SIMPANAN KAPTEN

"Lakukan saja perintahku. Dan beri kabar ke pos kalau kita tidak menemukan dokter itu. Ingat, berita ini, jangan sampai tersebar!"

Perkataan dari sang Kapten nyatanya membangkitkan rasa kemanusiaan dalam diri anak buahnya yang lain.

Mereka merasa, tindakan sang kapten tidak sesuai dengan tugas yang sedang mereka emban ini. Yakni, tugas untuk menyelamatkan petugas medis yang sedang mereka cari.

"Kalau hari ini, kita akan menebusnya. Besok dan seterusnya, mereka akan bertindak sesuka hati. Menyandera seseorang, dan meminta tebusan. Terus saja seperti itu. Sedangkan, jika kita memiliki alternatif lain, kenapa tidak digunakan, iya kan?!"

Seluruh anak buahnya hanya terdiam, tak ada satupun yang menyahut.

"Satu ikan, digunakan sebagai umpan untuk memancing ikan yang lebih besar dan lebih banyak. Kita akan untung besar, bukan begitu?!" Ujar sang Kapten berperawakan tinggi, dengan tubuh yang sedikit berisi dengan kulit berwarna coklat gelap, yang menandakan jam terbangnya yang cukup tinggi, di bawah sinar matahari.

"Tapi kapten..., "

"Lakukan perintahku dan jangan membantah. Kalian bersiap untuk perburuan, beberapa hari kedepan!"

"Ini salah, kita tidak harus memutuskannya sendiri. Jika kesatuan tahu, kita semua akan dikenakan sanksi." ujar salah satu anggota yang tidak setuju dengan perintah sang Kapten.

"Tidak akan ketahuan jika kau tidak membeberkannya." tukas sang Kapten dengan nada dingin.

Perdebatan itu terus berlanjut. Ada yang pro dan ada yang kontra karena masalah kemanusiaan. Namun, rencana tetap berjalan. Mereka akhirnya mengirim orang, untuk mengatakan, bahwa pemerintah menolak permintaan mereka.

Sementara itu, di Pos militer, regan yang gelisah, terus saja mondar-mandir dan mulai kesal. Karena tim yang dikirim, belum juga kembali untuk melapor.

"Tidak, saya tidak bisa tunggu lagi, saya harus cari sendiri," ujar regan dengan wajah kalut.

"Baiklah, saya ikut denganmu kapten," balas Bima.

Saat mereka sedang bersiap-siap dan mengatur rencana. Tiba-tiba ada seseorang yang mengendap-endap dan segera masuk tanpa ijin ke dalam tenda sang Kapten.

Ternyata, dia adalah seorang prajurit yang Bima tugaskan untuk mencari tahu, dan segera mengabarkan kembali, tentang apa yang sedang terjadi.

Dia segera menceritakan runut masalahnya sampai kepada keputusan Kapten Joseph yang memimpin tim untuk mencari, yang membuat regan membelalakkan matanya tak percaya.

"Bima... Saya akan urus masalah ini nanti. Tapi sekarang yang harus kamu lakukan, adalah pergi jemput Elias dari kampungnya, dia yang akan membantu kita untuk menyampaikan pesan untuk orang-orang yang menyandera azura. Serta, memastikan keadaannya. Saya yang akan menebus Dua miliar itu." ujar regan mantap.

"Kapten, Dua miliar bukan jumlah yang sedikit. Bagaimana kalau kita melaporkan hal ini pada pemerintah saja. Mereka pasti akan mengucurkan dana dua miliar itu, dan kau tidak perlu keluar terlalu banyak uang seperti ini." ujar Sertu Bima prihatin dengan keputusan atasannya itu.

"Saya tahu, apa yang saya lakukan. Kamu tenang saja, uang itu pasti akan kembali." balas regan.

Mereka segera mengeksekusi rencana mereka. Sertu Bima yang ditugaskan untuk menjemput Elias, salah satu pemuda kampung yang akrab dengan regan, dan membawanya menghadap sang Kapten, untuk kemudian, mereka segera mengatur rencana.

Segala yang mereka bicarakan, dimengerti dan diserap dengan sangat baik oleh Elias.

***

Dan disinilah dia sekarang, berdiri didepan azura, sebagai utusan regan.

