Ardi adalah asisten CEO. Ketika SMA Ardi pernah membayar seorang gadis untuk menjadi pacar bayaran.
Gadis itu ialah Ayasha dan Ayasha sangat menikmati perannya saat itu.
Namun setelah tujuh tahun berlalu Ardi kembali dipertemukan dengan Ayasha. Ternyata mantan pacar bayarannya ialah putri CEO di perusahaan tempat Ia bekerja.
Dunia seperti terbalik. Untuk membatalkan pertunangan dengan sang kekasih Ayasha memberi Ardi sejumlah uang.
"Apa kamu sedang membayarku?" Ardi.
"Ya, jadilah suamiku, Ardi!" Ayasha.
Simak ceritanya hanya di novel Menikahi Mantan Pacar Bayaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 15 Kedatangan Barra
"Aku berat ya, Ar?" tanya Ayasha yang masih berada digendongan Ardi.
"Tidak," jawab Ardi.
Ardi yang menggendong Ayasha berjalan seperti biasa seolah tidak ada beban yang tengah Ia bawa.
"Bohong! Aku pasti berat, ya?" tanya Ayasha lagi.
"Tidak, Nona, Anda tidak berat sama sekali," jawab Ardi datar namun Ayasha semakin mengulum senyum.
"Benarkah?"
"Ya," jawab Ardi.
Ayasha merasa senang digendong Ardi. Moment ini mengingatkan dirinya saat-saat berpacaran dengan Ardi.
Ardi bukan pria romantis namun Ia sangat perhatian. Meski dirinya hanya pacar bayaran dan Ardi datang saat membutuhkannya namun Ardi memperlakukannya sangat baik.
"Apa kamu ingat, Ar, ini ketiga kalinya kamu menggendong aku," ucap Ayasha masih dengan tersenyum.
Ardi tidak menyahut. Ia mengingat namun memilih diam sebab tidak ingin membahas masa lalu.
"Yang pertama kamu gendong aku karena kakiku terkilir. Yang kedua karena aku pingsan kena bola yang kamu lempar. Yang ketiga sekarang ini," ucap Ayasha.
"Yang ketiga saya menggendong Nona karena tugas."
Perkataan Ardi itu membuat senyum dibibir Ayasha menghilang.
Ayasha seakan diingatkan bila Ardi telah berkeluarga dan Ardi tidak pernah menyukainya sehingga kenangan yang mereka lalui bersama tidak mungkin diingat oleh Ardi.
'Astaghfirullahaladzim,' batin Ayasha.
Ardi menurunkan Ayasha di depan gudang lalu mengambil selang air untuk Ayasha.
"Nona bisa cuci kaki disini," ucap Ardi.
Ayasha menerima selang itu dan mencuci sendiri kakinya.
"Berapa nomor sepatu Nona?" tanya Ardi.
"Tiga puluh sembilan," jawab Ayasha.
Ardi mengangguk lalu masuk kedalam gudang untuk mengambil APD.
Setelah menemukan safety boots yang cocok dengan nomor sepatu Ayasha, Ardi membawanya keluar dan memberikan pada Ayasha.
"Silahkan Nona pakai ini," ucap Ardi.
Ayasha mengangguk.
"Terima kasih," ucap Ayasha.
"Lain kali jangan pakai heels saat mendatangi proyek," ucap Ardi menasihati.
"Iya," jawab Ayasha lalu memakai safety boots setelah mengeringkan kakinya.
Tak lupa juga Ayasha mengenakan helm dan masker yang Ardi berikan padanya.
Ardi benar-benar profesional. Saat bekerja Ia tidak ingin melakukan kesalahan.
"Nona bisa ikut saya," ucap Ardi berjalan lebih dulu memasuki proyek pembangunan apartement yang belum jadi.
Seorang mandor menghampiri Ardi bersama dua tukang untuk mendampingi.
"Dari mana saja kalian, kenapa baru datang?" tanya Ardi.
Seharusnya Ardi dan Ayasha tiba di proyek sudah disambut oleh pekerja disana akan tetapi mereka sibuk memperbaiki kesalahan pembangunan yang mereka lakukan sehingga tidak mengetahui Ardi dan Ayasha sudah datang.
"Maaf, Pak, kami tidak tahu Anda jadi datang," ucap Fatur mandor disana.
Ardi tahu itu hanya alasan untuk menutupi kesalahan mereka sehingga Ardi berjalan memasuki bangunan bersama Ayasha.
Ardi melihat dinding bangunan terdapat banyak retakan halus membuatnya mengetuk dinding itu dan serpihan cat berterbangan.
"Ardi, lantainya." Ayasha menunjuk lantai yang Ia injak.
Lantai itu belum dipasang keramin.
Ardi menoleh pada Ayasha dan mengangguk lalu menghentakkan kakinya membuat lantai disekitarnya retak.
Setelah itu Ardi menghampiri Ayasha.
"Sampai disini Nona mengerti 'kan mengapa pembangunan ini lambat dan struktur bangunan kurang baik padahal sudah menghabiskan dana yang banyak," ucap Ardi.
"Iya, Ar, aku mengerti," ucap Ayasha.
Lalu Ardi memanggil Fatur yang mendampinginya dibelakang dan meminta penjelasan.
