NovelToon NovelToon
Bring You Back

Bring You Back

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cintamanis / Romansa / Cintapertama / Gadis Amnesia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aquilaliza

Kecelakaan yang merenggut istrinya menjadikan Arkana Hendrawan Kusuma tenggelam dalam perasaan kehilangan. Cinta yang besar membuat Arkan tak bisa menghilangkan Charissa Anindya—istrinya—dari hidupnya. Sebagian jiwanya terkubur bersama Charissa, dan sisanya ia jalani untuk putranya, Kean—pria kecil yang Charissa tinggalkan untuk menemaninya.

Dalam larut kenangan yang tak berkesudahan tentang Charissa selama bertahun-tahun, Arkan malah dipertemukan oleh takdir dengan seorang wanita bernama Anin, wanita yang memiliki paras menyerupai Charissa.

Rasa penasaran membawa Arkan menyelidiki Anin. Sebuah kenyataan mengejutkan terkuak. Anin dan Charissa adalah orang yang sama. Arkan bertekad membawa kembali Charissa ke dalam kehidupannya dan Kean. Namun, apakah Arkan mampu saat Charissa sedang dalam keadaan kehilangan semua memori tentang keluarga mereka?

Akankah Arkan berhasil membawa Anin masuk ke kehidupannya untuk kedua kalinya? Semua akan terjawab di novel Bring You Back.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Mirip Charissa!

Sejak hari dimana Arkan hampir saja melukainya, dan hari dimana ia mendengar Kean menyebut wanita lain dari bibir mungil anak itu, sejak saat itu Vanesha tak datang menemui Arkan atau pun Kean lagi.

Bukan karena menyerah, tapi karena dia tahu Arkan sedang marah, apalagi lelaki itu sudah tahu apa yang ia lakukan pada Kean. Kemarahan Arkan pasti berkali lipat.

Wanita itu lebih fokus mencari tahu siapa "Tante cantik" yang dimaksud Kean. Hal itu sangat mengusiknya. Beberapa hari dia terus membuntuti Kean. Hanya anak itu yang tahu siapa itu "Tante cantik".

Membuntuti Arkan sudah pasti percuma. Arkan tak peduli pada wanita. Itu yang Vanesha ketahui. Dan yang ia pikiran itu tak semuanya benar, dan tak semuanya salah. Ia menemukan jawabannya hari ini, saat ia menyamar sebagai wali murid seorang gadis kecil yang bersekolah di sekolah yang sama dengan Kean.

"Papa, hari ini Tante cantik masuk kerja?"

"Ya. Setiap hari kerja, dia selalu hadir," jawab Arkan sambil tersenyum tipis.

"Kean mau Tante cantik, Pa. Bisakah Tante cantik bekerja untuk Kean saja?"

Arkan terkekeh pelan. "Dia sekretaris Papa, Kean. Dia yang terbaik yang Papa temukan untuk membantu Papa."

Anak itu menghembuskan nafas lelah sebelum masuk ke dalam mobil lalu di ikuti Arkan. Tak lama, supir pun melajukan mobil menjauh dari area sekolah.

Vanesha yang sudah mendengar semuanya pun tersenyum miring sambil mengepalkan kedua tangannya. Sudah ia ketahui siapa "Tante cantik" itu. Rencana selanjutnya, akan ia cari tahu, seperti apa wanita itu.

"Tunggu aku, Tante cantik." Vanesha terkekeh pelan, lalu berjalan ke arah mobilnya. Gadis kecil yang beberapa hari ini ia jemput, ia tak peduli.

***

Sejak pagi, Vanesha terus mengamati perusahaan HK group. Berdasarkan informasi yang ia dapatkan dari Monic, hari ini Arkan memiliki jadwal bertemu klien. Namun, wanita itu tak memberitahu jelas dimana dan kapan pertemuan itu dilaksanakan. Membuat Vanesha harus rela berdiam di dalam mobil, terus mengawasi.

"Ck! Wanita tua itu! Apa salahnya pura-pura bertanya kapan pertemuan itu? Jika tahu, aku tidak perlu menunggu layaknya orang bodoh seperti ini!"

Vanesha bosan. Sangat bosan. Jika bukan karena Arkan dan kehidupan masa depan mewah dan glamour yang menunggu di depan mata, ia tidak akan sudi menunggu seperti ini.

"Hah! Aku bosan sekali. Tante cantik sialan! Kau parasit yang— itu mobil Arkan! Ya, itu mobil Arkan!"

Mata Vanesha membulat penuh semangat. Dia sangat mengenal mobil itu. Dengan cepat Vanesha mengikuti kemana arah mobil itu melaju.

Perjalanan yang memakan waktu dua puluh menit itu pun akhirnya berhenti di sebuah restoran. Vanesha dengan cepat memarkirkan mobilnya, melangkah lebar mengikuti Arkan dan Anin yang sudah masuk ke restoran.

Vanesha memilih tempat duduk yang cukup dekat dengan meja yang ditempati Arkan dan Anin, juga klien Arkan.

Saat matanya mengamati dengan jelas perempuan yang bekerja sebagai sekretaris Arkan itu, ia baru menyadari sesuatu. Matanya membulat lebar, tak percaya dengan apa yang ia saksikan.

"What?! Perempuan itu ... d-dia Charissa. B-bukan! Dia mirip Charissa!" Vanesha berucap setengah berbisik. Sungguh, ia tak menyangka ada yang benar-benar mirip dengan Charissa. Dan parahnya, perempuan itu malah bekerja dengan Arkan. Vanesha sangat tahu, sebesar apa rasa cinta yang Arkan miliki untuk Charissa.

