Sri tidak menyangka jika rumah tangganya akan berakhir karena orang yang paling dia cintai dan hormati, entah bagaimana dia mendeskripsikan hati yang tidak akan pernah sembuh karena perselingkuhan suami dengan perempuan yang tak lain ibunya sendiri.
Dia berusaha untuk tabah dan melanjutkan hidup tapi bayangan penghianatan dan masalalu membuatnya seakan semakin tercekik.
mampu ka dia kembali bangkit setelah pengkhianatan itu diatas dia juga memiliki kewajiban berbakti pada orangtua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Tatapan tajam dan jijik itu kini berganti dengan tatapan sendu dan ibah, entah apa yang terjadi pada perempuan di hadapannya ini sampai bisa berbuat hal seperti ini.
"Kamu bisa mewujudkan segala yang ingin kamu lakukan dimasa yang tidak pernah kamu dapatkan kesempatan itu, mulailah dari sekarang, hidup itu berputar, aku yakin masalah ini hanya sebentar, masyarakat juga akan melupakannya nanti".
Siti meneteskan airmata nya, ini pertama kalinya dia bisa mendapatkan lawan bicara yang bisa memahami isi hatinya tanpa harus berkata dan meluapkan masalahnya.
"Setelah ini aku akan diusir dari kampung halamanku, aku juga akan terasingkan dan dibuang, apa aku bisa menghadapi segalanya setelah ini?? ". Tanyanya dengan tubuh bergetar hebat dan tangisan yang mulai tak terbendung.
"Aku rasa kamu sudah merasakan masalah yang lebih berat sebelumnya sampai kamu bisa berada di titik seperti ini, bukankah itu lebih dari cukup untuk dijadikan pelajaran saat kamu memulai hidupmu yang baru setelah ini? ".
Lagi-lagi kata-kata orang disampingnya ini benar adanya, dia merenung tentang langkah apa yang akan dia ambil setelah semua ini.
"Pergilah yang jauh ketempat dimana orang tak ada yang mengenalmu, dan hiduplah dengan baik bersama anak yang kamu kandung itu, lakukan segala hal yang ingin kamu lakukan tapi sebelumnya berdamailah dengan dirimu sebelum kamu melangkah ke dunia yang baru karena jika yang lama mengikuti kamu tidak akan pernah lepas dari masa lalu".
"Terima kasih, senang bisa mengobrol denganmu". Ucap Siti dengan tulus.
Sang perempuan tambun hanya tersenyum tanpa menjawab apapun, entah sejak melihat tatapan kosong perempuan dihadapan dirinya itu membuatnya penasaran tapi berita terbesar membuatnya merasa ilfeel tanpa dia tahu apa yang terjadi.
"Renungi semuanya selama kamu berada disini, gunakan keterampilan yang kamu miliki untuk menyambung hidup, andai putriku masih hidup aku pasti sangat bahagia".
Siti menatapnya dengan seksama, dia yakin perempuan dihadapannya ini juga memiliki masalah yang tak kalah rumitnya dari dirinya mungkin itu yang membuatnya berpikiran lebih terbuka untuknya
"Putrimu sudah meninggal?? ". Tanya Siti dengan hati-hati.
Mata wanita yang bernama Juleha itu berkaca-kaca mendengar pertanyaan menyakitkan itu.
"Putri semata wayang yang begitu ku sayangi meninggal karena dibunuh sekaligus diperkosa manusia biadab yang merupakan kakak dari suami ku sendiri karena dendam". Ucapnya mulai menangis.
" Dia memperkosa setelah itu membunuh keponakannya sendiri karena sakit hati pada suamiku yang tak memberikan dirinya pinjaman ketika dia terlilit hutang padahal kami saat itu memang sedang tidak memiliki uang ".
Siti menatap ibah perempuan tambun dihadapannya itu, entah bagaimana perasaannya saat ini.
"Dia melakukannya tepat dihadapan kami dengan sengaja dan paling menyakitkan lagi saat itu aku dan suamiku tak bisa berbuat apapun karena kami sedang terikat dan tidak bisa bergerak".
Tangis Juleha pecah seketika, mengingat bagaimana pengalaman menyakitkan itu terjadi dihadapannya bahkan kematian suaminya pun terjadi dihadapannya, dia tidak ingin menunggu polisi, dia membunuh lelaki itu dengan kedua tangannya sendiri saat dia bisa melepaskan diri dari ikatan itu.
