Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Mustahil itu mah! Kayaknya lebih mudah menemukan jarum dalam tumpuk jerami deh! Dari pada menemukan namaku di hati Oppa Satria! Kayak pungguk merindukan bulan!" jawab Aisya sambil menggelengkan kepalanya tak percaya sama sekali.
Rani dan Dwi saling pandang dengan senyum penuh arti. Karena waktu sudah sangat mepet, akhirnya mereka membawa Aisya keluar dari kamar.
Satria Pratama sudah menunggunya sejak tadi, ia juga tak kalah tampan dengan kemeja batik dengan motif truntum.Tubuhnya yang tinggi tegap terlihat makin gagah dan berwibawa dalam balutan batik itu.
Begitu Aisya keluar Satria langsung terpana, melihat kecantikan Aisya bahkan Satria sampai lupa berkedip. "Masya Allah!" gumam Satria dalam hati.
Ray yang memperhatikan reaksi sepupunya, langsung menyenggolnya. "Jangan lupa nafas komandan!" jahilnya. Satria langsung salah tingkah sendiri.
"Wah! Baju kalian cocok bangat, deh!" goda Rani.
"Iya ya! Kayaknya jodoh nih!" tambah Dwi.
"Hus! Apaan sih kalian. Maaf ya Oppa mamud-mamud ini kalau becanda suka lewat tinggi badannya sendiri. He he harap maklum ya Oppa."
"Gak papa!" Satria tersenyum kikuk.
"Hadeh! Satria! Badan aja tinggi besar atletis cakep udah pasti. Tapi giliran merayu satu cewek aja gak bisa! Seharusnya tantang Aisya, dong! Ngomong gini: Kalau ternyata aku emang jodohmu, gimana?! Kamu mau, kan? Gitu komandan!" geram Ray, berbisik pelan pada Satria.
"Oh! Gitu ya?" Satria sampai mengelus tekuknya sendiri.
Ray si mantan buaya, darat air dan udara itu kini sudah menikah dan punya buntut dua. Hanya bisa menepuk jidatnya gemas pada satu sepupunya itu. Dinginnya melebihi kulkas sepuluh pintu.
"Sudah sana cepat ajak Aisya pergi! Sebelum kelar tuh acara, baru kalian nyampe!" lanjut Ray menyuruh Satria segera beranjak.
"Ya bawel!"
"Ayo! Aisya Humaira kita pergi sekarang sebelum buaya menerkam kita!" seru Satria yang sudah mulai santai.
Ray langsung memelototi Satria tak terima.
Rani dan Dwi langsung tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan Aisya tersenyum tipis sambil mengangguk, melangkah bersama Satria.
"Awas aja kamu ya!" ketus Ray saat keduanya melangkah keluar dari penginapan menuju mobil.
Aisya terkejut tak percaya melihat kendaraan yang terparkir di depan penginapan. Mobil sport hitam mengkilap berdiri gagah di bawah sinar mentari pagi. Aisya yakin harga mobil ini mencapai angka miliyaran.
"Wah, ini mobil keren bangat. Atapnya bisa di buka lagi!" seru Aisya terkagum-kagum.
Satria tersenyum tipis melihat sikap polos Aisya yang apa adanya."Apa kamu suka? Mobil ini baru aja sampai dari Jakarta."
"Jangan di tanya lagi Oppa! Jawabannya pasti yes gak mungkin no!" jawab Aisya yang masih menelisik kagum mobil mewah di hadapannya itu.
"Berasa kayak tuan putri kalau naik mobil sekeren ini!" lanjut Aisya sambil terkekeh sendiri.
"Hm! Kamu memeng layak jadi tuan putri, Aisya Humaira!" ucap Satria yang kini mulai sedikit mahir berbicara. Setelah mengikuti krusus kilat sama Ray, si mantan buaya beberapa hari ini.
Aisya sempai melongo mendengar ucapan Satria, ternyata ia mulai meragukan sikap dingin Satria. Menurutnya Satria tak sedingin yang ia duga selama ini.
Perjalanan menuju acara membutuhkan waktu lebih kurang dua jam akhirnya mobil mewah milik Satria berhenti dengan mulus tak jauh dari tenda.
Kehadiran mobil sport mewah itu langsung mencuri perhatian para tamu undangan. Tak kecuali pemilik acara yang kini ikut melongo tak percaya! Apa lagi saat melihat siapa yang keluar dari balik pintu mobil itu.
