NovelToon NovelToon
From Hell To Absolute

From Hell To Absolute

Status: sedang berlangsung
Genre:Crazy Rich/Konglomerat / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ia dulu adalah Hunter Rank-S terkuat Korea, pemimpin guild legendaris yang menaklukkan raid paling berbahaya, Ter Chaos. Mereka berhasil membantai seluruh Demon Lord, tapi gate keluar tak pernah muncul—ditutup oleh pengkhianatan dari luar.

Terkurung di neraka asing ribuan tahun, satu per satu rekannya gugur. Kini, hanya dia yang kembali… membawa kekuatan yang lahir dari kegelapan dan cahaya.

Dunia mengira ia sudah mati. Namun kembalinya Sang Hunter hanya berarti satu hal: bangkitnya kekuatan absolut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Udara di dalam gua itu begitu pekat, setiap tarikan napas terasa seperti menelan debu besi. Empat Hunter rank B asal Amerika terengah-engah, berdiri di atas tumpukan mayat hobgoblin yang baru saja mereka bunuh.

“Huft… lumayan juga,” desah seorang pria berbadan besar, rambut pirang cepak, wajahnya penuh keringat dan darah monster. Namanya Mark Johnson. “Gate rank C ini benar-benar gila.”

Temannya, Ethan Miles, pria berkacamata dengan tubuh agak kurus, tertawa getir sambil menusukkan pisau ke dada hobgoblin yang masih meronta. Dari tubuh itu ia mengambil kristal monster bercahaya samar.

“Ya… bayangkan saja kalau kita masuk lebih dalam. Kalau hobgoblin saja setengah mati lawannya, apalagi Goblin King? Hahaha!”

Dua rekan mereka yang lain, Chris Walker—pemuda dengan senjata busur—dan Daniel Carter—tank berperisai besar—hanya bisa mengangguk setuju. Mereka semua kelelahan, napas mereka terengah, dan wajah mereka penuh debu serta darah.

Namun sebelum rasa lega itu benar-benar mengalir, bumi bergetar. Gua bergetar hebat seakan hendak runtuh.

“Sial… apa lagi sekarang!?” seru Chris panik.

Dari lorong gelap, terdengar derap langkah cepat. Puluhan, ratusan—tidak, mungkin ribuan.

Lalu mereka muncul. Gerombolan hobgoblin berlari ke arah mereka. Suara teriakan liar, derap kaki, dan desis napas buas memenuhi lorong.

“Persetan! Mereka datang semua!” Daniel mengangkat perisainya. “Bersiap! Kita tidak boleh mati di sini!”

Namun keanehan terjadi. Begitu hobgoblin-hobgoblin itu melihat keempat Hunter, mereka tidak menyerang. Sebaliknya, mereka terus berlari… melewati mereka.

“Apa—?” Mark membelalakkan mata. “Mereka… kabur?”

Tidak ada waktu untuk lega. Suasana semakin mencekam. Dari kegelapan, suara berat bergema. Suara langkah besar. Aura yang menekan memenuhi ruangan, membuat tubuh mereka seakan tertindih batu.

“G-Goblin King…” bisik Ethan dengan wajah pucat.

Sosok besar itu muncul. Goblin King, setinggi lebih dari tiga meter, tubuh penuh otot, wajah brutal dengan mata merah menyala. Namun… berbeda dari cerita para Hunter sebelumnya. Ia tidak menunjukkan niat menyerang. Ia juga lari.

Tapi hanya beberapa langkah. Sesuatu menghentikannya.

“Raaaarghh…” raungannya menggelegar. Tubuhnya bergetar, lalu perlahan terjatuh.

“Apa yang terjadi…?” Chris bergumam ketakutan.

Mereka mendekat dengan hati-hati. Saat cahaya kristal menyinari tubuh sang raja goblin, mereka melihatnya—sayatan besar dan dalam di punggungnya. Luka yang begitu rapi, begitu mematikan.

“Itu… mustahil…” Daniel bergumam. “Siapa yang bisa membuat luka seperti ini?”

Hening. Namun detik berikutnya, mereka merasakan sesuatu yang lebih menakutkan. Aura membunuh.

Itu bukan sekadar aura. Rasanya seperti ada dua tangan raksasa bercakar yang meraih dari kegelapan, mencengkeram jiwa mereka, menekan dada mereka hingga sulit bernapas.

Keringat dingin menetes deras. Tubuh mereka gemetar.

“Monster…? Tidak… bahkan Hunter rank S nasional tidak punya aura seperti ini…” Mark berbisik, wajahnya pucat pasi.

Kemudian, dari lorong gelap, sebuah mata menyala. Dinginnya seperti bintang mati. Tatapan yang membuat darah mereka membeku.

Sosok itu keluar perlahan. Seorang pria.

Rambutnya panjang, acak-acakan. Janggutnya lebat, tak terurus. Bajunya compang-camping, penuh sobekan dan noda darah kering. Tubuhnya letih namun setiap langkah memancarkan dominasi yang menekan jiwa.

