh tahun. Sudah saatnya kau menikah. Gaby adalah orang yang sudah lama kita kenal. Dia juga dari keluarga terhormat. Apa salahnya? "
Nathan tersenyum mendengar kalimat Ibu yang menggelitik baginya.
" Aku tidak akan menikah hanya karena usiaku. "
" Nath, cobalah untuk memahaminya. Ibu ingin yang terbaik untukmu. "
" Tidak! "
" Nath! "
Nath menghela nafas untuk mengontrol emosinya yang sudah mulai terpancing.
" Bu, aku bisa memilih Istri untukku sendiri. "
" Tidak! kau tidak boleh. "
" Ibu, kau bebas mengatur tentang hidupku. Tapi tidak dengan hal ini. Aku sudah memiliki seseorang. " Nada suara Nath melembut untuk mengimbangi Ibu yang mulai emosi.
" Apa kau ingat? beberapa tahun yang lalu? kau begitu keras kepala karena seorang wanita. Kau sendiri juga tahu apa akibatnya kan?! "
" Tentu saja, Karena aku lah yang melaluinya. "
" Ambilah pelajaran dari kejadian itu Nath. "
" Tentu saja. "
" Bagus kalau kau mengerti sekarang. "
" Iya. Aku mengerti sekarang. Aku pastikan, wanita pilihanku kali ini, tidak akan melakukan hal buruk padaku. "
" Nath! bukan itu maksud Ibu! "
" Maaf Bu. Aku tidak mau mengerti maksud Ibu. "
" Kau sangat keterlaluan Nath! "
" Tentu saja. Karena aku, adalah anakmu. "
" Diam! "
Nath langsung menutup bibirnya serapat mungkin.
Ibu meraih kipas dari tasnya dan menggibaskannya. Berbicara dengan Nath membuat emosinya memuncak dan meninggalkan hawa panas di wajahnya.
" Dengar, pernikahanmu akan dilaksanakan bulan depan. " Ibu kembali memulai pembicaraannya lagi.
" Aku akan meminta Ayah yang menjadi mempelai prianya. " Ucap Nathan dengan wajah datar.
Gaby mengepalkan tangan kuat, dan semakin kuat seiring Nathan berucap. Tiap kata yang keluar dari mulutnya hanyalah penolakan tidak ada yang lain.
" Kau gila ya?! aku adalah istrinya. "
Nathan tersenyum menatap Ibu yang begitu kesal.
" Benar, Ibu adalah istri, Pasti sangat menyakitkan jika pasangan kita menikah dengan orang lain. Maka dari itu, aku tidak bisa menikahi Gaby. Aku tidak tega melukai hati wanitaku. "
" Apa?! " Ibu dan Gaby menatap Nath dengan tatapan yang seolah menuntut kebenaran.
" Ibu maaf, apapun yang Ibu katakan, aku tidak bisa menikah dengan Gaby. Aku tidak tega menyakiti perasaan wanitaku. "
" Hentikan omong kosong mu! "
Nathan tersenyum sembari mengendurkan dasi dan membuka beberapa kancing. Ibu dan Gaby hanya bisa menatap heran atas apa yang dilakukan Nathan.
" Lihat ini. " Nathan menunjukan bekas gigitan Vanya yang masih berbekas dilehernya.
To Be Continued.