NovelToon NovelToon
Sang Penakluk

Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: RantauL

Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".

Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".

Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".

Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.

Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30. Kematian Gung Bou

Ray Zen kembali membanting tubuh Gung Bou ke dinding di belakangnya, membuatnya

meringis kesakitan. Cengkraman tangan dari Ray Zen juga semakin kuat mencekik lehernya. Pedang ditangan Gung Bou perlahan terjatuh ke lantai, suara dentingan logam bergema di ruangan itu.

Dinding di belakangnya juga retak sedikit akibat bantingan keras dari Ray Zen.

Gung Bou mencoba melawan, tapi kekuatan Ray Zen terlalu besar. Ia tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman tangan Ray Zen. Mata Gung Bou mulai memerah karena kekurangan oksigen, dan wajahnya mulai memucat. Entah mengapa pemuda yang dia anggap sampah, ternyata

memiliki kekuatan yang sangat besar seperti ini.

Ray Zen menatap Gung Bou dengan mata yang tajam, penuh dengan penindasan, "Apa kau ketakutan pak tua?" katanya dengan suara dingin. "Kau harus menerima balasan atas apa yang selama ini kau lakukan!"

Krekkk…

Ray Zen meningkatkan kekuatan cengkeramannya, membuat tulang-tulang leher Gung Bou patah dengan suara berderak yang jelas terdengar. Seketika Gung Bou berteriak keras, suaranya penuh dengan rasa sakit yang sangat dalam dan tak tertahankan. Namun, teriakan itu segera berubah

menjadi suara parau yang lemah saat nyawanya perlahan meninggalkan tubuhnya.

Ray Zen melepaskan cengkeramannya dengan gerakan kasar. Tubuh Gung Bou terjatuh ke lantai ruangan dengan keras, menimbulkan suara hantaman yang berat. Ia tergeletak dengan posisi yang tidak beraturan, menunjukkan betapa brutalnya akhir hidupnya.

Ray Zen berdiri tegak, menatap tubuh tanpa nyawa itu dengan ekspresi dingin dan tanpa belas kasihan. Ia kemudian mengangkat tangannya, dan bayangan gelap mulai menyelimuti tubuh Gung Bou,

"Bangkitlah!"

Gung Bou pun bangkit dalam wujud bayangan dan segera berlutut di kaki Ray Zen. "Tidak

buruk." lanjutnya setelah melihat peningkatan kekuatan Gung Bou yang telah menjadi pasukan bayangan.

Setelah itu, dengan tenang Ray Zen meninggalkan ruangan, meninggalkan mayat Gung Bou di belakangnya. Tidak ada tanda-tanda penyesalan atau keraguan dalam langkah-langkahnya, hanya tekad yang kuat untuk melanjutkan apa yang telah dia mulai, menghabisi setiap musuh-musuhnya.

Suasana ruangan menjadi sunyi dan mencekam, hanya diisi oleh keheningan

kematian yang baru saja terjadi. Diluar ruangan, Bai Hu, Han Yu, Tiger, Trile dan Bear, masih setia menunggu Ray Zen. Bahkan

sejak tadi Bai Hu hanya mundar-mandir didepan pintu ruangan, khawatir dengan keadaan Ray Zen. Sementara pelayan wanita masih tetap berdiri didepan pintu, dengan raut wajah senang, berpikir jika Ray Zen telah tiada.

Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan Ray Zen dengan senyuman khasnya. "Pangeran.., pangeran baik-baik saja?" tanya Bai Hu cemas, segera menghampiri Ray Zen. "Aku baik-baik saja paman, hanya ada seekor semut kecil yang mencoba menggigitku." balas Ray Zen.

Bai Hu menghela napas lega, "Syukurlah kalau begitu pangeran."

"Sekarang bisakah kau mengantarkan aku keruangan pemilik paviliun ini?" kata Ray Zen dingin kepada pelayan wanita yang masih diam membisu. Keringat dingin membasahi dahi pelayan wanita itu, nafasnya sesak karena tatapan Ray Zen. Ia tidak tahu apa

yang telah terjadi didalam ruangan, tapi setelah mendengar perkataan Ray Zen, besar kemungkinan jika Ray Zen telah mengalahkan Gung Bou.

"A.. Apa yang telah kau lakukan pada manager Gung?" suara pelayan wanita bergetar, matanya menatap Ray Zen ketakutan. Ia mencoba masuk kedalam ruangan, tetapi Trile segera memegang pergelangan tangannya, mencengkeramnya kuat. "Kau tidak perlu tahu, tugasmu cuma satu,

antarkan kami sekarang juga!" bentak Trile.

"Ba.. ba.. baik nona." jawab pelayan itu terbata-bata menahan rasa sakit.

Pelayan wanita itu pun, dengan sangat terpaksa, membawa Ray Zen dan para pengawalnya menuju lantai tujuh Paviliun, tempat kediaman Wang Ji, sang pemilik Paviliun Lotus Emas.

Suasana di lantai tersebut terasa sangat berbeda dibandingkan lantai-lantai sebelumnya—terlihat jauh lebih mewah, megah, dan dipenuhi aura otoritas yang menekan. Yang lebih mencolok lagi, di lantai itu hanya terdapat satu ruangan besar yang berdiri kokoh di tengah-tengahnya. Pintu kayu merah tua berhiaskan ukiran bunga lotus emas mempertegas siapa sosok yang tinggal di dalamnya.

Setibanya mereka di depan pintu ruangan Wang Ji, pelayan wanita itu segera mengetuk pintu dengan penuh hormat. Tak lama kemudian, terdengar suara serak namun berwibawa dari dalam.