"Tidak bisa! Aku harus memberitahu wanita tua itu. Aku harus memberitahu Tante Monic."

Vanesha menarik nafas panjang. Ia berusaha menenangkan perasaannya, lalu beranjak meninggalkan restoran sebelum memesan apapun.

***

Pertemuan antara Arkan dan kliennya berjalan lancar. Arkan dan Anin kembali ke perusahaan. Banyak pekerjaan yang harus kedua orang itu selesai kan.

"Permisi Pak, ini kopinya." Anin meletakkan secangkir kopi yang diminta Arkan ke atas meja.

Arkan yang sedang menulis sesuatu mengangguk pelan tanpa melihat ke arah Anin. Lelaki itu begitu fokus pada pekerjaannya.

"Jika tidak ada lagi yang dibutuhkan, saya permisi."

"Tunggu, Anin." Arkan mengangkat wajahnya, menatap tepat di mata Anin yang jernih.

"Kau pernah dekat dengan seorang pria?"

Pertanyaan itu terlalu pribadi. Anin cukup terkejut mendengarnya. "Tidak, Pak." Anin menjawab canggung. Aneh juga mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir Arkan.

"Ada apa, Pak?" Walau canggung, Anin juga penasaran kenapa Arkan bisa kepikiran bertanya hal tersebut padanya. Seandainya pertanyaan itu memang harus ditanya kan untuk kepentingan pekerjaan, seharusnya sudah ditanyakan saat wawancaranya saat itu.

"Tidak. Saya hanya ingin tahu. Siapa tahu saya bisa meminta izin langsung padanya saat Kean memaksamu menemaninya bermain."

Anin tersenyum tipis. Ia tak berpikir jika pria bertampang dingin seperti Arkan mau melakukan hal itu. Sesuatu yang sederhana, tapi cukup untuk membuat orang terkesan akan sikapnya.

"Tidak ada, Pak."

"Jadi, hanya keluarga mu yang harus saya mintai izin?"

Anin terkekeh pelan. Dan itu lebih dari cukup membuat hati Arkan menghangat, bahagia.

"Ya, jika anda ingin melakukannya, Pak."

Arkan tersenyum tipis. Ia meraih cangkir kopi yang Anin letakkan, menghidu sejenak lalu menyeruput nya perlahan.

"Kopinya enak."

"Terima kasih, Pak. Jika tidak ada lagi yang harus saya kerjakan, saya permisi."

"Ya, kau kembali lah."

"Baik, Pak." Anin segera berbalik dan kembali ke ruangannya. Jujur, perasaannya turut menghangat atas percakapan kecil diluar konteks pekerjaan yang mereka lakukan barusan.

***

Arkan baru saja tiba di kediamannya setelah melewati sepanjang hari yang cukup melelahkan. Sambil merenggangkan dasinya yang terasa mencekik, Arkan melempar asal jas yang dipegangnya ke atas ranjang besar miliknya.

Hari ini tidak ada sambutan dari Kean. Anak itu sedang di rumah Kakeknya. Ayah Arkan itu datang menjemput Kean ketika bocah kecil itu baru saja pulang sekolah. Dia sangat merindukan cucu kesayangan nya.

Arkan melangkah ke arah sofa, mendudukkan tubuhnya disana sambil bersandar dan memejamkan mata. Senyum dan tawa Anin terlintas, tak bisa ia tepis dari pikirannya.

Ketika ia tengah menikmati keindahan wajah seorang Anin dalam bayang pikiran, handphone miliknya berdering. Arkan segera membuka mata, menatap layar dan langsung menerima panggilan tersebut. Panggilan dari sang Mama—Monic.

"Halo, Bu?"

"Halo, Arkan. Nak, kau sudah di rumah?" tanya Monic dengan wajah khawatir.

"Sudah. Ada apa? Kenapa Ibu terdengar khawatir? Terjadi sesuatu?"

"Vanesha, Arkan." Jawaban itu cukup membuat Arkan lega sebab bukan orang-orang terdekatnya yang Ibunya sebut. Vanesha? Itu tidak penting baginya. Tapi, karena ibunya yang menelpon, akan ia dengarkan sampai selesai.

"Vanesha, dia mengirim pesan pada ibu. Dia terjebak di kamar apartemennya bersama seorang pria yang berniat jahat padanya. Dia tidak tahu siapa pria yang tiba-tiba ada di apartemennya. Dia minta tolong. Tolong bantu dia, Arkan."

"Bu, kenapa harus Arkan? Dia pasti punya pengawal atau keluarga yang bisa menolongnya."

"Arkan, dengar kan Ibu, Nak. Dia sedang dihukum orang tuanya ketika mengetahui aksi nekat nya di kamarmu beberapa waktu lalu. Dia sendiri. Tidak ada yang bisa ia mintai tolong kecuali Ibu. Ibu tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta bantuan mu."

"Arkan, Ibu minta tolong padamu, Nak. Jangan anggap Vanesha sebagai wanita yang mengejar mu. Tapi, anggap dia sebagai wanita yang harus kau tolong. Ibu mohon."

Arkan menarik nafas panjang. "Baiklah, Bu. Aku akan kesana."

"Cepat, Nak. Dia sudah tidak bisa Ibu hubungi."

Arkan sekali lagi menarik nafasnya. Segera ia meninggalkan kamarnya. Langkah lebarnya langsung tertuju ke garasi, mengeluarkan mobil miliknya dan segera ia kendarai menuju apartemen milik Vanesha.

1
Paradina
kok belum up kak?
Aquilaliza
Sangat direkomendasi untuk dibaca. Selamat membaca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!