NovelToon NovelToon
Langit Jingga Setelah Hujan

Langit Jingga Setelah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Keluarga / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Chicklit / Fantasi Wanita
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: R²_Chair

Jingga seorang gadis cantik yang hidupnya berubah drastis ketika keluarga yang seharusnya menjadi tempat pulang justru menjadi orang pertama yang melemparkannya keluar dari hidup mereoka. Dibuang oleh ayah kandungnya sendiri karena fitnah ibu tiri dan adik tirinya, Jingga harus belajar bertahan di dunia yang tiba-tiba terasa begitu dingin.

Awalnya, hidup Jingga penuh warna. Ia tumbuh di rumah yang hangat bersama ibu dan ayah yang penuh kasih. Namun setelah sang ibu meninggal, Ayah menikahi Ratna, wanita yang perlahan menghapus keberadaan Jingga dari kehidupan keluarga. Davin, adik tirinya, turut memperkeruh keadaan dengan sikap kasar dan iri.

Bagaimanakan kehidupan Jingga kedepannya?
Akankan badai dan hujannya reda ??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Potretmu Membuatku Rindu

Hampir dua bulan berlalu sejak pertemuan terakhir Jingga dengan Arjuna. Selama itu pula, tidak ada jejak, kabar, atau tanda-tanda bahwa laki-laki yang pernah memotretnya itu masih berada di desa ini. Hari-hari Jingga kini diisi oleh kegiatan sederhana membantu Kake Arga di kebun, membersihkan rumah, memasak makanan hangat, lalu menghabiskan waktu di halaman belakang sambil memotret suasana pedesaan yang damai.

Kamera kecil pemberian Arjuna adalah satu-satunya benda yang selalu ia bawa ke mana pun. Benda itu bukan sekadar alat yang di dalamnya tersimpan kenangan singkat, samar, namun cukup untuk membuat hatinya hangat.

Namun, di balik semua itu, ada rasa sepi yang ia tutup-tutupi. Ada keheningan yang sering muncul setiap malam, ketika ia duduk di teras sambil menatap langit, berharap seseorang berjalan melewati jalan setapak menuju rumah Kake Arga.

Seseorang bernama Arjuna.

Meski ia mencoba menyangkal,kehadiran Arjuna yang singkat justru meninggalkan ruang kosong yang sulit dijelaskan. Dan ruang itu semakin hari semakin terasa.

 Sore di pedesaan yang begitu cerah, setelah pekerjaan kebun selesai lebih cepat, Jingga memutuskan untuk membereskan gudang kecil di samping rumah. Kake Arga sedang tidur siang di ruang tamu, jadi ia tak ingin ribut-ribut di sekitar dalam rumah. Gudang itu penuh dengan peralatan kebun, kardus lama, dan beberapa barang antik peninggalan mendiang istri Kake Arga.

Saat ia memindahkan satu kardus tua yang mulai sobek, sebuah setumpuk buku dan map lusuh jatuh ke lantai. Debu beterbangan, membuatnya terbatuk kecil. Ia menepuk-nepuk bajunya sambil jongkok untuk membereskan berkas-berkas itu.

Di antara tumpukan itu, ia melihat satu amplop cokelat yang terasa lebih kaku daripada yang lain. Tidak terlalu tebal, tapi cukup berat untuk membuatnya penasaran. Ia membukanya perlahan.

Isinya adalah beberapa foto-foto lama foto desa, foto kebun, foto rumah Kake Arga bertahun-tahun lalu. Dan di antara foto-foto itu

Satu lembar foto membuat napas Jingga berhenti sejenak.

Foto seorang laki-laki muda sedang berdiri di pinggir sungai kecil, membawa kamera di tangannya. Cahaya senja memantul di air, membentuk siluet di belakangnya. Senyum laki-laki itu hangat, teduh, dan sangat familiar.

"Ka juna…”

Jingga menyebut nama itu hampir tanpa suara.

Ditatapnya foto itu lama, seperti ingin memastikan bahwa matanya tidak salah melihat. Tatapan hangat laki-laki dalam foto itu, gaya berdirinya, kamera kecil di tangan kirinya semuanya persis seperti sosok Arjuna yang ia temui beberapa minggu lalu.

Tapi ada satu hal yang membuat Jingga semakin bingung.

Foto itu tampak tua. Bukan seperti foto digital yang baru dicetak. Warnanya sedikit pudar, kertasnya sudah agak menguning. Dan berdasarkan benda-benda lain yang tersimpan bersama foto itu, foto tersebut jelas disimpan di sini sejak lama.

Jauh sebelum Jingga datang ke rumah ini.Jauh sebelum ia mengenal Arjuna.

Jingga memegang foto itu dengan kedua tangan. Hatinya berdebar antara bingung, penasaran, dan tiba-tiba saja terasa hangat.

"Kenapa foto ini ada di sini…?"

Ia terus menatap foto itu seolah berharap foto tersebut akan memberikan jawaban.

Namun tidak. Hanya ada sosok Arjuna yang berdiri tenang di dalamnya,seakan-akan menatap kembali kepadanya.

