NovelToon NovelToon
BAKSO KALDU CELANA DALAM

BAKSO KALDU CELANA DALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Selingkuh / Playboy / Penyesalan Suami / Mengubah Takdir
Popularitas:310
Nilai: 5
Nama Author: Mama Rey

Sri dan Karmin, sepasang suami istri yang memiliki hutang banyak sekali. Mereka menggantungkan seluruh pemasukannya dari dagangan bakso yang selalu menjadi kawan mereka dalam mengais rezeki.
Karmin yang sudah gelap mata, dia akhirnya mengajak istrinya untuk mendatangi seorang dukun. Lalu, dukun itu menyarankan supaya mereka meletakkan celana dalam di dalam dandang yang berisikan kaldu bakso.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TUYUL GEMOY

Sri benar-benar bergerilya mencari keberadaan kunci lemari Karmin. Dia terus menyisir seluruh ruangan rumahnya dengan seksama. Sekat demi sekat, bilik demi bilik, lubang demi lubang, hingga tikar demi tikar, dan dipan demi dipan. Semuanya tak luput dari ketajaman dan kejelian mata elang Sri yang memindai dengan sempurna.

"Asu, dia taruh di mana?" dengusnya dengan sebal.

Sri mengecek di bawah kolong, di bawah kasur, di atas lemari, di atas jendela, di setiap inchi rumahnya ia telisik, tapi hasilnya zonk.

"Karmin setan itu naruh kuncinya di mana ya? Apa iya dia bawa setiap saat? Masa iya dia kekepin setiap waktu?" Wanita itu mencebik gusar.

Sri hampir putus asa. Dia memilih untuk duduk di pintu ruang tengah seraya meraup sepoi-sepoi angin yang melaju kencang lewat jendela ruang tengah dan pintu dapur. Dia meluruskan kakinya seraya memijit lututnya yang linu. Kegemukan telah membuat tubuhnya mudah diserang oleh rasa lelah dan penyakit manula lain.

"Astaga, tubuhku ini benar-benar mirip tubuh jompo." Dia menggeleng heran melihat tubuhnya yang sebesar gapura kecamatan itu terduduk di pintu tengah dan memenuhi jalan.

"Aku harus diet, Cuk! Kalau aku menemukan harta karun di lemari di Karmin sialan itu, aku akan mempercantik diriku sendiri hingga mirip Jisso Blek Emping, wekekekek," ujarnya, lalu tergelak seorang diri.

Sri menggaruk bokongnya yang tiba-tiba terasa gatal. Orang gemuk memang mudah berkeringat dan Sri sering mengalami biang keringat dan alergi. Itulah sebabnya, dia sering gatal-gatal saat gerah.

Setelah bokongnya, kini punggungnya juga terasa gatal. Sialnya, tangannya yang gempal tak bisa menggapai area punggung dan ia kesulitan menggaruk. Sri menoleh ke arah rak sepatu yang teronggok di dekatnya. Sebuah rak plastik berwarna pink yang didominasi oleh sepatu dan sandal Karmin. Di atas tumpukan sepatu itu ada sebuah kemoceng tergeletak. Sri menyambar kemoceng itu dengan cekatan, karena ia butuh pegangan kemoceng untuk alat menggaruk punggung.

BRAK.

Tarikan tangan Sri yang terlalu cepat membuat beberapa sepatu Karmin terjatuh.

"Astagah! Bisa-bisanya malah jatuh semua!" Dia menggerutu seraya memungut beberapa pasang sepatu yang terjatuh di lantai.

Namun, tiba-tiba kedua manik legam Sri membeliak lebar saat ekor matanya menangkap sesuatu yang cukup menarik perhatian wanita gemuk itu.

Segepok uang berwarna merah muda yang digulung dan berada di dalam sepatu yang terjatuh itu,  berhasil membuat Sri tertawa kuda tanpa suara.

"Oh ... Jadi dia menyembunyikan uang di dalam sini juga?" Sri menunjukkan deretan giginya seraya meraih uang dalam bentuk gulungan itu.

Dia langsung memasukkan uang itu ke dalam BH-nya tanpa basa-basi lagi. Tangannya yang gemoy langsung masuk ke dalam setiap ruang sepatu. Ya, ia merogoh satu per satu sepatu Karmin yang tertata rapi di atas rak.

"Wah, nemu lagi. Aseek! Heheheh." Sri terkekeh senang.

Sri mendapatkan lima gulung uang di setiap sepatu yang tak terpakai itu. Dia membawa semua gulungan uang itu dan menyimpannya di dalam BH kain yang ia kenakan.

"Aseeek, mulai saat ini ... aku akan menjadi tuyul. Tuyul gemoy, hehehe."

Kini, wanita itu berpura-pura tak terjadi apa-apa. Dia segera merapikan rak sepatu dan memasang wajah datar khas orang lugu.

Sri segera melanjutkan aktivitasnya. Dia harus ke pasar untuk berbelanja harian. Hari ini dia juga ada janji dengan Bawon untuk menjenguk salah satu tetangganya di RT sebelah yang sakit setelah dicabuli oleh dukun yang konon bertempat tinggal di daerah Gunung Kawi juga.

Dia pun segera menyambar tas anyaman kuno di gantungan paku dan mengeluarkan motor matic-nya.

"Mau ke mana, Dek?" sapa Karmin seraya menghitung uang hasil jualan dengan wajah sumringah.

"Ya ke pasar lah, masak mau ke Hongkong?* Sri mencebik.

"Astaga naga! Judesmu itu lhoo ... benar-benar tak ketulungan!" Karmin mencebik.

"Yo babah! Seneng sawangen, lek gak seneng yo ojok nyangkem!" Sri menyeringai.

[Kalau suka silahkan dipandang, kalau gak suka ya jangan banyak omong!]

"Kamu habis sarapan sama pisang ya? Kok bawel?"

"Gak, Mas. Aku habis sarapan gelas dicampur rambut, kekekeke." Sri terkekeh.

"Demit, dong?" Karmin mencebik lagi.

"Kamu mau punya istri demit?" timpal Sri.

"Gak mau, buat apa juga? Gak ada faedahnya!" Bibir Karmin mecucu panjang.

"Banyak faedahnya! Istri demit kan bisa kau jadikan media ritual kolor kalau kita waktunya mengasah. Apa lagi kalau kamu bisa mencari pacar demit senior dan mempersuntingnya alias menjadikannya istri kedua. Wooh, kaya raya dalam sehari kamu, Mas, hehehe." Sri terus terkekeh.

"Tenang saja, aku rela kok, Mas, hahahah!" kelakarnya dengan tawa sumbang.

"Maksudnya jadi media gimana, Dek?" Karmin mengerjap. Entah kenapa hatinya terasa tercubit. "Maksudmu, aku boleh pacaran atau poligami gitu? Heheheh."

"Ya dari pada kita harus pergi ke tempat Mbah Samijan dan kenthu di sana seperti orang kurang kerjaan, kan lebih baik kamu memacari pacar demit agar bisa kita manfaatkan kesaktiannya. Jadi kita gak perlu bayar Mbah Samijan lagi, hehehe." Sri terkekeh-kekeh.

"Heeem, jadi kamu serius nih, kamu menyuruhku pacaran dengan demit?" Karmin mencebik.

"Ya kalau menguntungkan, kenapa tidak? Yang penting cuan dan sperma-mu tetap mengalir deras ke dalam diriku, hahahah. Kalau kamu mau pacaran, mau poligami, atau mau ini itu, ya monggo kerso. Asal nafkah lahir batin buat aku terpenuhi, aku sih woles, Maseh!" Sri mendesah panjang.

[Woles ; Selow]

"Dasar edan!" Karmin memekik sebal.

"Babah!" Wanita itu tergelak lalu menyalakan motornya dan bergegas pergi ke pasar.

[Babah ; Biarin]

******

Di pasar.

Seperti biasa, Sri ke pasar untuk berbelanja segala kebutuhan dapur dan kebutuhan warung. Dia mulai membeli daging, perbumbuan, dan kebutuhan lainnya.

Dia juga menghampiri sang mertua yang berjualan di pasar. Wanita itu memberikan sedikit uang jajan harian kepada Mak Satupa.

"Ini buat beli sarapan, Mak."

"Oh, menantuku yang soleha, terima kasih ya, Nduk, hehehe." Wanita tua itu terkekeh senang.

"Siap, Mak."

"Eh, Sri. Jadi malam itu Karmin pergi ke mana? Ke warung Yayuk kan?"

"Tidak, Mak. Dia bilang dia dari rumah Marsam."

"Oh, berarti aman yoh?"

"Oyi, Mak."

"Yo wes, sip. Kamu jangan mudah curiga sama suami. Suamimu itu lurus kok, hehehe." Mak Satupa nampak begitu yakin.

"Dia itu pria setia yang tidak akan pernah neko-neko," tandasnya.

Sri pun mengangguk setuju dan melanjutkan kesibukannya tanpa protes.

"Ya sudah, Mak, aku mau lanjut belanja."

"Oke, Sri. Jangan lupa bayar tagihan Emak di Bawon lho ya, hehehe."

"Woiya jelas,  Mak. Tenang saja. Kagak bakal lupa." Sri mengangkat jempolnya dengan senyum mengembang. Padahal di dalam hatinya, dia mengumpat tanpa jeda.

"ASU ...!"

Sri pun berjalan menghampiri penjual dawet dan duduk seraya memesan satu mangkok dawet sagu. Dia janjian dengan Bawon di tempat itu.

Sri mengeluarkan handphonenya untuk menelpon Bawon, namun tiba-tiba ada telpon masuk dari Karmin.

Kening Sri mengkerut. "Ngapain sih dia telpon segala? Huuh!"

Dengan angot-angotan, wanita itu mengusap layar ponselnya.

"Halo, Mas," ucapnya dengan datar.

"Halo, Sri. Kamu di mana?"

"Kamu di mana, dengan siapa, semalam berbuat apa?" Sri malah bernyanyi, lalu tergelak.

"Sri! Ini serius! Kamu di mana? Ini darurat!" Karmin berteriak.

"Apaan sih, Mas? Kaku amat? Kagak bisa bercanda yeee? Huuuh!"

"Nanti saja bercandanya! Sekarang kamu pulang!"

"Haaah? Pulang? Aku masih belom selesai berbelanja. Aku juga ada janji dengan Bawon mau menjenguk Nurul, anak Mak Rupiah."

"Wes nanti saja jenguknya! Sekarang kamu pulang! Bantuin aku nyariin uang! Uangku hilang!" Suara Karmin terdengar gemetar dan menggelegar.

"Uang? Memangnya kamu punya uang, Mas? Berapa? Di mana? Kamu sembunyikan di mana?" Sri menyahuti dengan santai.

"Katanya kamu gak punya uang? Emangnya sekarang kamu punya uang?" tandasnya.

DEGH!

Karmin pun ternganga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!