NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Tersiksa

Pembalasan Istri Tersiksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor jahat / Menantu Pria/matrilokal / Penyesalan Suami / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

MONSTER KEJAM itulah yang Rahayu pikirkan tentang Andika, suaminya yang tampan namun red flag habis-habisan, tukang pukul kasar, dan ahli sandiwara. Ketika maut hampir saja merenggut nyawa Rahayu di sebuah puncak, Rahayu diselamatkan oleh seseorang yang akan membantunya membalas orang-orang yang selama ini menginjak-injak dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penderitaan Rahayu

Gigil itu bukan lagi sekadar getaran otot, melainkan tusukan ribuan jarum es yang menembus hingga ke sumsum tulang. Rahayu meringkuk seperti janin di atas aspal yang kasar. Air hujan yang tumpah dari langit seolah membawa beban ribuan ton, menghantam tubuh ringkihnya tanpa ampun. Setiap kali guntur menggelegar, jantungnya berdenyut nyeri, namun kesadarannya tetap ia jaga sekuat tenaga. Ia tidak boleh mati di sini setidaknya belum saat ini.

​Di kejauhan, di balik kaca pos paviliun, dua satpam suruhan Bu Citra.ibu mertuanya yang sama kejamnya dengan Andika hanya mematung. Mereka menyesap kopi panas, uapnya terlihat samar dari kejauhan, kontras dengan kondisi Rahayu yang sedang bertaruh nyawa melawan hipotermia.

Mereka melihatnya sebagai tontonan, sebuah hiburan di malam yang membosankan. Bagi mereka, Rahayu hanyalah barang rongsokan yang kebetulan masih memiliki napas.

​"Satu jam lagi... bertahanlah satu jam lagi," bisik Rahayu pada dirinya sendiri. Suaranya hilang ditelan deru angin. Kulitnya yang semula pucat kini membiru, bibirnya pecah-pecah karena kaku.

Namun, di dalam rongga dadanya, api dendam membakar lebih panas daripada api mana pun. Setiap detik kedinginan ini akan ia tukar dengan air mata darah dari mereka yang menertawakannya malam ini.

​Fajar menyingsing dengan warna abu-abu yang suram. Sisa-sisa hujan masih menetes dari dedaunan saat pintu ganda mansion yang megah itu akhirnya terbuka. Bunyi klik kunci yang diputar terdengar seperti lonceng kematian yang bergema di telinga Rahayu yang setengah sadar.

​Andika melangkah keluar lebih dulu, mengenakan jubah mandi sutra yang mewah, seolah ingin memamerkan kenyamanan yang ia miliki. Di belakangnya, Lilis mengekor dengan wajah penuh kemenangan,

sementara Bi Nina dan Bi Sari dua pelayan senior yang selama ini bersikap netral namun cenderung memihak pada siapa yang memegang uang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi, membawa nampan sarapan dan peralatan pembersih.

​Mereka semua berhenti tepat di depan sosok Rahayu yang sudah tidak berdaya. Tubuh Rahayu bersimbah lumpur, rambutnya yang panjang lengket menutupi wajahnya yang seputih kapas.

Ia terlihat seperti onggokan sampah di depan istana megah itu.

​Andika mendekat, ujung sandal mahalnya menyentuh pundak Rahayu yang gemetar hebat.

"Bangun, Istriku tercinta," ucap Andika dengan nada sarkasme yang kental.

​Rahayu mencoba menggerakkan jemarinya, namun sendi-sendinya terasa seperti disemen. Nyeri yang luar biasa menjalar dari punggung hingga ke ujung kaki. Napasnya pendek-pendek dan panas.tanda bahwa demam hebat sedang mengamuk di dalam tubuhnya. Dengan susah payah, ia mengangkat kepalanya sedikit. Matanya yang buta menatap kosong ke arah suara Andika.

​"

Gimana? Rasanya masuk angin enak, kan? Segar?" tanya Andika sambil tertawa kecil. Lilis ikut terkekeh di belakang, sebuah tawa yang terdengar sangat menjijikkan di telinga Rahayu.

​Plak!

​Satu tamparan keras kembali mendarat di pipi Rahayu yang sudah beku. Tamparan itu tidak lagi terasa sakit seperti biasanya, karena seluruh wajah Rahayu sudah mati rasa. Namun, hentakan itu cukup untuk membuat keseimbangan Rahayu yang sudah tipis menghilang sepenuhnya.

​"Itu supaya kamu sadar kalau rumah ini punya aturan, dan aturannya adalah saya!" bentak Andika.

"Sekarang bangun! Jangan akting jadi gelandangan di depan rumah saya sendiri!"

​Rahayu mencoba membuka mulut untuk membalas, namun yang keluar hanyalah erangan lirih yang terputus. Dunia di sekelilingnya mulai berputar. Suara tawa Lilis dan hardikan Andika perlahan menjauh, berubah menjadi dengungan statis yang panjang.

Kesadaran Rahayu menyerah pada rasa sakit yang meluap. Tubuhnya ambruk, kepalanya terkulai ke samping di atas aspal dingin. Ia pingsan.

​Melihat Rahayu yang tak lagi bergerak, tawa Andika terhenti. Ada sedikit gurat kecemasan di wajahnya, bukan karena rasa kasihan, melainkan karena ia takut jika Rahayu mati sekarang, ia akan kehilangan "objek" untuk melampiaskan egonya.

Lagipula, jika polisi datang karena ada mayat di depan rumahnya, itu akan merusak reputasi bisnisnya.