"Masuklah," kata suara serak pria tua dari dalam ruangan perlahan, namun cukup jelas untuk didengar dari luar. Pelayan wanita itu menoleh singkat ke arah Ray Zen dan para pengawalnya, seakan meminta izin atau mungkin sekadar memastikan bahwa ia tidak sendiri menghadapi pria di balik pintu itu. Ray Zen hanya mengangguk kecil, dan tanpa ragu, pintu pun dibuka.

Begitu pintu terbuka, aroma dupa wangi langsung menyeruak keluar, menyambut mereka dengan kesan sakral. Di dalam ruangan, tampak seorang pria tua berjubah panjang duduk bersila di atas panggung rendah berlapis permadani biru keemasan. Matanya terpejam, namun tubuhnya tegap

dan penuh ketenangan.

Wang Ji membuka matanya perlahan, tatapannya langsung tertuju pada Ray Zen. Sorot matanya

tajam, namun tak menunjukkan permusuhan, lebih kepada penilaian yang mendalam.

Setelah itu, matanya melirik ke arah Bai Hu yang berdiri tenang di belakang Ray Zen.

"Tuan Bai...," ucap Wang Ji lirih, sambil menyipitkan mata. Ia perlahan berdiri dari tempat duduknya, gerakannya meski lambat namun penuh wibawa. "Ada perlu apa Tuan Bai datang ke tempatku?"

Bai Hu tersenyum tipis, lalu melangkah maju satu langkah. "Lama tidak bertemu, Saudara Wang. Aku ke sini bersama Pangeran Ray Zen. Ada hal penting yang perlu ia sampaikan langsung padamu."

"Pangeran?" Wang Ji tampak terkejut. Tatapannya kembali mengarah kepada Ray Zen. Kali ini dengan sorot mata berbeda. Ia memerhatikan pemuda itu dari ujung kepala hingga kaki, seolah menilai sesuatu yang tersembunyi di balik sikap tenangnya.

Selama ini, Wang Ji tidak pernah bertemu dengan Ray Zen, ia hanya tahu tentang pangeran dan putri Kaisar lainnya, yang sering membeli barang-barang berharga di Paviliun miliknya. Hal itu tentu saja karena Ray Zen dulunya tidak bisa berkultivasi, dan mengurung dirinya dilingkungan Istana Kekaisaran.

Ray Zen maju satu langkah, lalu mengepalkan tangan di depan dada, memberi salam dengan penuh hormat. "Salam hormat, Paman Wang. Namaku Ray Zen."

Wang Ji membalas dengan anggukan kecil. "Maafkan atas ketidaksopanan para pelayan kami, Pangeran. Mereka tak tahu siapa tamu yang tengah mereka hadapi."

"Tidak masalah , Paman Wang. Aku tidak datang ke sini untuk disambut sebagai

seorang pangeran." Ray Zen tersenyum tipis, lalu melirik ke arah para pengawalnya di belakang. "Aku datang sebagai seorang pedagang... dan mungkin, sebagai seorang sekutu."

Wang Ji menaikkan satu alis. "Oh? Sekutu, katamu? Menarik." Ia mempersilakan Ray Zen duduk di kursi tamu, sementara pelayan wanita yang sejak tadi diam menyimak pembicaraan mereka, buru-buru keluar dari ruangan itu.

Setelah duduk, Ray Zen memperkenalkan pengawalnya yang lain kepada Wang Ji.

"Ini adalah Kakek Han, Tiger, Trile, dan Bear, mereka berempat adalah pengawal pribadiku, sama seperti paman Bai."

Keempat orang itu memberi salam sopan kepada Wang Ji.

"Kakek Han..? Apakah kakek ini adalah pria yang dikenal dengan sebutan Penyihir Brutal?" tanya Wang Ji tak percaya. Ia tidak menyangka jika Penyihir Brutal yang selama ini hanya ia dengar dalam cerita, ternyata masih hidup, dan bahkan bertemu langsung dengannya.

"Benar paman." balas Ray Zen singkat. "Kedatanganku kesini untuk menjual beberapa senjata dan pil-pil berharga yang sangat langka di Kekaisaran Awan Putih ini, kepada paviliun paman. Aku berharap paviliun paman bersedia menjadi saluran distribusinya."

Wang Ji tampak tertarik. Matanya menyipit, seolah mempertimbangkan prospek kerja sama itu. "Senjata langka dan pil berharga, katamu? Hmm... aku harus melihatnya terlebih dahulu."

Ray Zen mengeluarkan beberapa senjata tingkat Berlian dan 3 senjata tingkat Kristal, yang memancarkan aura kekuatan yang cukup besar—Pedang Spiritual, Belati Es Abadi, dan Tombak Bermata Ganda.

Disamping itu, Ray Zen juga menggeluarkan 15 botol pil yang memancarkan

aura energi murni—Pil Penyembuh, Pil Peningkat Kultivasi, dan Pil Penghemat Energi, yang masing-masing berada ditingkat Kristal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Christian Matthew Pratama
bai hu kmna, mc biarkan pengawal setianya mati demi menutupi kemampuannya, mc malah keliling hutan cari bawahan baru
Christian Matthew Pratama
mc tolol atau gmn, pengawalnya dalam bahaya malah dibiarkan, dia malah msk kehutan
Christian Matthew Pratama
ini critanya zaman kapan ada istilah big boss
Christian Matthew Pratama
mmg sdh ada jam ya🤔
Rizky Fadillah
suka aku sama guru nya,mengajarkan mc jngn naif,tidak ada kebaikan didunia kultivator,apa lgi di dunia nyata banyak tipu muslihat nya hahaha
Yuzuru03
Jalan ceritanya bikin penasaran
Dadi Bismarck
Seru banget! Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya!
Mưa buồn
Aku suka banget tokoh-tokohnya. Jangan berhenti nulis thor.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!