NovelToon NovelToon
Transaksi Terakhir

Transaksi Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:859
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.

Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengadilan jalanan

VONIS MATI DI ATAS RODA

​Lantai -666, Departemen Arsip.

​"LARIIIII!" teriak Han Ji-woo.

​Dia melempar Yuna dan Valerius masuk ke dalam mobil melalui atap yang terbuka (sunroof yang pecah sebelumnya). Ji-woo melompat ke kursi pengemudi.

​Hakim Agung Neraka mengangkat palu sidang raksasanya yang sebesar truk kontainer.

"Terdakwa Han Ji-woo! Kau didakwa atas pasal Perusakan Aset Negara, Pembobolan Dimensi, dan Penghinaan terhadap Petugas!"

​"VONIS: PENYETAN ABADI!"

​BLAM!!!

​Palu raksasa itu menghantam lantai tempat Ferrari tadi parkir. Lantai beton hancur menjadi kawah magma.

Untungnya, The Devil's Ferrari sudah melesat sepersekian detik sebelumnya.

​Mobil itu tidak melaju di lantai (karena lantainya sudah hancur). Mobil itu melaju Vertikal di dinding rak buku raksasa.

​"PEGANGAN, MANUSIA LEMAH! GRAVITASI ADALAH UNTUK PECUNDANG!" raung Ferrari.

​Bannya mencengkeram pinggiran rak buku. Mobil itu melesat naik menuju langit-langit yang tak terlihat, zig-zag menghindari buku-buku yang berjatuhan akibat getaran palu Hakim.

​"Valerius! Di mana jalan keluarnya?!" teriak Ji-woo sambil membanting setir menghindari ensiklopedia yang jatuh.

​Valerius, yang wajahnya menempel di kaca jendela karena G-Force, melihat tabletnya.

"Lobi utama sudah diblokir! Satu-satunya jalan keluar adalah Cerobong Reinkarnasi di puncak menara!"

​"Ke atas! Kita ke atas!"

​Di bawah mereka, Hakim Agung mendongak. Matanya menyala seperti dua kawah berapi.

"Pengadilan belum selesai. Kau tidak boleh meninggalkan ruang sidang!"

​Hakim itu menghentakkan kakinya. Lantai di bawahnya naik, membentuk pilar batu yang mengejar mobil Ferrari dengan kecepatan tinggi. Hakim itu "berselancar" di atas pilar batu itu sambil mengayunkan palunya.

​ BANDING DITOLAK

​Kejar-kejaran terjadi secara vertikal.

Ferrari merah melesat di dinding rak buku setinggi ribuan meter, dikejar oleh Raksasa Hakim yang naik lift batu magis.

​"Saya ajukan keberatan!" teriak Ji-woo. "Buku utang saya sudah hangus! Kasus ditutup!"

​"Keberatan Ditolak!" balas Hakim Agung. "Kau masih punya Utang Administrasi!"

​Hakim mengayunkan palunya ke udara. Bukan memukul fisik, tapi memukul konsep ruang.

SKILL: HAMMER OF LAW (GEMA HUKUM).

​Gelombang energi ungu melesat ke arah mobil.

​"Yuna, menunduk!"

​Gelombang itu mengenai ban belakang Ferrari.

POOF!

Ban itu tidak meledak, tapi berubah menjadi kotak persegi.

​"BAN KOTAK?! INI PENGHINAAN AERODINAMIKA!" jerit Ferrari. Mobil berguncang hebat karena rodanya tidak bundar lagi. Kecepatannya turun drastis.

​"Itu Kutukan Geometri!" jelas Valerius. "Dia mengubah bentuk fisik kita sesuai aturan kaku birokrasi!"

​Jarak mereka semakin dekat. Bayangan palu Hakim sudah menutupi mobil.

​"Sialan," Ji-woo melihat ke atas. Cerobong Reinkarnasi (sebuah pusaran cahaya putih) masih 500 meter lagi. Dengan ban kotak, mereka akan tertangkap dalam 10 detik.

​Ji-woo butuh solusi cepat. Dia tidak bisa melawan Hakim ini. Levelnya terlalu jauh. Hakim ini bukan sekadar monster, dia adalah Konsep Absolut.

​"Sistem!" teriak Ji-woo. "Adakah cara menyuap Hakim?!"

​[ANALISIS KORUPSI]

Target: Hakim Agung (Incorruptible/Tidak Bisa Disuap dengan Uang).

Kelemahan: Dia adalah kolektor "Penyesalan Murni".

Hakim menyukai barang bukti yang mengandung emosi penyesalan mendalam.

​Mata Ji-woo tertuju pada saku celananya.

