✍🏻 Sekuel dari novel Saoirse 📚
"Bahkan kau tidak akan menemukan cinta yang sama untuk kedua kalinya, pada orang yang sama. Dunia tidak sebaik itu padamu, Tuan. Meskipun kau punya segalanya." ucap Mighty penuh penekanan.
"Aku dan dia adalah dua orang yang berbeda, tanpa perlu kau banding-bandingkan. Dan tidak ada orang yang benar-benar sama, sekalipun mereka kembar identik!" Mighty menghentakkan kakinya, meluapkan emosi yang sudah lama memenuhi dada.
Mighty terjebak dalam permainan nya sendiri, melibatkan seorang duda berusia 35 tahun, Maximilian Gorevoy.
Ikuti kisah mereka yaaa😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Jake terlihat berlari dengan membawa sebuah paper bag berisi makanan khas Italia, ini sudah dari restoran yang ketiga, ia berharap jika Max akan memakannya dan berhenti menyuruhnya membeli makanan yang serupa. Karena menurut Max, makanan yang ia bawa tidak sesuai dengan seleranya.
Tok ... Tok ... Tok ....
Tanpa menunggu jawaban, Jake langsung membuka pintu ruangan Max. Terlihat Max duduk menunggu di sofa dengan tatapan datarnya.
"Kinerjamu akhir-akhir ini menurun, Jake. Apa kau sudah bosan bekerja denganku?" ucap nya sinis.
Jake hanya diam dan menyiapkan makanan yang baru saja ia beli. "Saya akan bekerja lebih baik lagi, Tuan." jawabnya, sambil menyajikan makanan Italia dihadapan tuannya .
Max melirik makan yang terlihat masih hangat itu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan makanan itu, tapi entah mengapa tidak sesuai dengan angan-angannya.
"Bukan ini yang aku inginkan." ucap Max tanpa menyentuh makanan itu.
Jake kembali tercengang, pasalnya ia membeli makanan itu di restoran autentik Italia. Lalu Max mengatakan jika bukan makanan itu yang dia inginkan.
"Tuan, Risotto ini dibeli ...."
Max berdecak dan menatapnya dingin, membuat Jake menghentikan kalimatnya. "Apa sekarang kau juga akan mengajariku?" ujar Max, Jake menggeleng pelan.
"Maaf, Tuan." katanya. "Mungkin anda bisa mengatakan di restoran mana saya harus membeli Risotto yang anda inginkan." tanya Jake. Sebab ia sudah membeli Risotto dari tiga restoran yang cukup autentik dan berkelas, namun Max menolaknya.
Max diam, Risotto yang dibeli Jake memang terlihat enak dan ia pernah memakannya. Tapi entah kenapa ia malah terbayang-bayang Risotto buatan Mighty, membayangkannya saja membuat air liurnya memenuhi mulut.
"Sial!" umpatnya pelan, lalu melirik Jake. "Pergilah dan bawa ini." usirnya menatap malas .
Sebelumnya Max tidak pernah bermasalah dengan selera makannya, namun akhir-akhir ini selera makannya menjadi aneh. Kadang ia menginginkan makanan yang jarang ia makan, dan harus mendapatkan makanan itu yang sesuai dengan angan-angannya.
Hal itu membuat Jake kalang kabut, sebab Max akan marah jika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Apakah tuan tidak ingin mencobanya sedikit ...."
"Jake, apa aku pernah mengulangi kata-kataku?" ujarnya menahan emosi.
"Maaf Tuan, saya permisi." ucap Jake segera keluar dari ruangan Max dengan membawa kembali makanan itu, yang ketiga kalinya.
Max membuka jasnya dan melemparkannya sembarang arah. "Sebenarnya ada apa denganku?" gumamnya memijat pangkal hidungnya, emosinya naik turun dan selera makannya yang aneh membuat Max merasa tidak nyaman.
"Kurasa aku benar-benar sudah gila." gumamnya, ia beranjak dari duduknya dan menuju kesebuah tempat, dimana ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.
.....
Max kembali ke mansion orang tuanya, sesuatu yang sangat jarang Max lakukan sebelumnya, membuat para pekerja terheran-heran dengan kedatangannya.
"Tuan Max," ucap seorang maid kepala di mansion itu.
"Apa bibi Olga ada?" tanyanya.
"Ya, Olga sedang di ruangan binatu." jawabnya. "Anda ingin bertemu dengannya?" tanyanya hati-hati.
"Ya, tolong panggilkan." pintanya, maid itu mengangguk dan berbalik. "Paman Grigori," panggilnya, membuat pelayan itu menoleh. "Terimakasih." ucapnya, membuat pria paruh baya itu tersenyum dan mengangguk.
Setelah menunggu beberapa saat, Olga datang menemuinya. "Maaf membuat anda menunggu, Tuan." ucap Olga.
