Melati, mantan atlet bola pingpong, menjadi tersangka pembunuhan sepupunya sendiri yang adalah lawan terakhirnya dalam turnamen piala walikota. Setelah keluar dari tahanan, ia dibantu teman baiknya, Aryo, berusaha menemukan pelaku pembunuhan yang sebenarnya.
Namun ternyata Melati bukan hanya menghadapi licik dan bengisnya manusia, namun juga harus berurusan dengan hal-hal gaib diluar nalarnya.
"Dia, arwah penuh dendam itu selalu bersamamu, mengikuti dan menjagamu, mungkin. Tapi jika dendamnya tak segera diselesaikan, dibatas waktu yang ditentukan alam, dendam akan berubah menjadi kekuatan hitam, dia bisa menelanmu, dan mengambil kehidupanmu!" seru nenek itu.
"Di-dia mengikutiku?!" pekik Melati terkejut.
Benarkah Aryo membantu Melati dengan niat yang tulus?
Lalu, siapa pelaku yang telah tega menjejalkan bola pingpong ke dalam tenggorokan sepupunya hingga membuatnya sesak napas dan akhirnya meninggal?
Mari berimajinasi bersama, jika anda penasaran, silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ritual Pengusiran Setan?
Melati mengulum ludah, mengeratkan rahangnya, lalu meremas erat ujung kemejanya, berusaha tetap tenang dalam situasi aneh yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
'Aku tak boleh lengah, aku harus tetap sadar, tak boleh terpengaruh oleh sihirnya!’ serunya dalam hati, semakin mengeratkan genggaman tangannya hingga buku-buku jemarinya memutih dan keringat dingin mulai membasahi sebagian wajah dan tubuhnya.
Wanita berkonde itu berjalan perlahan mendekati gadis yang meronta-ronta dalam cengkeraman dua ajudan kepala sekolah, di tengah lapangan kecil itu. Mulutnya komat-kamit, seakan merapalkan mantra-mantra aneh yang tak jelas.
Gadis itu semakin meronta dan berteriak. "Panas! Sakit! Dukun sialan! Aku tak akan mudah tunduk padamu!"
Tanpa berkata apapun, wanita yang disebut dukun itu menyentuh dahi sang siswi, lalu meludahi wajahnya tiga kali.
"Hahaha!" Namun gadis itu justru tertawa keras, seakan tak takut pada dukun itu, lalu menyeringai seakan menantang sang dukun wanita.
Kemudian, gadis itu melotot ke arah dukun itu beberapa saat, detik selanjutnya, ia mengedarkan pandangannya, menatap tajam ke arah siswa-siswi lain yang tertunduk diam, hingga tatapannya terhenti saat bertemu mata dengan Melati.
Melati tersentak, napasnya terasa terhenti untuk beberapa detik, saat ia bertemu tatap dengan siswi itu. Ada sesuatu yang menjalar panas, seakan bercampur dengan aliran darahnya, menimbulkan efek sesak dan detak jantungnya semakin kencang, seakan-akan sesuatu ingin meledak di dalamnya.
Melati berusaha menghindar, tapi sesuatu seperti mencengkram lehernya, membuat Melati merasa kaku tak bisa berpaling dari tatapan itu. Siswi yang kesurupan itu masih menatap Melati dengan mata yang melotot, seakan-akan ada sesuatu yang ingin disampaikan.
"Aku menemukanmu!" seru siswi itu dengan suara yang tidak seperti dirinya sendiri. Mendengar itu, Melati semakin merasakan detak jantungnya semakin bertambah cepat. "Kamu... tidak seperti mereka."
Melati terbelalak, merasakan lututnya yang mulai gemetar dan lemas, ia tidak tahu apa yang harus dikatakan. "A-apa maksudmu?" tanyanya gemetar.
Siswi itu tersenyum, tapi senyumnya terlihat menakutkan. "Kamu tidak takut? Kamu tidak seperti mereka yang mudah dikendalikan olehnya, ini sangat menarik!" serunya lalu kembali tertawa keras seraya menengadah menatap ke langit.