"Kami mengerjakannya sesuai dengan material yang sudah disediakan, Pak," terang Fatur.
"Bukankah menyediakan material mandor yang mengaturnya?" tanya Ardi.
"Benar, Pak, tapi disini saya ditugaskan hanya untuk mengawasi para pekerja bangunan. Karena material bangunan sudah disediakan lebih dulu."
Ardi menggeleng sebab merasa janggal dengan penjelasan Fatur.
"Siapa yang memberi tugas seperti itu?" tanya Ardi membuat Fatur terlihat gelisah.
"Kenapa diam? Siapa yang memberi kamu tugas seperti itu?" tanya Ardi menaikan nada bicaranya namun Fatur tetap diam.
"Baiklah kalau kamu tidak mau bicara. Besok kamu jelaskan dikantor dan jangan lupa bawa semua bukti yang kamu miliki," ucap Ardi.
"Tapi, Pak, saya sudah menjelaskan yang sebenarnya," ucap Fatur namun Ardi mengabaikannya.
"Saya akan mengirim audit untuk memeriksa laporan kalian. Siap-siap bila ada kecurangan disini maka tidak ada ampun," ucap Ardi.
Lalu Ardi meninggalkan Fatur yang sibuk menghubungi seseorang.
Ardi memilih keluar dari bangunan sebab struktur bangunan yang kurang baik membuatnya khawatir terjadi sesuatu.
"Ardi tunggu," panggil Ayasha yang berjalan dibelakang Ardi.
Ayasha sedikit berlari untuk bisa mensejajarkan langkahnya dengan Ardi.
"Ya," ucap Ardi.
"Setelah ini kita kemana?" tanya Ayasha.
"Kita kembali kekantor," jawab Ardi.
Ayasha yang khawatir dikantor masih ada Barra menggeleng.
"Antar aku ke caffe saja, Ar. Aku ada pekerjaan disana," pinta Ayasha.
"Caffe mana?" tanya Ardi yang tidak tahu Ayasha memiliki caffe.
"Ay'Caffe. Itu caffe punyaku," jawab Ayasha.
Entah kebetulan dari mana Ay'caffe adalah caffe langganan Ardi namun Ardi baru mengetahui bila pemilik caffe itu Ialah Ayasha.
"Bisa 'kan, kamu antar aku kecaffe itu?" tanya Ayasha.
"Tentu saja, Nona."
...***...
Sementara itu ditempat berbeda Brian tengah berhadapan dengan Fandi dan Barra yang mendatangi kantor.
"Bagaimana kabar kamu, Fan?" tanya Brian basa basi padahal Ia tahu tujuan Fandi dan Barra menemuinya.
"Baik. Bagaimana dengan kabarmu? Sudah lama kita nggak bertemu," ucap Fandi.
Brian tersenyum miring.
"Seperti yang kamu lihat, aku sangat baik."
Barra menyenggol Fandi.
"Pa, langsung aja," ucap Barra pada sang ayah.
Fandi menatap Barra sejenak lalu kembali melihat pada Brian.
"Seperti yang aku katakan ditelpon beberapa hari yang lalu. Kedatangan aku dan Barra ke Jakarta untuk membicarakan pertunangan Barra dan Ayasha," terang Fandi.
Brian mengangguk.
"Ya, aku tahu itu. Tapi apa tidak terlalu terburu-buru. Ayasha dan Barra baru saling mengenal sebaiknya biarkan mereka pendekatan dulu," ucap Brian membuat Fandi tertawa.
Brian sengaja berkata seperti itu agar Fandi tidak mendesak Barra dan Ayasha bertunangan sehingga Brian memiliki waktu untuk bisa membatalkan pertunangan.
"Anak-anak kita sudah pacaran. Mereka nggak perlu pendekatan lagi. Mereka juga pernah membahas pertunangan jadi tinggal kita segerakan," ucap Fandi.
Brian lalu melihat Barra yang terlihat sama sekali tidak merasa bersalah sebab telah mengkhianati Ayasha.
"Barra, apa tidak ada yang ingin kamu katakan?" tanya Brian sengaja memancing Barra berkata jujur.
Barra menegakkan punggungnya.
"Iya, Om. Saya ingin bertunangan dengan Ayasha dan kami sudah pernah membahasnya," ucap Barra.
"Bukan itu yang saya maksud," kata Brian.
Barra yang kebingungan menatap Fandi namun Fandi pun tidak tahu apa yang Brian maksud.
"Jadi yang mana, yang Om maksud?" tanya Barra kemudian.
"Tentang pengkhianatanmu. Ayasha bilang kamu berselingkuh dengan sekretarismu," ucap Brian santai namun membuat wajah Barra berubah panik.
"Nggak, Om, Ayasha salah paham sama aku. Aku dan Zea nggak ada hubungan apa-apa," jelas Barra.
Fandi yang melihat Barra tersudut segera berbicara.
"Apa maksudmu berkata seperti itu, Brian?" tanya Fandi tidak terima.
burung tekuku makan kedelai
ucap selamat kepada mempelai
siap tempur sampai lemas terkulai
kabooooorrr 🏃🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Tantangan buat ardi hrs mencari investor agar perusahaan tidak goyah....
..