The Regret Watch (Jam Saku Penyesalan).

Item yang dia dapatkan dari Doppelgänger-nya di Episode 19. Jam itu berisi penyesalan seumur hidup dari versi dirinya yang kaya raya namun mati konyol.

​"Ini dia," Ji-woo tersenyum gila. "Sogokan terakhir."

​"Valerius! Ambil alih kemudi!"

Ji-woo melepaskan setir dan memanjat keluar ke atap mobil yang sedang melaju vertikal itu.

​"Tuan Han! Anda mau bunuh diri?!"

​Ji-woo berdiri di atap mobil, angin neraka menampar wajahnya. Dia menatap Hakim Agung yang sudah siap menggeprek mereka.

​"HEI, PAK HAKIM!" teriak Ji-woo.

​Hakim itu berhenti sejenak, palunya melayang di udara. "Kata-kata terakhir, Terdakwa?"

​Ji-woo mengangkat jam saku emas itu tinggi-tinggi.

"Saya ingin mengajukan Barang Bukti Baru (Novum)!"

​"Barang bukti apa?"

​"Ini adalah Penyesalan dari seorang Han Ji-woo yang sukses, kaya, tapi mati kesepian. Ini adalah kristalisasi dari rasa bersalah murni!"

​Mata Hakim Agung membesar. Dia bisa merasakan aura jam itu. Penyesalan adalah 'Makanan' paling lezat bagi penghuni neraka. Apalagi penyesalan dari seorang Dewa Perang alternatif.

​"Menarik..." gumam Hakim. "Sangat langka."

​"Saya tawarkan ini sebagai Denda Pengganti!" teriak Ji-woo. "Ambil jam ini, dan biarkan kami pergi!"

​Ji-woo melempar jam itu sekuat tenaga ke arah Hakim.

​Hakim Agung menangkap jam kecil itu dengan tangan raksasanya. Dia mendekatkannya ke mata, mengamatinya seperti seorang ahli permata.

"Indah sekali... Rasa putus asanya... Chef's Kiss."

​Hakim itu tersenyum (mengerikan).

"Barang bukti diterima. Denda dianggap lunas."

​"TAPI!" Hakim mengangkat palunya lagi. "Kau masih bersalah karena melanggar batas kecepatan!"

​"Apa?!" Ji-woo melongo. "Dasar birokrat licik!"

​"Vonis Tambahan: Hukuman Pengasingan!"

​Hakim memukul udara di belakang mobil Ferrari.

BOOM!

​Pukulan itu menciptakan gelombang kejut angin yang dahsyat.

Bukannya menghancurkan mobil, gelombang itu justru mendorong mobil Ferrari ke atas dengan kecepatan supersonik.

​"WAAAAAAAAAA!" Ji-woo (yang masih di atap) terlempar masuk kembali ke dalam mobil lewat jendela.

​Mobil itu melesat masuk ke dalam Cerobong Reinkarnasi seperti peluru yang ditembakkan dari meriam.

​"TERIMA KASIH DORONGANNYA, PAK HAKIM!" teriak Ji-woo saat mereka menghilang dalam cahaya putih.

​Hakim Agung tertawa bergema di kedalaman neraka.

"Pergilah, Han Ji-woo. Jangan kembali sampai kau mati sungguhan. Aku benci lembur."

​KEMBALI KE NOL (LAGI)

​Bumi. Jalan Tol Incheon.

Pukul 06:00 Pagi.

​Sebuah lubang dimensi terbuka di langit.

Ferrari merah jatuh keluar, melakukan spin di udara, dan mendarat keras di aspal.

BRAK! CUIT! CUIT!

​Mobil itu berasap. Ban kotaknya (yang untungnya kembali bundar saat masuk dimensi Bumi) meletus semua.

Mesinnya mati total. Aura roh jahat di mobil itu menghilang.

​The Devil's Ferrari kini hanyalah... Ferrari rongsokan biasa. Rohnya sudah tenang atau mungkin tertinggal di neraka.

​Ji-woo, Yuna, dan Valerius merangkak keluar dari bangkai mobil mewah itu.

Mereka berbaring di aspal, menatap matahari terbit.

​"Kita... hidup?" tanya Yuna.

​Ji-woo meraba dadanya. Jantungnya berdetak. Lengannya terasa normal.

"Kita hidup. Utang nyawa lunas. Utang galaksi lunas."

​Valerius mengecek tabletnya (yang layarnya retak seribu).

"Tuan Han, Sistem Mutual Wealth Anda kembali ke mode Default Bumi. Status Anda sekarang adalah: Warga Sipil Pengangguran."