​"Sialan, perempuan lemah!" umpat Andika.

"Lilis, Bi Sari, bantu saya!"

​Andika membungkuk, menyambar tubuh Rahayu yang terasa sangat panas karena demam tinggi, namun sekaligus dingin di permukaan kulitnya. Ia menggendong Rahayu dengan kasar, tidak ada kelembutan dalam pelukannya.

Ia membawa tubuh itu masuk ke dalam rumah, menaiki tangga marmer menuju kamar Rahayu yang terpencil di sudut lantai atas.

​Sesampainya di kamar, Andika menghempaskan tubuh Rahayu ke atas ranjang tanpa mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Kasur yang bersih itu seketika menjadi kotor oleh lumpur dan air hujan.

​"Ambilkan tali jemuran di gudang bawah. Cepat!" perintah Andika pada Lilis.

​Lilis berlari kecil dan kembali beberapa menit kemudian dengan gulungan tali nilon yang kasar. Bi Nina dan Bi Sari hanya berdiri di ambang pintu, saling berpandangan dengan rasa ngeri yang mulai tumbuh, namun mereka terlalu takut untuk menginterupsi kegilaan majikan mereka.

​Andika menarik kedua tangan Rahayu yang terkulai lemas. Dengan gerakan beringas, ia memposisikan tangan Rahayu ke arah atas, melewati kepala, dan menariknya menuju tiang kayu ukiran yang menjadi bahu ranjang.

​"Kamu pikir setelah pingsan masalah selesai? Gak, Rahayu. Kamu harus tetap di sini sampai aku bilang kamu boleh pergi," desis Andika sambil menyimpul tali itu dengan kencang.

​Lilitan tali itu menekan pergelangan tangan Rahayu yang kurus, menghentikan aliran darah hingga kulitnya memerah dan membengkak. Kedua tangan Rahayu kini terikat kuat pada bahu ranjang dalam posisi merentang ke atas. Tubuhnya yang menggigil karena demam kini terperangkap, tidak bisa bergerak bebas bahkan dalam tidurnya yang tak sadar.

​"Tuan... apakah tidak sebaiknya dipanggilkan dokter? Badannya sangat panas," bisik Bi Nina memberanikan diri.

​Andika menoleh dengan tatapan tajam yang membuat Bi Nina langsung menunduk.

"Dia tidak butuh dokter. Dia cuma butuh pelajaran. Biarkan dia di sini. Jangan ada yang berani melepas talinya atau memberinya makan tanpa izin saya. Lilis, kamu awasi mereka."

​"Baik, Tuan," jawab Lilis dengan senyum puas.

​Andika menatap Rahayu untuk terakhir kalinya sebelum keluar dari kamar. Ia merasa telah memenangkan peperangan ini. Ia merasa telah merantai singa yang mencoba mengaum di rumahnya. Namun, Andika tidak menyadari satu hal. Rahayu yang sedang pingsan dan terikat itu bukanlah mangsa yang kalah.

​Di dalam alam bawah sadarnya yang dipenuhi kabut demam, Rahayu sedang memetakan setiap inci rasa sakit ini ke dalam memori dendamnya. Setiap gesekan tali di kulitnya, setiap tamparan, dan setiap tetes air hujan semalam adalah bahan bakar yang akan meledakkan mansion itu suatu saat nanti.

​Andika menutup pintu kamar dan menguncinya dari luar, meninggalkan Rahayu dalam kegelapan, terikat pada ranjangnya sendiri seperti tawanan di penjara yang paling kejam.

Di luar, cuaca masih mendung, seolah langit sedang mempersiapkan badai yang jauh lebih besar badai yang tidak akan menyisakan satu pun dari mereka yang merasa menang hari ini.

​Rahayu bernapas dengan berat, uap panas keluar dari bibirnya yang membiru. Dalam ketidaksadarannya, jemari tangannya yang terikat mencoba mengepal. Satu pesan yang terpatri dalam benaknya. Rasa sakit ini adalah harga yang murah untuk kehancuran totalmu, Andika.

BERSAMBUNG

1
Ariany Sudjana
ini ga ada ceritanya gimana agung bisa menemukan Rahayu? tahu-tahu Rahayu sudah sadar dari koma
Ariany Sudjana: maksudnya saya gimana mulanya sampai agung ketemu Rahayu? kan Rahayu dibuang ke sungai, yang katanya banyak buaya, apa pas agung lewat, jadi ditolong sama agung? atau gimana? itu yang saya masih ga ngerti, tahu-tahu Rahayu bangun dari koma
total 2 replies
Anonymous
makin seru thor pembalasan dendam dimulai
Ara putri
semangat nulisnya kak.
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB🙏
Ariany Sudjana
semoga ada yang datang menyelamatkan Rahayu dan pak Rio
Ariany Sudjana
he citra kamu beneran yah iblis berwujud manusia, sudah jelas kamu salah, masih juga mau berkelit dan mau membunuh pak Rio, jangan coba-coba kamu yah citra. sudah pa Rio bawa saja semua orang yang terlibat dalam penganiayaan Rahayu, biar hukum dunia bawah yang bertindak
Anonymous
makin gregetan thor
Ariany Sudjana
mampus kalian Andika dan citra, siap-siap saja kalian menghadapi papanya Rahayu
Anonymous
apa yg akan terjadi selanjutnya😍
Anonymous
seruu
Anonymous
mkin seru👍
Anonymous
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!