Wanita yang disebut dukun itu pun ikut menoleh memperhatikan Melati dengan tatapan yang tajam. "Ah, aku juga melihatnya." Suaranya yang rendah membuat bulu kuduk Melati bereaksi.
Melati menelan saliva, sekedar untuk membasahi kerongkongannya, masih berdiri diam dan waspada. "Apa maksudnya?" gumamnya berusaha mengendalikan diri.
Siswi yang kesurupan itu tertawa keras, seakan-akan dia menikmati situasi ini. "Kamu akan tahu," katanya dengan suara yang penuh ancaman. "Kamu akan tahu apa yang kami mampu lakukan!” teriaknya dengan suara parau yang terdengar seperti bertumpuk lebih dari suara satu orang.
"Melati, ini aku, Layla, kau lupa?" gadis itu tiba-tiba mengubah suaranya, bahkan logat bicara Layla yang manis, begitu persis ditirukan oleh gadis itu.
Sontak Pelatih Man, Kepala sekolah dan beberapa staf nya terkejut lalu menatap ke arah Melati.
"Si-siapa Layla? Si-siapa Melati?" Melati berpura-pura bertanya dengan gagap.
"Kau melupakanku, Melati? Aku, Argk!"
Beruntung dukun itu bertindak dengan menyemburkan sesuatu yang ia kunyah sejak tadi, tepat ke wajah siswi itu, dan membuatnya meronta kesakitan, kemudian berguling-guling di tanah.
"Panas! Argk! Aku akan kembali... tunggulah saja kalian semua, aku akan menuntut balas!" Teriak gadis itu lalu tubuhnya mengejang, seakan sesuatu memaksa keluar dari tubuh itu.
Melati masih memperhatikan siswi itu, lalu terkejut saat melihat semacam asap hitam samar-samar keluar dari tubuh siswi itu lalu menghilang seakan menyatu dengan udara. Secara tak langsung, situasi itu menguntungkan bagi Mela.
Mela terjatuh ke tanah, ia merasa lemas seakan tenaganya terkuras habis. Melihat hal itu, kemudian kepala sekolah menghampiri untuk membantunya bangkit.
"Kamu terkejut ya? Sekolah ini dibangun diatas tanah makam, jadi biasakan diri dengan kejadian-kejadian seperti ini, Sita,” ujar kepala sekolah sambil membantu Melati bangkit.
"Benar, tapi jangan takut, kami punya Bu Sarjiyem yang akan mengatasinya. Lupakan nama yang diteriakkan gadis itu, mungkin itu hanya arwah-arwah yang usil," imbuh salah satu staf.
Meski terkejut, Melati bersyukur, kepala sekolah tak menyadari identitas aslinya.
Melati berusaha mempertahankan identitasnya sebagai Sita, sementara situasi di sekitarnya semakin kacau. "S-siapa Layla?" dia bertanya lagi dengan gagap, berusaha mempertahankan aktingnya.
Kepala sekolah dan stafnya tampaknya tidak curiga, mereka lebih fokus pada situasi yang sedang terjadi.
Kemudian seorang yang mengaku sebagai asisten dukun mendekat, membawa sebuah nampan berisi racikan bunga dan air yang berbau aneh, serta beberapa serbuk yang berwarna hitam legam. Lalu sang dukun mencampurnya dengan mengaduk-aduk dengan jari-jari tangannya, dan menyiramkan ke tubuh gadis itu.
Sejenak gadis itu kembali berteriak keras dan meronta. "Lepaskan! Jangan usir aku! Aku akan datang lagi dan lagi untuk membongkar wajah busuk kalian semua! Aaargkk!"
Seketika suasana menjadi hening setelah teriakan panjang yang terakhir. Siswi itu jatuh lemas, kemudian ditopang oleh dua ajudan.
Sang dukun belum selesai dengan ritualnya, ia masih komat-kamit, lalu menorehkan bubuk hitam ke wajah siswi yang tak sadarkan diri itu.
Melati kembali terbelalak, dengan jelas ia melihat lagi, ada semacam asap hitam keluar dari mulut siswi itu, lalu ditangkap dengan mudah oleh tangan si dukun, dan dimasukkannya ke dalam mulut, lalu ia melakukan gerakan seperti mengunyah, seolah asap hitam itu adalah makanannya.
Melati merasa ngeri dan takut melihat ritual yang dilakukan oleh dukun itu. "Apa yang dia lakukan?" gumamnya tidak berani bertanya langsung.
Kepala sekolah dan stafnya tampaknya sudah terbiasa dengan ritual seperti ini, mereka hanya memperhatikan dengan serius. "Bu Sarjiyem sedang melakukan ritual untuk mengeluarkan roh jahat dari tubuh siswi itu," kata salah satu staf dengan suara yang tenang.
Melati merasa semakin takut, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekolah ini. Ritual yang dilakukan oleh dukun itu tampaknya memiliki kekuatan yang tidak biasa, ‘Aku rasa lawanku bukan hanya manusia, harus bagaimana sekarang?’ batinnya mulai frustasi.
Setelah ritual selesai, dukun itu membuka matanya lalu memperhatikan Melati dengan tatapan yang tajam. "Kamu harus berhati-hati, Sita," katanya dengan suara yang rendah. "Di sekolah ini, ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika."
"Sepertinya kamu istimewa, hanya kamu yang tak terpengaruh sihir tidur yang kulafalkan. Aku melihat sinar terang itu melindungimu," imbuhnya disertai senyuman penuh tekanan.
Situasi kembali normal, seakan tak terjadi apapun, para siswa lain yang tadi ketakutan, lalu tertunduk diam oleh sihir sang dukun, kini melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa.
Melati masih berdiri kaku, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Kemudian sang dukun menepuk pundaknya. "Biasakan diri jika masih ingin melanjutkan bekerja di tempat ini, mungkin ke depannya kita akan sering bertemu!" ucapnya tajam kemudian berlalu meninggalkan Melati.
Rasa takut dan terkejut masih menghinggapi batin Melati, kini ditambah dengan sentuhan dukun itu, membuatnya semakin bergidik ngeri. "Apa yang dia maksud dengan sinar terang yang melindungiku?" pikirnya kemudian berusaha menguasai diri.
Kepala sekolah memperhatikan Melati dengan senyum yang ramah. "Sita, kamu baik-baik saja?" tanyanya sopan.
Melati mengangguk, masih berusaha memahami apa yang terjadi. "Ya, Pak. Saya baik-baik saja," sahutnya berbohong.
"Baiklah, mari kita lanjutkan aktivitas seperti biasa. Sita, kamu bisa kembali ke ruang olahraga dan melanjutkan latihan dengan siswa!” perintah sang Kepala sekolah.
"Satu fakta yang aneh, tapi sulit untuk dibuktikan! Lalu Layla, sepertinya aku mulai percaya hantu itu memang ada, atau dukun tadi hanya memainkan trik tertentu, tapi semua yang terjadi tadi sangat nyata." Monolog Melati masih memikirkan peristiwa kerasukan itu.
Sembari berjalan menuju ke gedung latihan, Melati masih memikirkan tentang dukun yang melakukan ritual untuk mengeluarkan roh jahat dari tubuh siswi itu. "Apa dukun itu benar-benar memiliki kekuatan supernatural, atau hanya trik belaka?" Melati masih menimbang seakan logikanya tak bisa menerima kenyataan yang baru saja dialaminya.
"Tapi yang lebih aneh, bagaimana dia bisa tahu namaku?" Melati menghentikan langkah sejenak, merasakan merinding hebat karena pemikirannya sendiri.
Dukun Sarjiyem berdiri di koridor depan ruang kepala sekolah, menatap lurus pada punggung Melati. “Siapa gadis itu?” tanyanya pada kepala sekolah.
“Dia pelatih baru, ini hari pertamanya mengajar. Ada apa, Bu?” tanya balik kepala sekolah.
“Ah, tidak. Jaga dia baik-baik, dia seperti punya magnet yang akan mendatangkan keuntungan di kemudian hari,” ucapnya penuh misteri.
...****************...
Bersambung....
mika digondol PK man... 🤣🤣🏃🏃🏃
ahh semua masih misteri deh
ayo melati.. akting yg bagus y..