 Sore itu, Jingga tidak bisa berhenti memikirkan foto tersebut. Ia menyimpannya di kamar, meletakkannya di atas meja kayu kecil di dekat tempat tidur. Sambil duduk di tepi kasur, ia memandangi foto itu lagi.

“Siapa sebenarnya Arjuna…?” bisiknya pelan.

Ia mencoba mengingat kembali seluruh percakapan mereka,saat pertama kali bertemu di sebuah sungai, saat bertemu di kebun, lalu saat Arjuna memberikan kamera kecil padanya.

Arjuna tidak pernah menyebutkan asal-usulnya. Tidak pernah bercerita tentang tempat tinggalnya. Tidak pernah memberi petunjuk tentang keluarganya. Bahkan terakhir kali bertemu, laki-laki itu hanya tersenyum samar lalu pergi tanpa janji kembali.

Dan setelah itu… hilang begitu saja.

Jingga merasakan sesuatu menggelitik dadanya campuran rindu dan rasa kehilangan.

Ia tidak pernah berniat menyukai siapa pun. Hidupnya selama ini penuh dengan masalah, fitnah, dan rasa tidak aman.Terlalu banyak hal yang membuatnya ragu untuk membuka hati pada orang lain. Namun entah bagaimana, kehadiran Arjuna seperti angin tenang yang datang di saat ia paling membutuhkan seseorang.

Ia menyadari bahwa kehadiran Arjuna adalah salah satu hal yang membuatnya bertahan melewati hari-hari di desa ini. Sederhana saja karena Arjuna orang pertama yang membuatnya merasa terlihat, meski hanya lewat lensa kamera.

Jingga menutup mata sejenak.

Ia tidak tahu sejak kapan rasa itu tumbuh. Tidak tahu kapan tepatnya hatinya mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Yang ia tahu hanyalah…

Ia merindukannya...Lebih dari yang ia sadari.

 °°°°

Keesokan paginya, Jingga bangun lebih awal dari biasanya. Hatinya masih dipenuhi pertanyaan yang sama tentang foto Arjuna yang ia temukan. Seusai menyiapkan sarapan untuk Kake Arga, ia kembali ke kamarnya dan mengambil kamera kecil pemberian Arjuna.

“Jika aku tidak bisa menemukannya, setidaknya aku bisa menelusuri jejak yang ia tinggalkan,” gumam Jingga dalam hati.

Ia mulai memotret daerah sekitar rumah lagi,jalan setapak yang mengarah ke hutan kecil, pagar bambu yang mulai berlumut, ladang teh yang bergoyang tertiup angin, dan sungai kecil yang mengalir pelan di belakang kebun.

Entah mengapa, memotret membuatnya seolah berbicara dengan Arjuna.

Seolah laki-laki itu berada di sisinya dan memuji teknik fokusnya. Seolah ia bisa mendengar Arjuna berkata, “Jangan ragu menekan tombol itu. Tangkap momen sebelum ia lewat, Jingga.”

Ia tersenyum kecil.

Kegiatan memotret kini bukan sekadar hobi baru. Ia adalah cara Jingga untuk merawat kehadiran Arjuna dalam ingatannya.

Semakin hari, foto-foto yang ia ambil semakin banyak. Ia mengisi album kecil yang ia temukan di lemari lama dengan puluhan hasil jepretan ,awan jingga senja, embun di pagi hari, ayam-ayam tetangga yang berkeliaran, bunga liar yang tumbuh di pinggir jalan, hingga cuaca mendung yang meneduhkan.

Dan tanpa ia sadari… daerah ini perlahan-lahan menjadi rumah.

Namun setiap kali ia duduk sendirian di tepi sungai,tempat yang ada dalam foto Arjuna ia selalu mendapati perasaannya kembali menghangat.

Ia berharap Arjuna muncul dari balik pepohonan.

Ia berharap mendengar suara langkah itu lagi.Ia berharap dapat bertemu sekali saja untuk bertanya siapa sebenarnya dirinya.Bahkan jika jawabannya sederhana.Bahkan jika Arjuna tidak memiliki perasaan yang sama.

Yang penting, Jingga ingin tahu kebenarannya. Ia ingin tahu mengapa foto Arjuna ada di rumah Kake Arga. Ia ingin tahu apakah pertemuan mereka hanyalah sebuah kebetulan atau ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini.

Sambil memandangi aliran sungai yang tenang, Jingga menggenggam kamera kecil itu erat-erat.

“Ka juna… ke mana kamu pergi?”

Pertanyaan itu melayang-layang di udara.

Tidak ada yang menjawab.

Hanya suara air sungai yang mengalir, seolah menjadi satu-satunya yang memahami kerinduan Jingga yang perlahan-lahan tumbuh.

Kerinduan yang tak ia rencanakan.

Kerinduan yang ia sembunyikan.

Kerinduan yang mulai membuatnya jatuh hati.

...🍀🍀🍀...

...🍃Langit Senja Setelah Hujan🍃 ...

1
Danny Muliawati
hingga gmn dg kuliah nya yah
Puji Hastuti
Aq suka ceritanya kk 💪💪💪
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
punya bapak kok bego bgt, gak percaya ma anak sendiri, suatu saat dia akan menyesal...
𝐈𝐬𝐭𝐲
baru baca bab awal udah bikin nyesek ma emosi thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!