"Bukan masalah," jawab Max, ia terlihat bingung. "Bibi, apakah ...." untuk pertama kalinya seorang Max kebingungan saat bicara.
"Apa ada yang anda perlukan?" tanya bibi Olga. "Katakan saja, jangan ragu." ucap bibi Olga memahami Max yang bingung.
"Aku, sebenarnya aku ingin makanan Italia seperti kemarin." katanya, bibi Olga tersenyum mendengar itu. Ternyata Max hanya ingin makanan, bukan sesuatu yang sulit.
"Torta di Riso?" tanya bibi Olga memastikan, karena terakhir Max datang, ia memakan makanan itu.
"Aku tidak tahu," jawabnya, karena ia tidak terlalu ingat nama makanan itu. "Bisakah bibi membuatnya untukku?" pintanya.
Kali ini bibi Olga yang terlihat bingung, sebab bukan dirinya yang membuat makanan itu. "Tuan, sebenarnya bukan saya yang membuat nya." katanya.
"Lalu? Siapa yang membuatnya? Bisa panggilkan dia?" tanyanya, bibi Olga menggeleng. "Kenapa?"
"Karena dia sudah tidak di sini."
"Dia berhenti bekerja?" bibi Olga kembali menggeleng, membuat Max semakin bingung. "Lalu?"
"Tuan, sebenarnya nona Mighty yang membuat makanan itu." jawab bibi Olga hati-hati.
Max menggeram kesal mendengar nama Mighty, kenapa lagi-lagi makanan yang ia inginkan harus dibuat oleh Mighty? Sekarang apa yang harus ia lakukan? Apakah menyuruh Mighty untuk memasak, atau memendam segala keinginannya dan membuatnya uring-uringan?.
....
"Sial!" umpatnya menendang ban mobilnya, Max berkacak pinggang dan menengadahkan kepalanya. Tampaknya pria 35 tahun itu benar-benar kesal dan frustasi.
Max membuka pintu mobilnya dengan kasar, lalu melakukan mobil itu dengan kecepatan tinggi. Sesekali ia menjambak rambutnya, bagaimana bisa wanita itu membuat kelimpungan tanpa berbuat apa-apa?.
Dan bagaimana bisa Max uring-uringan seperti itu hanya karena Mighty memasak? Bukankah ia juga jago memasak? Saoirse dulu selalu memuji masakannya, dan selalu suka memakan masakan Max.
Seulas senyuman terbit di bibir Max, setelah mengingat mendiang istrinya yang menyukai masakannya. "Kau pikir aku tidak bisa memasak?" gumam Max, ia menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai penthouse. Untuk membuktikan pada Mighty jika dirinya bisa memasak lebih baik.
Setelah sampai basement, Max segera menuju lift yang akan membawanya langsung ke penthouse nya. Ia tak sabar memamerkan skill memasaknya pada Mighty, padahal jika dipikir-pikir Mighty tidak mengajaknya bersaing, namun Max menggebu-gebu untuk mengalahkannya.
"Max." ucap Mighty, melihat kedatangan Max.
Max menatap datar wanita hamil itu, ia sedang duduk di sofa ruang tamu dengan sebuah makanan di pangkuannya. Max mengalihkan pandanganya dan terus berjalan kearah dapur, namun berkali ia meneguk ludahnya sendiri melihat makanan yang ada ditangan Mighty.
Sedangkan Mighty hanya mengangkat bahunya melihat reaksi Max yang sama sekali tidak menggubrisnya. Namun ia teringat saran bibi Olga, wanita itu menggigit bibirnya dan melirik Max yang berada di dapur.
"Bibi Olga membuatku gila." bisiknya sambil menyuapkan kue buah dalam mulutnya. Nafsu makannya meningkat drastis beberapa bulan ini, untungnya ia tidak mengalami morning sickness sejak trimester pertama. Hal itu cukup menguntungkan nya, karena Mighty bisa memakan apapun yang ia inginkan.
Max memasak dengan sepenuh hati,ia ingin membuat makanan seenak mungkin, hingga siapapun yang mencium aroma masakannya, ingin memakannya. Step by step dilakukan dengan sempurna, hingga menjadi sebuah hidangan yang lezat.
"Woahhh, Max. Kau bisa memasak?" tiba-tiba saja Mighty berada disampingnya. Wanita itu menatap kagum dengan hasil masakannya.
"Aku tidak percaya jika tidak melihatnya sendiri. Kau benar-benar pria yang sempurna." pujinya, membuat hati Max sedikit senang. Namun ia tidak menunjukkan nya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" ketusnya. "Jangan dekat-dekat denganku!" hardik Max, Mighty mengerucutkan bibirnya.
"Padahal aku ingin mencobanya." ucapnya pelan. "Risotto buatan mu sepertinya lebih enak dari pada buatan ku." ujar Mighty. "Biarkan aku mencobanya, sedikit saja." pintanya dengan wajah dibuat seimut mungkin.
*
*
*
*
*
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 😉