MENDADAK CERAI

Jam kerja hari ini telah usai. Malam ini bawahan Grace telah memesan tempat makan yang menyediakan tempat karaoke. Selesai mengantar Sekretaris Mei ke lobi. Grace segera kembali ke ruang kerjanya. Mengambil tas dan blazer yang warnanya selaras dengan rok hari ini.

Ethan bangkit berdiri, lalu menyusul langkah Grace. “Kau mau ke mana?” katanya sambil menarik lengan istrinya itu.

“Bermain sebentar dengan rekan kerja!” kata santai Grace sambil mengibaskan rambutnya.

“Kemana?” tanya Ethan lagi.

Grace melepaskan tangan Ethan. “Sebaiknya kau tidak usah ikut, Rekan yang lain mungkin tidak akan nyaman!”

“Lalu kau apa bedanya, kau kan istriku!” kata Ethan menyelak perkataan Grace yang belum terucap.

Grace bertelak pinggang sambil menghela napas, entah mengapa akhir-akhir ini dia merasa seperti sedang diikuti lebah. Tarasa sangat bising.

Grace pun berkata. “Tuan Mo, Kau ini adalah puncak kekayaan yang berada di hirarki paling atas, jadi mana berani kami yang dibawahmu ini bersenang-senang bersama denganmu!”

Ethan terdiam sesaat, berpikir ada benarnya juga, mereka pasti akan merasa canggung bergaul. Bersenang-senang dengan Bos Besar mereka. “Tidak bisa, aku ikut!”

Grace menatap lekat-lekat wajah Ethan, kedua mata mereka saling beradu. Suara dering ponsel Ethan membuyarkan semuanya. “Kak Ethan…!” panggil Sarah dengan sedikit terisak.

Dari raut wajah Ethan, Grace mengetahui siapa yang sedang menelpon suaminya itu. Tanpa banyak berkata lagi, Grace segera berlalu meninggalkan Ethan. Memberi waktu sebanyak-banyaknya tuk selingkuhan suaminya itu.

Di bawah, bebrapa staff dari Departemen kesekretarisan dan Marketing telah mennggu di bawah. Panitia acara piknik perusahaan pun ikut hadir. Iring-iringan mobil pun melaju. Pada saat ini Ethan baru saja selesai dengan sambungan teleponnya.

Dia melihat ada salah satu pegawai dari departemen Kesekretarisan yang masih ada di meja kerjanya. Ethan mendekatinya seraya berkata, “Kau... eum... Apakah kau tahu dimana mereka berpeseta!”

Anak baru itu langsung berdiri dengan wajah sedikit panik, “Eum…!” katanya sambil menganggukan kepalanya, seraya berkata lagi, “Sebenranya aku juga baru mau ke sana!”

“Bagus kalau begitu , kita bisa pergi bersama!” kata Ethan sedikit bersemangat.

Anak baru itu langsung ternganga, Kakinya terasa lemas, napasnya terasa tercekik di tenggorokan. Tulangnya terasa melunglai karena ajakan dari Bos Besarnya untuk pergi ke sana dengan satu mobil.

Ethan menoleh kepada anak baru itu, “Hei! Kenapa diam saja. Ayo!”

Pada akhirnya mereka pergi bersama. Si Anak Baru menyetir dengan tegang, bahkan dia tidak berani bersandar di kursi mobil, posisi duduknya sangat tegak ketika membawa mobil Si BoS Besar.

Tiba-tiba Ethan melontarkan pertanyaan, “Bagaimana menurutmu tentang Sekretaris Grace?”

“Hah… Eum…!” Si Anak baru terlihat sedikit kesulitan menjawab. Lalu malah meluncur satu kalimat, “Cantik!”

Ethan langsung memandang Si Anak Baru, “Siapa namamu?”

“Nathan!” jawabnya dengan suara sedikit gemetar.

“Berapa usiamua?” tanya Ethan lagi.

“Dua puluh dua tahun!” jawabnya dengan suara sedikit tercekat.

Rahang Ethan mengeras, batinnya merasa kesal, melihat para anak muda ini sepertinya sangat menggandrungi istrinya itu.

Mereka pun tiba di restoran di dalamnya terlihat suasana hangat dan penuh warna itu berdiri di sudut kota yang ramai. Dari luar, tampak seperti restoran biasa dengan lampu neon bertuliskan nama tempat yang menyala terang. Namun, begitu melangkah masuk, aroma hidangan gurih segera menyambut, berpadu dengan denting musik yang mengalun dari ruang sebelah.