​Ji-woo tertawa. Tawa yang lepas dan bahagia.

"Pengangguran... kata yang indah."

​Namun, suara sirine polisi terdengar mendekat.

Dua mobil patroli berhenti. Polisi keluar dengan pistol terhunus.

​"ANGKAT TANGAN! KAMI MENERIMA LAPORAN BALAPAN LIAR DAN PENCURIAN MOBIL MEWAH!"

​Ji-woo melihat bangkai Ferrari di sebelahnya.

"Ah, benar juga. Kita mencuri mobil ini dari hantu, tapi polisi tidak akan percaya hantu."

​Ji-woo mengangkat tangan sambil tersenyum pasrah.

"Valerius."

​"Ya, Tuan?"

​"Apakah kau punya pengacara?"

​"Tidak. Saya bangkrut, ingat?"

​"Bagus. Berarti kita akan dipenjara."

​"Kenapa bagus?" tanya Yuna panik.

​"Karena di penjara..." Ji-woo menatap matahari pagi dengan optimis. "Makanannya gratis."

​[TEKS DI LAYAR HITAM]

​ARC 4: SELESAI.

​Rangkuman Status:

​Kesehatan: 100%.

​Kekayaan: 0 Won.

​Utang Nyawa: 0.

​Status Hukum: Tahanan Kota Seoul (Pasal Pencurian).

​Pencapaian: Berhasil menyuap Hakim Neraka dengan Penyesalan.

​[EPILOG: DUA TAHUN KEMUDIAN]

​Gerbang Penjara Seoul terbuka.

Seorang pria tegap dengan rambut cepak keluar, membawa tas plastik berisi barang-barang pribadinya (sikat gigi dan sabun).

Itu Han Ji-woo.

​Selama 2 tahun di penjara, dia tidak menggunakan kekuatannya. Dia menjadi narapidana teladan, bekerja di dapur, dan membaca buku ekonomi. Dia hidup tenang tanpa sistem, tanpa monster.

​Yuna dan Valerius sudah menunggu di depan gerbang. Yuna sekarang terlihat lebih dewasa, mengenakan pakaian kantor rapi. Valerius sudah punya kacamata baru.

​"Selamat bebas, Bos," sapa Yuna.

​"Terima kasih, Yuna," Ji-woo menghirup udara bebas. "Kalian terlihat sukses."

​"Kami membuka 'Agensi Konsultasi Paranormal'," kata Valerius. "Bisnis lancar. Banyak orang kaya yang diganggu hantu."

​"Dan kami butuh CEO," tambah Yuna. "Kami menyisakan posisi itu untuk Anda."

​Ji-woo tersenyum.

"CEO? Gaji tetap? Tunjangan?"

​"Tentu saja."

​Ji-woo menggeleng.

"Tidak, terima kasih. Gaji tetap membuatku lemah."

​Tiba-tiba, sebuah gempa kecil mengguncang tanah.

Langit di atas Seoul retak lagi. Tapi kali ini warnanya bukan merah atau hitam.

Warnanya Ungu Neon.

​Dari retakan itu, turun sebuah Menara Raksasa yang menancap tepat di tengah kota Seoul.

​[PENGUMUMAN DUNIA]

[TOWER OF TRIALS (MENARA UJIAN) TELAH MUNCUL]

[SIAPAPUN YANG MENCAPAI PUNCAK, AKAN DIKABULKAN SATU PERMINTAAN MUTLAK]

​Orang-orang di jalanan panik. Monster mulai keluar dari dasar menara.

​Mata Ji-woo berbinar. Bukan karena takut, tapi karena... kesempatan.

Sistem di kepalanya yang sudah lama tidur, tiba-tiba berbunyi.

​TING!

​[SISTEM REAKTIVASI]

Event Baru Terdeteksi: Menara Ujian.

Misi: Panjat Menara tanpa Modal.

Hadiah: Menjadi Dewa Perang yang Sesungguhnya.

​Ji-woo melempar tas plastiknya ke tong sampah.

Dia merenggangkan otot lehernya.

​"Yuna, Valerius," seringai Ji-woo kembali muncul. Seringai liar yang sudah 2 tahun hilang.

"Lupakan kantor konsultan. Kita akan memanjat gedung itu."

​"Kenapa?" tanya Yuna pasrah.

​"Karena..." Ji-woo mengepalkan tangannya.

"Aku dengar, tiket masuknya Gratis."

1
Pretty_Mia
Author, kapan nih next chapter?
Ray void: terimakasih support nya update nya pagi besok yaa😄😄😍
total 1 replies
Shoot2Kill
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Ray void: terimakasih atas support nya😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!