Dia tampak seperti gelandangan. Tapi aura yang keluar darinya… tak terukur.

Empat Hunter itu hanya bisa menahan napas.

Jinwoo berhenti, menatap mereka dengan dingin. Tatapannya singkat, lalu bergeser ke arah mayat Goblin King yang terbujur kaku.

Lalu, ia berbicara. Suaranya berat, serak, tapi setiap kata menusuk hati.

“Hei… kalian.”

Seketika, keempat Hunter itu gemetar. Spontan mereka menjawab serempak.

“I-Iya, Tuan!”

Jinwoo mendekat, langkahnya tenang, namun setiap detiknya membuat jantung mereka berdetak kencang.

“Tahun berapa sekarang?” tanyanya singkat.

Mereka saling pandang. Ethan memberanikan diri menjawab dengan suara bergetar.

“Sekarang… sekarang tahun 2078, Tuan…”

Jinwoo membeku. Matanya menyipit, bibirnya bergerak lirih.

“2078…? Kalau begitu… Chaos Gate…?”

Mark buru-buru menjawab meski gemetar.

“Kalau… kalau yang Anda maksud… insiden Chaos Gate… itu sudah berlalu 23 tahun yang lalu, Tuan…”

Keheningan.

Sosok itu berdiri kaku. Kata-kata itu menghantamnya keras.

“Dua ribu tiga ratus tahun… di neraka itu… hanya 23 tahun di dunia nyata…” Ia tertawa lirih, getir, pahit. “Sungguh… menggelikan…”

Para Hunter itu tidak mengerti. Mereka hanya berdiri kaku, wajah pucat ketakutan.

Ethan memberanikan diri bertanya dengan suara hampir tak terdengar.

“Siapa… siapa Anda sebenarnya, Tuan? Kenapa Anda ada di dalam sini…?”

Jinwoo menoleh, tatapannya seperti pedang dingin.

“Dimana aku sekarang?”

Daniel buru-buru menjawab.

“Anda… Anda sedang berada di gate rank C… di Amerika, Tuan.”

Jinwoo menghela napas berat. Matanya menatap kosong, seolah ribuan kenangan menyakitkan berputar dalam pikirannya.

“Bisakah kalian membawaku keluar?” tanyanya akhirnya.

“T-Tentu, Tuan!” jawab mereka cepat, hampir bersamaan.

Saat itu, Ethan melirik ke mayat Goblin King. Kristal besar berkilau di dadanya. Ia ingin mengambilnya, namun ragu.

Jinwoo memperhatikan sekilas. Lalu berkata datar.

“Ambil saja. Aku tidak butuh itu.”

Seketika wajah mereka berbinar. Keempat Hunter itu saling pandang, lega bercampur tak percaya.

Namun, jauh di dalam hati mereka, rasa takut tak juga hilang. Mereka tahu… apa pun yang baru saja keluar dari lorong gelap itu… bukan manusia biasa.

Kristal Goblin King telah diamankan. Mark memasukkannya ke dalam tas dimensional, wajahnya penuh lega meski tubuh masih gemetar. Begitu langkah mereka menuju portal keluar, suara getaran bergema. Gate itu bergetar, lalu runtuh.

Cahaya putih menyelimuti, dan sesaat kemudian mereka keluar dari dungeon.

Udara luar menyambut. Hangat, segar, dan silau. Jinwoo menutup matanya sebentar, lalu menengadah. Matahari menyinari wajah lusuhnya, menyingkap rambut panjang berantakan yang menutupi sebagian wajahnya.

“Matahari…” gumamnya lirih. Suaranya bergetar, seolah ia tidak yakin cahaya itu nyata. “Aku tak menyangka bisa melihat matahari lagi… andai saja kalian semua ada di sini…”

Bayangan wajah Ezekiel, Takeshi, Leonhard, Selene, melintas dalam benaknya. Dadanya sesak.

Ethan menoleh hati-hati. “Um… Tuan, kita sudah keluar. Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?”

Sebelum Jinwoo sempat menjawab, suara ketus terdengar dari arah sisi portal.

“Woi! Apakah kalian yang menyelesaikan gate ini!?”

Mark mendengus, menoleh dengan wajah kesal. “Dan kalau iya, memangnya kenapa, Kevin?”

Empat Hunter rank B itu menegang. Kevin Harlowe. Anak dari salah satu petinggi asosiasi Hunter Amerika. Di belakangnya berdiri tim Hunter rank A lengkap dengan wajah angkuh mereka.

Kevin tertawa sinis, melipat tangan. “Kalau begitu kalian pasti punya kristal Goblin King, bukan?”

Ethan dan Chris saling pandang, terdiam. Daniel maju setengah langkah, menatap penuh amarah.

“Apa maumu, hah!? Kami yang menyelesaikan gate ini dengan susah payah! Kalian, meski Hunter rank A, cuma duduk santai melihat kami hampir mati melawan hobgoblin!”

Kevin tertawa lebih keras, sombong. “Sudah sewajarnya begitu. Lagipula, gate ini memang properti milik ayahku. Kalian ingin membuat masalah denganku, dan membuat ayahku marah?”

Keempat Hunter rank B itu langsung terdiam. Nafas mereka berat, genggaman tangan bergetar menahan emosi. Mereka tahu benar: melawan Kevin berarti memusuhi sistem korup yang menguasai mereka.

Kevin merasa puas. Senyumnya melebar. “Nah, begitu dong. Anjing yang baik akan selalu disayang pemiliknya. Jadi, serahkan pada kami kristal Goblin King itu… plus beberapa kristal hobgoblin. Tenang saja, kita akan bagi rata. 95:5. Hahaha!”

Mark mengepalkan tinju. Wajahnya merah padam. Ethan, Chris, dan Daniel pun menahan emosi, rahang mereka mengeras.

Lalu, suara datar memotong ketegangan.

“Siapa badut itu?”

Semua menoleh. Jinwoo berdiri santai, menatap Kevin tanpa sedikit pun ekspresi.

Ethan buru-buru mendekat, berbisik pelan, “T-Tuan, pelankan suara Anda! Orang brengsek itu adalah anak petinggi asosiasi Hunter. Ayahnya sering memonopoli gate rank B ke bawah. Hunter kecil seperti kami tidak punya pilihan selain tunduk… Kalau tidak, kami akan kehilangan izin berburu, bahkan bisa diburu balik.”

Jinwoo hanya diam. Tatapannya dingin, penuh kebosanan. Dalam hatinya ia bergumam, “Sepertinya bajingan seperti mereka akan selalu ada… di setiap zaman.”

Kevin yang tadinya tidak peduli kini akhirnya memperhatikan sosok Jinwoo. Alisnya berkerut, lalu ia melangkah menghampiri.

“Hei, siapa kau? Gelandangan?” ejeknya.

Jinwoo tetap diam. Sorot matanya tidak bergeming.

Ethan, Mark, Chris, dan Daniel langsung pucat. Sial… Kevin menargetkan monster itu…

Kevin menunjuk dada Jinwoo. “Apa yang gelandangan lakukan di properti pribadi, hah? Kau menyusup lewat mana!?”

Lalu tanpa pikir panjang, ia mendorong dada Jinwoo.

Dan… langsung terdiam.

Tangannya berhenti seolah menekan dinding baja. Wajahnya berubah. “Apa—? Kenapa… berat sekali? Aku ini Hunter rank A, bukan semut!”

Namun sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, Jinwoo menurunkan pandangan, menatapnya dingin.

“Sampai kapan kau akan menyentuh dadaku begitu? Apa kau… gay?”

Hening.

Kevin membeku. Raut wajahnya kosong beberapa detik, lalu buru-buru mundur, wajah memerah karena malu dan marah.

“B-Bajingan!”

Namun sebelum ia bisa meledak, suara tawa pecah. Mark berusaha menahan, tapi gagal. Chris terbungkuk sambil menutup mulut. Daniel memalingkan wajah, bahunya bergetar. Bahkan Ethan, yang biasanya serius, menutup mulut dengan tangan namun tetap tak kuasa menahan tawa.

Kevin menoleh dengan wajah merah padam. “K-Kalian…! Berani menertawakan aku!?”

Jinwoo hanya menghela napas, memalingkan wajah seolah bosan. “Dasar gay.”

Dan tawa keempat Hunter rank B semakin keras.

“Hahaha! Sial, berhenti, aku nggak kuat…!” Chris memukul lututnya sambil tergelak.

“Dia… gay… hahahaha!” Mark hampir tersungkur ke tanah.

Kevin semakin meledak. Wajahnya merah padam, urat di lehernya menegang.

“Bajingan sialan! Berani-beraninya kau mempermalukan aku! Apakah kau tidak tahu siapa aku!?”

Namun Jinwoo hanya memandangnya sekilas, tatapannya begitu dingin hingga Kevin refleks mundur setengah langkah.

Keheningan mencekam jatuh sejenak. Perbedaan level kekuatan, meski tak terucap, begitu jelas.

Kevin gemetar. Aura Jinwoo, meski ia tahan sekuat tenaga, tetap merembes keluar. Rasanya seperti dikepung ribuan iblis lapar.

“Apa… siapa kau ini…” bisik Kevin dalam hati, keringat dingin mengalir di pelipisnya.

Namun Jinwoo hanya membalikkan badan, menatap ke arah langit sekali lagi.

“Matahari ini… terlalu terang untuk orang sepertimu.”

1
Rudik Irawan
nanggung banget
RDXA: hehe/Blackmoon/
total 1 replies
Rudik Irawan
up terus Thor
Ilham bayu Saputr
mantap
Ilham bayu Saputr
crazy up thor
RDXA: insyaallah, terimakasih atas dukungannya 💪
total 1 replies
Rudik Irawan
sangat menarik
Rudik Irawan
lanjutan
mxxc
lanjut bg
Rudik Irawan
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!