Di area utama, deretan meja kayu tertata rapi, sebagian dihiasi lilin kecil dan vas bunga sederhana. Para pengunjung tampak menikmati santapan mereka, mulai dari makanan berat hingga camilan ringan yang pas untuk berbagi.

Baru saja masuk, dia sudah tercengang ketika melihat di atas panggung, Grace sedang bernyanyi dengan grup band restoran yang sedang bernyanyi sambil berdansa riang. Dalam hati Ethan berkata, “Demi Tuhan, aku tidak pernah tahu jika dia bisa bernyanyi sebagus itu!”

Ethan memandangi sekelilingnya, rasa-rasanya dalam hati dia ingin sekali mencungkil mata para pria yang sedang memandangi Grace dengan binar kagum. Tidak bisa menahan kesabaran dia pun langsung naik ke atas panggung.

Niat hati ingin menarik Grace agar turun panggung, tapi malah ditarik duluan oleh Grace. Dengan santai dia mengajak Ethan agar ikut berdansa dengannya mengikuti irama musik yang sedang mengalun.

Grace berdansa dengan tetap sambil menyanyi. Para Staff yang Hadir di sana lamgsung saja mengabadikan momen spesial itu. dalam hati mereka berkata, “Kapan lagi, bisa melihat Bos Besar berndansa seperti ini!”

Dalam sekejap, duet dansa itu pun tersebar luas. Banyak Netizen yang mengomentari, “Pasangan tahun ini!”

“Serasi, ini bagaikan Dewa dan Dewi yang baru saja turun dari langit ke bumi hanya untuk berdansa!”

Baru sebentar saja, malah sudah menjadi trending topik pertamua. Selain komentar dari para pendukung, ada juga komentar dari Haters. “Jangan menilai sesuatu daru bukunya. Dia merebut Tuan Muda Mo kita dari adiknya. Hah! Wanita macam apa dia, malah dipuji-puji setinggi langit!”

Dunia maya sedang geger saling serang, Yang dibicarakan malah sedang asyik menikmati acara kumpul-kumpul bersama.

Grace dan Ethan selesai menghibur, mereka pun turun dari pangung, langsung duduk mengelilingi meja panjang. Para staff yang hadir di mala mini sudah heboh dari tadi, sebelumnya mereka sudah ribut menentukan menu, saling sindir soal siapa yang traktir, sampai ada yang iseng menghitung-hitung kalorinya padahal belum pesan.

“Eh, wah… kalian makan bareng, ya? Pas banget, boleh ikut gabung!” ucapnya mantap sambil langsung menarik kursi.

Semua yang ada di sana lagsung mengangguk, mana berani mereka menolak Si Bos Besar. Seketika, meja itu mendadak hening. Sendok yang baru mau mengetuk piring langsung berhenti.

Si pegawai yang tadi sok paling lapar buru-buru pura-pura menutup mulutnya, padahal perutnya sudah berbunyi. “Lho… kok diam semua?” kata Ethan menatap sambil tersenyum ramah.

“A-ah itu Tuan… kita… kita baru aja pesan minum,” jawab salah satu staff dengan kaku.

Pegawai lain saling lirik, ada yang sampai meneguk air putih padahal gelasnya masih kosong. Ada pula yang buru-buru merapikan baju, seolah sedang rapat mendadak.

Ketika pelayan datang menanyakan pesanan, semua pegawai tiba-tiba berubah sopan, padahal tadinya hampir rebutan menu. Mereka pun mulai memesan,Ethan yang pertama memulai. “ Ayam panggang tapi jangan pedes ya,”

Staff juga ikut mulai memesan, “Aku… mau itu juga, ayam panggang saja deh.” Di ikuti oleh anggukan kepala senior yang lain

Staff yang lain juga ikut menentukan pilihan “Aku juga sama.”

Ada juga yang tadi mau pesan iga panggang jumbo malah ikut berkata "Eh, iya sama. Ayam panggang juga.”

Akhirnya satu meja penuh jadi seragam, semua memesan ayam panggang.

Grace terkekeh, “Wah, kompak sekali kalian. Hebat-hebat!”

Para Staff hanya bisa nyengir kaku, dalam hati menjerit “Padahal tadi mau pesan yang mahal-mahal!”