"Sa mo bicara sebentar dengan kaka Dokter," ujar Elias.

Ia akhirnya diijinkan untuk berbicara dengan azura. Namun, dengan senjata yang terus ditodongkan ke kepala azura.

"Elias, ko tau ktong pu rencana ini, karena Mama dong menangis dengan dong pu kebun yang diambil paksa. Jadi... Ko su tau too? Jangan ko jadi pengkhianat. Alam nanti lihat ko," ujar salah satu pria bertopeng.

"Ahh sayang, sa tidak ada maksud jahat. Orang yang suruh sa datang, de orang baik. Besok, de ambil uang di bank, baru de antar sendiri untuk kam. Sa cuma mo pastikan, kaka dokter nih, de baik-baik saja."

Elias segera berbalik dan menatap azura dengan tatapan lembut.

"Kaka dokter, saya Elias. Kaka dokter masih ingat saya?" tanya pemuda 18 tahun itu.

Airmata azura menetes, tentu saja dia ingat dengan pemuda itu. Pemuda pribumi dari perkampungan sekitar yang dianggap adik oleh regan, suaminya.

Melihat pria itu, hati azura menghangat. Dia tahu, suaminya sedang berjuang untuknya diluar sana.

"Saya ingat kamu Elias! Terimakasih sudah datang." azura mulai terisak.

"Kaka jang menangis! Kakak regan, nanti datang untuk bawa kaka, pulang. Tunggu, de ambil uang dulu, baru datang ke sini." ujar Elias, membuat azura semakin meneteskan air matanya.

Dalam hatinya, Ia tidak percaya, regan akan melakukan semua itu untuknya. Rasa cintanya dan kekagumannya untuk pria itu, rasanya semakin tak terbendung.

"Mas... Lagi-lagi kamu yang selamatin aku. Rasanya, aku semakin takut, kalau ke depannya, aku harus pisah dari kamu, Mas! Aku gimana nanti?" batin azura.

"Elias, tolong bilang terimakasih sama kaka regan. Bilang dia, udah gak usah selamatin aku. Aku udah kotor. Biarkan aku, dan talak aku. Cari saja, gadis lain yang masih utuh." azura tertunduk lesu, sembari terisak.

"Dan dua miliar bukan uang yang sedikit. Aku tidak pantas untuk itu," tambahnya.

Elias tertunduk sedih. Meskipun dia tidak memahami maksud dari perkataan azura, tapi dia tahu, gadis itu sedang putus asa, dan merasa tidak layak, untuk diselamatkan.

Setelah terdiam Beberapa saat, Elias kemudian tersenyum dan berkata.

"saya akan kasih tahu kakak regan, pesan ini. Kaka Jangan menangis! Tunggu besok, de sendiri yang akan datang, bawah kakak pulang! Saya pamit. Selamat malam."

Elias pamit dari sana, setelah berbicara dengan suku asli tentang apa yang akan dilakukan regan besok.

Elias juga membawakan selimut tebal untuk azura, karena malam disana, begitu dingin menusuk tulang.

Setelah Elias kembali pada regan di tempat yang sudah mereka atur. Elias menyampaikan semuanya pada regan. Tentang keadaan azura dan yang terpenting adalah pesan dari gadis itu.

Mendengar pesan azura, hati regan bergemuruh. Dia mengerti arah pembicaraan azura. Bahwa gadis itu, telah dinodai oleh pria-pria yang menyanderanya. Namun, regan tetap berusaha untuk berfikir dengan kepala dingin.

Disisi lain, dia kecewa karena kesucian wanitanya telah direnggut begitu saja darinya. Disisi lain, dia merasa sayang pada wanita itu. Dengan susah payah Ia menjaga dirinya, namun Ia harus jatuh seperti ini.

Regan berjongkok di samping mobilnya sembari meremas rambutnya.

Permintaan azura untuk mentalak dirinya jelas tidak akan dikabulkan pria itu.

Namun permintaan yang datang dengan perasaan putus asa itu, membuat regan khawatir, azura akan melakukan hal-hal yang akan menyusahkan dirinya sendiri, dan itu membuat regan menjadi takut.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA UNTUK LIKE KOMEN SUBSCRIBE VOTE DAN GIFT HADIAHNYA YA TEMAN-TEMAN 😍