Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CUKUP, DEK!
Iswa pun masih mengajar, hingga menjelang maghrib, Sakti beberapa kali chat menanyakan keadaan Iswa, tapi tetap tak ada kabar tentang Kaisar. "Mungkin mereka liburan, atau hilang sekalian," ujar Iswa sudah jengkel pada sang suami.
Ia pun membeli makanan untuk mengisi perutnya yang hampir seharian tak diisi. Iswa makan di ruang makan sendiri. "Kok gak minta Mbak masakkan makanan?" tanya Sakti tiba-tiba datang dan menemani Iswa makan. Gadis itu hanya diam dan menggeleng.
"Tadi mampir saat pulang les," ujar Iswa kemudian menawarkan Sakti untuk icip, namun ditolak, mana mau Sakti makan dari luar, dia tipe yang OCD pada makanan.
"Besok mama dan papa pulang, kalau Kaisar belum pulang gimana?" tanya Sakti ikut memikirkan nasib sang adik. Pasalnya papa akan menghajar sang adik bila dia melakukan hal di luar batas. Meski sang adik yang salah, tetap saja sebagai kakak, Sakti tak tega melihat Kaisar dihajar oleh sang papa.
"Aku gak tahu, Kak. Aku juga gak bisa memprediksi Kak Kaisar di mana, kalau aku ditanya juga aku gak bisa jawab!"
"Dia sama mantannya?" Iswa mengedikkan bahu. Setelah makan, Iswa pun pamit ke kamar, hari ini hari terakhir ujian akhir semester. Besok sudah mulai libur sampai 2 bulan ke depan. Iswa sudah merancang kalau Kaisar bersama Adel hampir dua malam ini, maka Iswa akan mengajukan cerai saja, dan selama liburan ia akan ikut Elin pulang ke Jawa Tengah. Ia pun chat Elin untuk tidak pulang besok, tunggu 3 atau 5 hari saja untuk memastikan Iswa bisa ikut atau enggak. Elin menyanggupi, dia juga masih ada urusan les dengan adik lesnya malah dia masih tinggal seminggu lagi di sini.
Iswa juga sudah merancang kalau sampai cerai dengan Kaisar nanti, dia akan nge-kos saja, daripada tinggal di rumah orang tuanya sendiri, mending kos saja setidaknya ada teman kos yang bisa diajak ngobrol, syukur-syukur kalau kos Elin ada yang kosong. Bahkan Iswa akan mengontrakkan rumahnya saja, biar ada pemasukan juga. Ia pun mulai membuat promosi rumah kontrakannya, yah untuk mengalihkan fokusnya dari Kaisar juga.
"Aku pulang ya?" pamit Kaisar, karena sejak bangun kemarin Adel sangat bahagia melihat Kaisar di dekatnya. Ia tak mau ditinggal Kaisar, bahkan kedua orang tuanya dan Ivon diizinkan pulang, biarkan dia berduaan dengan Kaisar.
"Terus aku sama siapa, Kai?" tanyanya manja, sungguh Kaisar ingin berkata kasar pada Adel. Pikiran Kaisar melayang ke Iswa, pasti dia khawatir dan bisa marah juga karena sampai sekarang Kaisar tak membuka chat dan menerima panggilan Iswa maupun Sakti.
"Del, tolong. Kita sudah dewasa, kita juga sudah bisa merasakan enggak enaknya mencintai sendirian, please terimalah kenyataan. Aku udah gak mau sama kamu."
Adel mulai menangis, baru saja ia merasakan kebahagian akan perhatian Kaisar. Tapi harus dipaksa menerima kenyataan kembali bahwa Kaisar tetap ingin putus. "Please, Del. Kalau pun kita pacaran lagi, rasanya juga gak bakal sama."
"Apa karena Iswa?"
"Iya!" terpaksa Kaisar jujur, dan tak memikirkan efek pengakuan ini. "Aku gak mau menyakiti dia."
"Kenapa kamu bisa menyakiti aku tapi gak mau menyakiti dia. Hubungan kita lebih lama daripada dengan dia, Kai."
"Suatu saat kamu akan tahu kenapa aku gak mau menyakiti dia, Del."
Adel menangis, Kaisar sudah tak mau menenangkannya. "Aku sudah bicara baik-baik sama kamu, Del. Jadi aku harap kamu bisa menghargai aku juga."
