Ariel tak menyangka pernikahannya dengan Luna, wanita yang sangat dicintainya, hanya seumur jagung.
Segalanya berubah kala Luna mengetahui bahwa adiknya dipersunting oleh pria kaya raya. Sejak saat itu ia menjelma menjadi sosok yang penuh tuntutan, abai pada kemampuan Ariel.
Rasa iri dengki dan tak mau tersaingi seolah membutakan hati Luna. Ariel lelah, cinta terkikis oleh materialisme. Rumah tangga yang diimpikan retak, tergerus ambisi Luna.
Mampukah Ariel bertahan ataukah perpisahan menjadi jalan terbaik bagi mereka?
Ikuti kisah mereka hanya di sini;👇
"Setelah Kita Berpisah" karya Moms TZ bukan yang lain.
WARNING!!!
cerita ini buat yang mau-mau aja ya, gaes.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15#. Dilema
Ariel terdiam melihat reaksi Dian. Dia kini juga merasa bimbang dan dilema. Di satu sisi, dirinya sangat mencintai Luna dan ingin melakukan apapun untuk mendapatkannya kembali. Akan tetapi, di sisi lain dia juga merasa permintaan Luna sangat tidak masuk akal dan memberatkannya.
"Terus, kamu mau gimana sekarang? Beneran mau menuruti permintaan Luna?" tanya Dian dengan tatapan menyelidik.
"Entahlah, aku nggak tahu, Di. Tapi yang jelas, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaannya," jawab Ariel, tetapi terdengar jelas keraguan dari suaranya.
Dian menatap Ariel dengan pandangan prihatin. Ia merasa kasihan, tetapi ia tahu batasan yang harus dijaganya.
"Riel, aku tahu kamu sangat bucin sama Luna. Tapi kamu juga harus melihat dirimu sendiri, sekiranya kamu mampu apa nggak. Jangan sampai memaksakan diri," nasihat Dian dengan lembut.
"Kalau memang Luna mencintaimu juga, pasti dia akan menerima kamu apa adanya," sambungnya menegaskan.
Ariel mengangguk pelan. "Aku tahu, Di. Tapi aku nggak bisa membayangkan hidup tanpa Luna," jawabnya lirih.
Dian terdiam sembari menarik napas kasar. Namun, tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Eh, Riel. Aku ada ide, nih!" serunya dengan semangat.
Ariel menatap Dian dengan tatapan penuh tanya. "Ide apa?"
Dian tersenyum misterius. "Gimana kalau kita bikin giveaway besar-besaran? Hadiah utamanya satu set perhiasan! Pasti banyak yang ikutan, dengan begitu kita bisa mendapatkan banyak followers dan pelanggan baru."
"Nah, keuntungan dari penjualan itu bisa kita sisihkan untuk membeli berlian buat Luna. Bagaimana, kamu setuju, nggak?"
Ariel terkejut mendengar ide Dian. "Giveaway perhiasan? Kamu gila ya, Di? Dari mana kita mendapatkan perhiasannya, coba?"
Dian mengangkat bahunya. "Ya, kita cari sponsor lah, Riel! Atau kita patungan dulu. Nanti kan, bisa balik modal kalau giveaway-nya sukses," jawab Dian dengan penuh keyakinan.
"Kalau nggak sukses?" Ariel masih ragu dengan ide Dian. Namun, di sisi lain, dia juga merasa tertarik. Ide ini bisa menjadi solusi untuk masalahnya.
"Aku pikir-pikir dulu deh, Di. Ide kamu memang gila, tapi siapa tahu bisa berhasil," kata Ariel sambil tersenyum tipis. Dia merasa sedikit lebih optimis setelah mendengar ide Dian.
Mereka berdua kemudian menuju ruangan bagian belakang toko dan mulai membahas berbagai hal terkait bisnis mereka. Sambil memikirkan kemungkinan giveaway perhiasan, mereka tetap fokus pada pengembangan D'Style.
"Oh ya, Riel, live streaming kemarin itu, followers kita langsung naik drastis, loh!" seru Dian dengan antusias.
Ariel tersenyum tipis. "Iya, tapi malah jadi masalah sama Luna," gumamnya lirih.
Dian menepuk pundak Ariel. "Sudah lah, Riel, jangan dipikirkan lagi. Luna pasti ngerti kok, kalau kita cuma temenan."
Ariel menghela napas. "Aku juga berharapnya begitu."
Selanjutnya mereka berdua mulai fokus membahas strategi untuk lebih meningkatkan penjualan setelah live streaming yang viral itu. Ariel merasa sedikit terhibur dengan kesibukannya ini. Dia berharap, dengan bekerja keras, dia bisa melupakan kesedihannya dan membuktikan pada Luna bahwa dia bisa sukses. Dengan begitu dia bisa membelikan apa yang Luna minta dan keduanya akan kembali hidup bersama.