"Kamu yang sabar yah". Hanya itu yang bisa dia katakan, walau tak merasakan hal yang sama tapi penderitaan yang dialami wanita ini cukup menyakitkan.
"Aku senang setidaknya manusia itu juga lenyap dari muka bumi sama seperti yang dia lakukan pada putri dan juga suamiku".
Siti hanya diam sambil mendengar semua keluhanmu kesah dan tangis orang didepannya, dia tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengannya, sejak dulu dia selalu dikekang tak bisa melakukan hal yang dia suka, itu membuatnya menjadi perempuan pendiam dan jarang keluar rumah karena ayahnya terlalu otoriter.
Percakapan mereka terhenti stelah petugas mengatakan jika sudah waktunya jam makan siang.
Mereka berdua keluar dari sana begitu juga dengan teman-teman yang sejak tadi hanya diam mendengarkan semua percakapan mereka tanpa mau peduli.
Irfan yang kini berada di tahanan kini mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari beberapa tahanan, dia tidak hanya dihina dan dicemooh, bahkan ada yang terang-terangan melecehkannya karena menganggapnya sebagai penjahat kelamin akrena bersina dengan ibu mertuanya.
"Lelaki seperti mu hanya gila selangkangan bro, bahkan mertua saja lu embat, dasar gila". Hina salah satu dari mereka.
Kebanyakan dari sel Irfan adalah lelaki bujang yang ditangkap oleh polisi karena mencopet dan mencuri.
"Boleh juga selera kamu, bagi-bagi dong resepnya, gimana tuh rasanya main dengan mertua sendiri padahal punya bini cantik". Ejek salah satu dari mereka bahkan mencolek kelaminnya dengan kurang ajarnya.
Irfan yang tidak tahan diperlakukan seperti itu pun menyerang mereka sehingga terjadi perkelahian, Irfan tentu saja kalah karena dia hanya sendirian sedangkan narapidana yang lain banyak orang.
"Berhenti, berhenti". Ucap salah satu polisi yang menyaksikan keributan dan penganiayaan itu.
Dia langsung menolong Irfan yang telah babak belur dihajar oleh narapidana lain.
"Kalian ini, kenapa membuat keributan? ". Hardiknya dengan keras.
"Dia saja yang lemah, bisanya sama perempuan, sama laki-laki tuh payah, malu sama perkakas yang kamu celupkan kesana kemari". Ejeknya kepada Irfan.
Irfan yang sudah tidak memiliki tenaga pun diam saja dan tidak membalas.
Polisi itu segera membawa Irfan pergi dari sana untuk mendapatkan pengobatan medis.
"Sialan, ini semua karena perempuan sialan itu, kalau aku kelaur dari sini, akan kubuat perhitungan dengannya, lihat saja". Kesalnya dalam hati.
Dulu dia memiliki segalanya, kekuasaan, jabatan dan uang, kini semua lenyap seketika, dia hanya bisa mendengus kasar tapi tak menyadari kesalahannya, baginya lelaki itu bisa bermain dengan semua perempuan selama dia memiliki segalanya.
Dia yang tengah berbaring kini bisa mendengar dengan pelan pembicaraan para polisi dan juga perawat dalam penjara yang menjaga klinik kesehatan untuk narapidana itu.
"Gila yah, ada pemuda seperti itu, bisa-bisanya main dengan ibu mertuanya sendiri padahal istri nya sangat cantik dan masih muda". Ucap salah satu dari mereka.
"Iya aku lihat diberita bahkan katanya mereka sampai punya anak, kalau aku jadi istrinya, ku potong itu barang kesayangannya itu, menyebalkan sekali". Sungut salah satu dari w mereka lagi.
"Tapi yah, mertuanya itu katanya masih cantik banget, katanya belum 40 tahun, wajar sih jika dia cukup tertarik, kemarin saat aku memeriksanya dipengadilan, dia masih muda dan kencang". Ucapnya lagi.
" Biar apa coba, mereka berdua itu sama lelaki dan wanita tidak tahu malu, bisa-bisanya melakukan hal menjijikkan begitu dirumah tempat tinggal mereka sendiri yang lebih parahnya lagi saat istri nya tak ada dirumah, kalau dia saudara aku, sudah aku buang ke kebun harimau biar dimakan sekalian, bikin malu saja".
Irfan yang telinganya panas pun langsung menghardik mereka dengan keras.
"Diamlah, berisik tahu". Bentaknya tanpa sadar kalau yang dia bentak adalah polisi.