"Baiklah! Kamu boleh pulang, kalau orang tuaku datang, tolong ambilkan ponselku!" ujar Adel pasrah. Kaisar pun mengambilkan ponsel Adel, dan membiarkan di chat orang tuanya.
Kaisar pun kembali ke sofa, ia tak mau berdekatan dengan Adel lebih lama, waspada saja Adel nekad seperti di rumahnya dulu.
Mungkin kamu cari Kaisar. Dia ada di kamar VIP 4 RS X.
Adel tak mengirim pesan pada orang tuanya, malah kirim pesan pada Iswa, dan langsung centang dua biru. Adel akan nekad demi mempertahankan Kaisar menjadi kekasihnya.
Sedangkan Iswa mengerutkan dahi, ia tak menyimpan nomor Adel, tapi saat membaca chat itu, Iswa langsung tersenyum kecut. "Gue udah khawatir setengah mati, nyatanya dia bersama Adel beneran."
Iswa tak membalas, ia mengetuk kamar Sakti. "Kak, bisa antar aku RS X?"
"Siapa yang sakit, Wa?" Iswa menunjukkan room chat Adel, Sakti langsung menatap Iswa, dan keduanya segera meluncur ke RS.
"Jangan emosi dulu ya, Wa."
"Aku gak bakal emosi, Kak, karena aku sudah menduga."
"Dengarkan dulu penjelasan Kai." Iswa menoleh pada Sakti, dia tersenyum sinis.
"Bahkan Kak Sakti saja langsung putus sama Mbak Andin, saat tahu mereka berduaan di tempat umum. Sedangkan Kaisar dan Adel berdua di kamar VIP, yakin aku bisa mendengar penjelasan Kaisar dan percaya sama omongannya?" sindir Iswa, Sakti langsung terdiam.
Keduanya pun menuju kamar VIP 4, Iswa tak perlu mengetuk pintu langsung membuka saja, sudah siap dengan pemandangan apa yang akan dipertontonkan oleh sepasang kekasih itu.
Sakti langsung menutup mata Iswa, namun adik iparnya itu menepis tangan Sakti. Iswa melihat Kaisar berciuman dengan Adel dengan diam tanpa emosi berlebih, meski Adel yang terlihat mendominasi tetap saja hati Iswa tak terima.
"Cukup, Dek!" suara Sakti membuyarkan keduanya. Kaisar kenal suara itu, ia langsung menoleh dan kaget setengah mati melihat siapa yang berdiri di depan pintu.
"Wa!" lirihnya, bahkan tangan Adel masih bertengger di pundak Kaisar. Iswa tersenyum lalu mengangguk, dan tak butuh waktu lama Iswa berbalik badan keluar kamar VIP itu. Sakti sempat melihat sang adik sembari menggelengkan kepala, lalu menyusul Iswa.
"Puas?" tanya Kaisar menepis tangan Adel kasar. "Aku pastikan ini pertemuan terakhir kita!" ucap Kaisar dengan menahan emosi agar tidak menampar Adel. Pasalnya sejak tadi Adel merayu, ia mau putus dan tidak mengganggu hubungan Kaisar dan Iswa asalkan Kaisar mau menuruti keinginan Adel untuk terakhir kalinya, yakni berciuman. Kaisar menolak, tapi Adel terus merayu, hingga Kaisar berpikir ya udalah sekali habis itu dia tidak akan diganggu Adel lagi. Ternyata, Kaisar masuk jebakan mantan kekasihnya yang licik itu, malah sekarang ia dibuat ketakutan akan kandasnya pernikahan dengan Iswa.
"Mau nangis?" tanya Sakti sembari menyodorkan tisu pada Iswa saat keduanya sudah di mobil. Iswa menggeleng dan masih bisa tersenyum.
"Enggak, Kak. Makasih. Aku sudah menduga dan siap menerima pemandangan tadi kok, yuk pulang!" ujar Iswa masih santai.
Sakti yang tak tega, hanya menghela nafas berat. Yakin sekali Iswa sedang marah semarahnya pada Kaisar, Sakti memaklumi. Siapa yang tidak marah kalau pasangannya berpagut mesra dengan wanita lain, kalau Sakti berada di posisi Iswa, ia akan menghajar keduanya, sepatu bahkan kursi bisa saja dilempar ke wajah mereka, biar sekalian hancur.
hemmmm wa kamu jg terlalu gampang memberi kesempatan fokus dulu ke diri sendiri dulu biar mapan segala hadehhh
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah