Pembalasan Mantan Istri

Olivia saat ini berada di depan perusahaan Evandra grup, ia memandang gedung tinggi nan mewah itu. Langkah awalnya yang begitu percaya diri langsung hilang ketika ia berada di depan pintu masuk gedung tersebut.

"Semangat, Olivia. Kok jadi deg-degan gini sih," gumam Olivia lalu masuk kedalam gedung tersebut dan menuju resepsionis.

"Permisi, Mbak. Saya Olivia dari Aditama grup, maaf sebelumnya Mbak, apa Tuan Elard ada? Saya ingin bertemu dengan Tuan Elard," tanya Olivia dengan sopan.

"Maaf, apa Mbaknya sudah membuat janji temu dengan Tuan Elard?" tanya sang resepsionis sopan.

"Tidak, Mbak. Tapi, Mbak bisa konfirmasi terlebih dahulu pada atasan Mbak tentang kedatangan saya," ucap Olivia.

"Baik, kalau begitu Mbak silahkan tunggu sebentar ya," ucap resepsionis dan diangguki Olivia, lalu Olivia memilih untuk duduk disofa yang ada di lobby.

Kurang lebih 15 menit, Olivia menunggu hingga sang resepsionis datang menghampirinya dengan begitu sopan. "Mari, Nyonya. Saya akan mengantarkan Nyonya," ucap sang resepsionis.

Olivia mengikuti resepsionis dan masuk kedalam lift lalu tak lama mereka sampai di lantai 19, begitu Olivia keluar lift, ia cukup takjub dengan suasana di lantai tersebut bagaimana tidak padahal disana banyak para pegawai, namun suasana begitu kondusif tidak ada suara berisik seperti pada Aditama grup.

Selama perjalanan menuju ruangan Elard, banyak pasang mata yang menatap Olivia, meskipun begitu mereka begitu sopan menyapa dan tersenyum pada Olivia.

Tak lama setelah itu, Olivia sampai di ruangan Elard, ketika dipersilahkan masuk barulah Olivia masuk kedalam ruangan tersebut.

"Ada apa?" tanya Elard yang fokus pada layar komputernya.

Olivia berjalan mendekati meja kerja Elard, "Maaf, tapi sepertinya anda memberikan hadiah yang salah," ucap Olivia.

"Apa yang kau dapatkan?" tanya Elard.

"Lukisan amarah dibalik senyum," ucap Olivia.

"Benar, itu memang hadiah dariku untukmu," jawab Elard lalu menatap lekat Olivia.

Olivia yang ditatap pun bingung, gugup dan tidak tau harus bereksi seperti apa, ditambah tindakan Elard selanjutnya. Dimana, Elard berdiri dari kursi kebesarannya dan mendekati Olivia hingga berhadapan dengan Olivia lalu Elard mendekatinya hingga pinggang Olivia terbentur meja kerja Elard.

"Apa kau tidak menyukai hadiahku?" tanya Elard.

Olivia yang selalu tampil percaya diri dan tidak takut pada apapun tiba-tiba nyalinya menciut bahkan ia ingin lari dari ruangan ini sekarang.

"Bu-bukan begitu, tapi saya rasa hadiah anda terlalu berlebihan. Maksud saya, lukisan itu harganya 1 miliar, saya tidak berani menerimanya," ucap Olivia.

"Kalau begitu buang saja, aku tidak pernah menerima barang yang sudah kuberikan pada orang lain," ucap Elard tepat disamping telinga Olivia.

Karena jarak mereka yang begitu dekat bahkan tangan Olivia yang berada di depan dadanya dapat merasakan dada bidang Elard serta hembusan napas jangat pada telinganya.

Ketika Olivia dan Elard tengah dalam posisi sedekat ini, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampilkan tiga orang pria yang entahlah Olivia tidak mengenalnya, namun lain jalnya dengan Elard karena ia tau tiga pria itu adalah sahabatnya.

Ketiga sahabat Ealrd tentu saja terkejut melihat Elard dan Olivia dalam jarak dekat, "Wah. parah banget ya lo. Ternyata lo udah punya cewek, kalau tau gitu gue gak akan cari cewek buat lo," ucap Felix.

Elard segera menjauhkan tubuhnya dari Olivia, "Kalau begitu saya pulang dulu, terimakasih atas hadiahnya dan saya akan terima hadiah itu," ucap Olivia lalu keluar dari ruangan Elard.

"Lo kok keluar sih, kita ganggu ya," ucap Felix.

"Pakai nanya lagi," jawab Elard.

"Pacar?" tanya Ryan.

"Bukan," jawab Elard.

"Terus siapa?" tanya Ryan dan duduk di sofa lalu diikuti yang lain.

"Bukan siapa-siapa, hanya anak dari salah satu kolega bisnis," jawab Elard.

"Tapi, sampai deket banget kayak tadi, gak mungkin kalau bukan siapa-siapa," ucap Max.

"Mau deketin dia?" tanya Ryan dan Elard hanya melihat Ryan tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kayaknya gue pernah lihat tuh cewek deh, tapi dimana ya," gumam Felix.

"Dia putri keluarga Aditama bukan," ucap Ryan.

"Oh yang mantan menantu keluarga Brata, ayo El mumpung dia janda, cocok lah sama lo. Lo duda, dia janda," ucap Felix.

"Lo ngomong lagi, gue serer lo keluar," ucap Elard.

"Hehehe, gue diem," ucap Felix.

"Gue denger lo kemarin beli lukisan 1 miliar," ucap Ryan.

"Hem," jawab Elard.

"Kemana lukisannya? biasanya lo bakal taruh di kantor kalau beli lukisan," tanya Ryan.

"Gue kasih cewek tadi," jawab Elard.

"Kenapa?" tanya Ryan.

"Gak kenapa-napa," jawab Elard.

"Lo tertarik sama cewek itu, gue juga denger kalau lo kerjasama sama Aditama grup, pasti karena ada cewek itu," ucap Max.

"Sok tau," ucap Elard.

Disisi lain, Olivia sudah keluar dari kantor Elard, ia bahkan sudah mengemudikan mobilnya dan menuju Aditama grup. Namun, ditengah perjalanan tiba-tiba ponselnya berdering dan terlihatlah jika Freya menelponnya, lalu Olivia mengangkat sambungan telepon tersebut.

^^^[Ada apa?]^^^

[Gila! nama lo trending di media sosial, lo harus lihat sekarang]

^^^[Maksudnya? aku lagi dijalan ini gak bisa lihat sosial media]^^^

[Sekarang nama lo lagi trending gara-gara jawaban lo kemarin pas diwawancarai dan banyak netizen yang akhirnya belain lo]

^^^[Berarti rencana kita berhasil dong]^^^

[Berhasil, gue seneng banget pas baca komen-komen netizen, banyak yang kasih semangat ke lo dan ganti hujat Albert, lo udah gak disalahin lagi]

^^^[Nama baik gue udah gak ada masalah, sekarang tinggal gue menghadapi Albert secara langsung]^^^

[Lo beneran gak mau deketin Tuan Elard?]

^^^[Kita udah bahas soal ini loh]^^^

[Oke deh, terus gimana pertemuan lo sama Tuan Elard? lukisan itu emang hadiah buat lo?]

^^^[Iya, kata Tuan Elard, lukisan itu emang buat gue]^^^

[Gila sih, harga lukisannya 1 miliar loh]

Setelah itu, Olivia memutuskan sambungan telepon tersebut dan tak lama setelah itu Olivia sampai di perusahaan Papa Adrian.

Baru saja Olivia masuk kedalam ruang departemennya tiba-tiba, Papa Adrian datang. "Kamu sekarang bukan lagi direktur disini, kamu wakil presdir," ucap Papa Adrian.

"Kenapa?" tanya Olivia.

"Kamu sudah berhasil mendapatkan kerjasama sama Evandra grup dan para petinggi sudah setuju untuk menaikkan jabatan kamu jadi wakil presdir," ucap Papa Adrian.

"Papa gak nyesel?" tanya Olivia.

Olivia tau jika Papa Adrian masih ragu dengan kemampuannya, karena itu Olivia menanyakan pendapat Papa Adrian.

"Papa yakin, Papa rasa kamu harus diberi kesempatan supaya lebih baik," ucap Papa Adrian dan diangguki Olivia.

Olivia pun mengemasi barang-barangnya dan pergi ke ruangannya, "Albert, aku udah jadi wakil presdir. Aku punya kuasa dan aku akan buat lo nyesel," gumam Olivia.

.

.

.

Bersambung.....