"Aisya! Satria Pratama?" gumam Riska sampai mengucek matanya beberapa kali memastikan penglihatannya.
" Gak mungkin! Gak mungkin Satria dan Aisya!" ujarnya menolak kenyataan yang ada. Matanya melotot sempurna di kursi pelaminan.
Satria dan Aisya kali ini tampil beda dengan autfitnya dari atas sampai bawah semua barang bermerek yang di tafsir harga mencapai puluhan juta rupiah, belum lagi mobil mewah yang mereka bawa.
"Adrian! Cubit aku! Ini pasti mimpi?" ucap Riska syok bukan main.
Suasana pesta terlihat ramai dan meriah. Ribuan tamu undangan dari beberapa desa memenuhi tenda-tenda. Namun kehadiran Aisya dan Satria dengan kendaraan mewah itu berhasil mengalihkan atensi para tamu undangan.Termasuk para bocah yang tadinya meregek pada minta jajan es krim langsung diam. Kini malah menunjuk ke arah mobil.
Aisya dan Satria berjalan beriringan layaknya pasangan. Aisya berjalan anggun penuh percaya diri sambil tersenyum ramah sama para tamu undangan, sampai matanya menangkap sosok orang tuanya yang duduk berdampingan di barisan kedua dari depan tenda.
"Oppa! Kita duduk di dekat Umi sama Abi, ya!" ajak Aisya dengan sedikit mendekatkan wajahnya dengan Satria seperti orang yang hendak berbisik.
"Ok. Ayo!" sahut Satria dengan senang hati. Lalu mereka melangkah mendekati orang tuanya Aisya.
Satria langsung Salim tangan dengan santun dan hormat pada kedua orang tuanya Aisya.
Bisik-bisik tetangga mulai terdengar samar-samar di udara. Ternyata Aisya punya kekasih baru yang tampan rupawan. Dan tak sedikit juga yang mempertanyakan nasib si Kakek?
"Den Bima apa kabarnya?" tanya Umi Ella ramah dan sopan. Tahu kalau Satria itu salah satu pewaris dari keluarga Dirgantara. Dan kini putrinya juga bekerja di salah satu perusahaan keluarganya. Membuat kedua orang tua Aisya menaruh hormat pada Satria dan keluarganya.
"Umi, Abi panggil aja Satria aja. Kabar Satria Alhamdulillah sehat. Umi dan Abi apa kabarnya?"
"Alhamdulillah kami juga sehat. Aduh kami gak enak hanya panggil nama aja Den!" jawab Umi di angguk Abi di sampingnya.
"Saya justru senangnya. Di panggil nama saja Umi!"
"Baiklah Satria, gimana kabar Pak Arga dan Bu Maria?" tanya Abi-nya Aisya sedikit gugup.
"Alhamdulillah mereka baik, Abi."
"Wah! Calonnya Aisya ya?" celutuk seorang ibu yang duduk di sebelah Aisya.
Aisya kikuk sendiri ia tak berani menjawab. Sadar diri jika Satria hanya pasangan dadakan untuk menghadiri pesta mantan calon suaminya itu.
"Kok diam, Aisya? Terus bagaimana dengan acara lamaran si Kakek?" pancing ibu itu lagi.
"Ia nih! Aisya sebenarnya kamu mau nikah sama siapa? timpal ibu disampingnya lagi yang ikut kepo.
"Sama saya Bu? Saya akan melamar Aisya." potong Satria cepat.
Aisya hanya bisa melongo tak percaya dengan apa yang ia dengar, tapi lagi-lagi ia berpikir jika satria sedang menyelamatkan harga dirinya.
"Terus bagaimana dengan lamaran di Kakek yang juga akan melamar Aisya di waktu yang sama?" tanya wanita itu penuh selidik ia mengira satria Belu tahu jika Aisya di lamar Kakek-kakek.
"Akan saya pastikan, jika Aisya hanya milik saya," jawab Satria tegas dan yakin sambil menatap Aisya dengan penuh cinta.
Ibu-ibu itu tampak kaget. Apalagi Aisya, rasanya ingin terbang ke bulan dan buat konser dadakan di sana.
Aisya yang di tatap ibu-ibu langsung kikuk. "Ya gitu ceritanya," mengangguk kepalanya seolah membenarkan ucapan pria tampan yang kini teng tersenyum padanya.
Aisya yang biasa ceplas-ceplos kini mendadak kalem. Entah karena masih syok dengan ucapan Satria atau efek naik mobil sport mewah.
Bersambung ....