*
Kehidupan Ariel sekarang layaknya bujangan lagi. Seperti pagi ini, bangun tidur dia lekas mandi, lalu bersiap berangkat ke kantor. Untuk sarapan dia bisa beli sambil jalan menuju kantor.
"Wah, Riel! Kalau aku perhatikan sepertinya kamu sibuk banget sekarang," komentar Andre begitu mereka bertemu di lobi kantor.
"Ya begitulah. Aku memang lagi merintis usaha kecil-kecilan," jawab Ariel seadanya.
"Wuih, usaha apaan tuh?" Andre penasaran. "Padahal gaji kamu kan sudah lumayan, belum ada anak pula. Ditambah istri kamu juga kerja, tapi masih masih mencari usaha sampingan. Mantap!"
Ariel menarik napas panjang, sambil memejamkan mata, lalu mengembuskannya kasar. Wajahnya mendadak muram.
"Ada masalah apalagi kamu sama Luna? Tampaknya lebih berat dari yang sebelumnya? Aku siap mendengarkan jika kamu mau berbagi, Riel," kata Andre merasa prihatin, sembari menepuk bahu sahabatnya.
Ariel menggeleng lemah lalu dia menatap Andre dengan pandangan penuh keputusasaan.
"Aku... aku nggak tahu lagi harus gimana, Ndre," ucap Ariel lirih, suaranya bergetar. "Kamu tahu Dian, kan?"
"Dian, si manis itu, yang pakai hijab, kan?" tanya Andre ekspresi terkejut.
"Iya, saat itu aku nggak sengaja ketemu Dian di taman. Terus kita ngobrol panjang lebar, sampai akhirnya dia bersedia jadi mentor aku di bisnis clothing line online yang baru aku rintis, karena dia sudah pengalaman di bidang itu." Ariel mengawali ceritanya seraya menarik napas berat.
Sedangkan Andre mendengarkan dengan serius tanpa menyela.
"Aku berniat bikin kejutan pada Luna. Maksudku setelah bisnisku berkembang dan berhasil baru aku akan kasih tahu dia. Sayangnya, Luna tahu lebih dahulu dan malah menuduhku selingkuh dengan Dian." Ariel meraup muka kasar, dia terlihat frustasi.
"Apa kamu sudah menjelaskan pada Luna tentang hubungan kamu sama Dian?" tanya Andre kemudian.
"Berulang kali aku memberi penjelasan padanya, tapi Luna tetap pada pendiriannya dan sekarang dia pulang ke rumah orangtuanya," sahut Ariel.
"Aku mencoba membujuknya, aku berjanji akan selalu jujur padanya dan memperbaiki semuanya dari awal. Tapi...."Ariel menghentikan ucapannya.
"Tapi apa?" Andre penasaran.
"Luna... dia minta aku membelikannya satu set perhiasan berlian. Kalau nggak, dia nggak mau balik sama aku," sambung Ariel terlihat pasrah.
"Hah? Berlian?" Andre terkejut mendengar pengakuan Ariel. "Serius, Riel? Emang dia tahu harga berlian berapa?"
Ariel mengangguk lesu. "Dia tahulah, Dre. Makanya aku bingung, dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat."
"Gila! Luna bener-bener sudah berubah. Dulu kayaknya nggak gitu-gitu amat," komentar Andre. "Terus, kamu menyanggupinya?"
Ariel mengangkat bahunya, tampak tak berdaya. "Apa yang bisa aku lakukan selain menyanggupinya, Dre? Aku cinta banget sama Luna. Kamu kan, tahu sendiri bagaimana perjuanganku untuk bisa mendapatkan dia. Aku...aku nggak mau kehilangan dia, Ndre."
Andre menghela napas. Dia merasa kasihan melihat kondisi Ariel yang serba sulit.
"Riel, aku mengerti perasaan kamu. Cinta itu memang penting, tapi kamu juga harus realistis, jangan sampai kamu dibutakan oleh cinta. Kamu juga harus memikirkan dirimu sendiri," nasihat Andre bijak.
Ariel terdiam, merenungkan perkataan Andre. Dia merasa Andre benar, dia juga harus memikirkan dirinya sendiri, bukan hanya tentang Luna.
"Thanks ya, Dre. Kamu memang temen terbaikku," kata Ariel tulus.
Andre menepuk bahu Ariel lagi. "Sudah, nggak usah dipikirkan terlalu dalam. Lebih baik sekarang kamu fokus saja sama usahamu. Siapa tahu, dengan usahamu ini, kamu bisa membelikan berlian buat Luna," kata Andre.
"Tapi ingat, Riel. Jangan sampai kamu mengorbankan dirimu sendiri," pesannya.
"Jika memang terasa berat, lebih baik kamu lepaskan saja. Masih banyak wanita di sekitar kita yang lebih baik dari dia," lanjutnya mengingatkan.
Ariel mengangguk. Dia merasa sedikit lebih baik setelah berbicara dengan Andre. Dia merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalah yang membelenggunya.
.
.
.
.
Jangan lupa like dan komennya ya🤗
tapi seru 😂👍