Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Cahaya perak membelah langit seperti pedang surgawi yang mengiris batas dunia.
Gelombang energi menjalar dari puncak Menara Langit Putih, bergulung seperti ombak pasang yang menelan seluruh dataran Akademi.
Udara bergetar. Awan berputar berlawanan arah angin, pepohonan menunduk sampai cabangnya menyentuh tanah, dan ribuan murid yang masih berada di halaman jatuh berlutut tanpa sadar.
Di puncak menara, ruang sidang para tetua berguncang.
Setiap batu spiritual yang membentuk dinding menara bergetar, memancarkan cahaya redup, seolah mencoba menahan tekanan qi yang datang dari langit.
Suara gemuruh seperti genderang perang terdengar di kejauhan, menggetarkan dada setiap orang yang mendengarnya.
Elder Hua menutup mata, napasnya bergetar lembut.
Mantra keluar dari bibirnya pelan, mengalir seperti aliran sungai di musim semi.
Aura air memancar dari tubuhnya, melingkupi seluruh ruang sidang dengan hawa sejuk yang menenangkan, menahan sebagian tekanan yang nyaris memecahkan tulang mereka.
Cahaya biru pucat bergetar di udara, seperti tirai halus yang melindungi dari amukan langit di luar.
“Langit… turun langsung,” ucapnya lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh di luar.
Matanya terbuka perlahan, memantulkan cahaya perak yang menyelimuti langit.
“Selama ratusan tahun aku hidup, belum pernah aku menyaksikan pemandangan seperti ini.”
Elder Mo berdiri di tengah ruangan, jubah merahnya berkibar liar, dilahap oleh cahaya keperakan dari jendela besar.
Matanya menatap ke langit tanpa berkedip, pupilnya menyala seperti bara yang tertiup angin.
Kedua tangannya mengepal, menahan getaran spiritual yang mencoba memaksanya berlutut.
“Sekarang kau lihat sendiri, Hua,” suaranya dalam dan berat, menggema di antara dentuman qi yang memenuhi udara.
“Itu bukan murid, melainkan celah di antara tatanan surgawi.”
Nada suaranya bergetar, tapi bukan karena takut. Ada api keyakinan yang membara di balik setiap katanya.
“Langit tidak pernah salah. Ia datang untuk menyeimbangkan apa yang telah disimpangkan.”
Petir menyambar di luar menara.
Cahaya perak menyusup masuk melalui jendela besar, memecah lantai batu spiritual menjadi retakan-retakan bercahaya.
Udara berubah berat, setiap helaan napas terasa seperti menelan logam panas.
Elder Fang menatap ke langit dari sisi ruangan, wajahnya tegang.
“Kalau langit benar-benar turun tangan…” bisiknya perlahan, “maka dunia manusia sedang menapaki batas yang seharusnya tak pernah disentuh.”
Suara gemuruh semakin keras, seperti napas raksasa yang perlahan mendekat.
Menara Langit Putih bergetar dari dasar hingga puncak.
Lilin-lilin spiritual di sepanjang dinding meledak satu per satu, cahaya mereka padam digantikan oleh cahaya perak murni dari langit.
Di luar, pusaran awan semakin rapat.
Tepat di tengahnya, sesuatu mulai terbentuk… sebuah mata perak raksasa yang perlahan terbuka, menatap dunia di bawahnya dengan kesadaran yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata manusia.
................... .........................
Di bawah menara, di ruang segel yang telah hancur, Tian Long berdiri sendirian di tengah hujan cahaya.
Tubuhnya bercahaya, separuh hijau zamrud, separuh emas menyala.
Udara di sekelilingnya berdenyut, setiap detak jantungnya memunculkan getaran yang memecah batu.
Dari celah langit di atas menara, wujud raksasa perlahan turun.
Itu bukan manusia—bukan juga naga.
Sebuah avatar Langit, berwujud kabut bercahaya perak, dengan sepasang mata sebesar matahari dan suara yang menembus pikiran.
“Makhluk fana yang memegang kekuatan Surga… kembalikan napas yang bukan milikmu.”
Tian Long mendongak.
“Langit berbicara seolah ia tahu apa yang ia berikan.”
Nadanya tenang, tapi setiap kata mengandung gema bumi.
Avatar itu menunduk sedikit; dari kedua tangannya memancar puluhan bilah cahaya yang meluncur ke bawah.
Whuung ! Whuung ! Whuung !
Setiap bilah cahaya menghantam tanah, meninggalkan kawah dan retakan panjang.
Tian Long mengangkat kedua tangannya.
Cahaya hijau dan emas di tubuhnya menyatu, menciptakan perisai berbentuk lingkaran qi.
Boom ! Boom ! Boom !
Ledakan demi ledakan menghantam perisai itu, menggetarkan seluruh lembah.
Dari kejauhan, Liu Yuer yang berdiri di halaman akademi menatap ke langit dengan mata basah.
“Tian Long… tolong bertahan…” gumamnya, lalu ia menggenggam pedangnya erat-erat.
Cahaya biru muncul di bilah pedangnya, membentuk pusaran air di udara.
Ia mengangkat pedang itu tinggi-tinggi.
“Teknik Hujan Seribu Bayangan!”
Ratusan bilah air terbang ke udara, menabrak sebagian bilah cahaya Langit yang melesat ke bawah—cukup untuk memberi Tian Long ruang bernapas.
Tian Long melirik ke arah cahaya biru yang memecah badai, sudut bibirnya terangkat.
Dia masih di sana…
................... .........................
Langit bergemuruh.
Avatar itu mengulurkan tangannya lagi, kali ini membentuk tombak perak raksasa, panjangnya menembus awan.
Ketika ia mengangkatnya, bumi di bawahnya ikut terangkat seperti tertarik oleh gravitasi surga.
Para tetua di ruang sidang menatap pemandangan itu dari jendela besar.
Elder Fang berteriak, “Jika tombak itu turun, separuh akademi akan hancur!”
Elder Ming melangkah ke depan, aura bumi dari tubuhnya bangkit, melingkari seluruh menara.
“Semua bentuk formasi pelindung aktifkan sekarang!”
Namun bahkan formasi kuno yang melindungi Akademi Naga Langit tampak bergetar di bawah tekanan avatar itu.
Di bawah, Tian Long memandang tombak yang bersinar di langit.
Ia menarik napas panjang, matanya menutup sejenak.
Ketika ia membuka mata, cahaya di sekelilingnya berubah: bukan lagi hijau dan emas, tapi campuran keduanya—putih lembut berkilau seperti cahaya pagi.
Aura itu menyebar cepat, menyentuh tanah dan langit bersamaan.
Seluruh dunia di sekelilingnya berhenti bergetar seketika, seperti waktu berhenti.
“Mode Harmonisasi… penuh,” bisiknya.
Ia mengangkat tangannya, dan bumi menjawab.
Gunung di belakang akademi bergetar; pilar batu raksasa muncul dari tanah, melilit ke arah langit membentuk naga batu yang menyala cahaya putih.
Naga batu itu melesat, menabrak tombak perak di udara.
DUUAAAARRR !
Ledakan cahaya menyilaukan membuat seluruh benua naga timur menyaksikan kilatan di langit malam.
Gelombang qi menyapu seluruh akademi; para murid terjatuh, para tetua menahan napas.
Ketika cahaya mulai reda, mereka melihat Tian Long masih berdiri—dengan aura putih lembut bergetar di sekelilingnya.
Avatar Langit di atasnya kini terhuyung, tubuh peraknya retak seperti kaca.
“Kau… menolak Langit…”
suara itu menggema, setengah kagum, setengah marah.
Tian Long menatap ke atas.
“Bukan menolak,” jawabnya pelan.
“Hanya mengingatkan… bahwa Langit dan Bumi tidak harus bermusuhan.”
Avatar itu menjerit, lalu tubuhnya pecah menjadi ribuan serpihan cahaya yang turun seperti hujan bintang.
Setiap serpihan jatuh ke tanah, berubah menjadi bunga-bunga perak yang segera lenyap.
................... .........................
Keheningan.
Lama sekali tidak ada yang berbicara.
Para tetua memandang ke arah langit yang kini jernih, hanya tersisa satu bintang besar berwarna perak yang berkilau lebih terang dari yang lain.
Liu Yuer berjalan tertatih mendekati Tian Long yang masih berdiri di tengah reruntuhan menara.
“Apakah sudah berakhir?” tanyanya dengan suara lemah.
Tian Long menatap langit, pupilnya masih memantulkan cahaya putih itu.
“Belum,” jawabnya pelan.
“Langit sudah melihatku. Sekarang dunia juga akan melihat.”
Angin berembus pelan, membawa aroma debu dan logam.
Di kejauhan, gong akademi berdentang tiga kali tanda keadaan darurat tertinggi.
Langit yang tadi jernih mulai berwarna merah di ufuk timur.
Dan dari balik cakrawala, cahaya baru menyala bukan cahaya Langit, tapi sesuatu yang lebih tua, lebih dalam.
Pengumuman:
Halo, pembaca setia "Warisan Kaisar Naga" terimakasih karena telah mendukung author selama ini dengan membaca dan likenya.
Agar author konsisten untuk upload cerita, teman-teman bisa membantu menyemangati author dengan memberikan like, komentar dan apresiasinya.
Author juga sangat terbuka terhadap masukan dan koreksi. Kalau ada bagian yang menurut kalian bisa diperbaiki, jangan ragu untuk tulis di kolom komentar, ya! Setiap masukan akan membantu author tumbuh dan menghadirkan cerita yang lebih baik lagi.
Sekali lagi, terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan panjang “Warisan Kaisar Naga.”
Dukungan kalian adalah warisan sejati bagi semangat author