NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 - Permintaan Tolong

"Ada apa tiba-tiba mencariku?" tanya Anya langsung. Ia tak ingin bertele-tele dengan Deny.

"Ayah butuh bantuanmu. Ayah dengar sekarang kamu dekat dengan Aiden Atmajaya," ujar Deny tanpa basa-basi.

Darah Anya langsung naik. Ternyata ini alasan sebenarnya ayahnya mencarinya!

Deny bahkan tidak bertanya bagaimana kabarnya, bagaimana kondisi ibunya. Ia hanya muncul setelah mendengar kabar bahwa Anya memiliki hubungan dengan Aiden.

"Perusahaan ayah sedang kesulitan. Ayah butuh bantuan. Bisa nggak kamu minta Aiden untuk kerja sama dengan perusahaan ayah?" pinta Deny. Ia tahu Anya adalah gadis polos yang dulu sangat menyayanginya. Ia berpikir, jika bertemu langsung dan meminta secara personal, Anya pasti luluh dan mau membantu. Sayangnya, Anya sekarang tidak sebodoh dulu.

"Aku nggak bisa bantu, Yah," jawab Anya tegas.

Deny terpaku mendengar jawaban itu. Ia tidak menyangka Anya akan menolak. Dalam pikirannya, cukup dengan sedikit nada memelas, Anya pasti akan bersedia.

"Kenapa nggak bisa? Kamu kan dekat sama Aiden!" ujar Deny, mulai kehilangan kesabaran. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menahan amarah yang siap meledak.

"Aku nggak terlibat dalam urusan pekerjaan Aiden. Kalau butuh bantuan, langsung saja ke kantornya. Jangan lewat aku!" Anya menjawab tanpa ragu.

"Tapi kamu kekasihnya. Kalau kamu yang minta, dia pasti mau bantu!" Deny kembali membujuk. Tangannya mengepal, urat-urat di lengannya mulai terlihat.

Anya bisa melihat ayahnya mulai marah, tapi ia tak punya pilihan. Ia memang istri Aiden, tapi status itu sementara, dan ia sendiri masih berutang banyak pada Aiden. Bagaimana mungkin ia minta tolong lagi?

"Aku benar-benar nggak bisa, Yah. Bukan nggak mau bantu," ucap Anya, mencoba memperlunak suaranya.

"Kalau begitu... bisa nggak kamu jadikan tanah bunga milik ibumu itu sebagai jaminan? Supaya perusahaan ayah nggak bangkrut." Deny mulai menawar.

Anya menatap ayahnya dengan pandangan tak percaya. "Ayah! Tanah itu milik Mama!" suaranya naik.

Saat ibunya sakit parah, ayahnya bahkan tak mau menengok. Tapi sekarang, ia datang untuk meminta tanah ibunya?

Deny tak suka nada suara anaknya, tapi ia masih berusaha menahan diri. Ia tetap berusaha membujuk.

"Iya, ayah tahu. Tapi ayah benar-benar butuh bantuan sekarang." Deny memelas.

Anya merasa iba. Seumur hidupnya, ia mengenal Deny sebagai sosok dingin dan berwibawa. Ia tak pernah menyangka akan melihat ayahnya memohon seperti ini. Tapi tanah itu bagian dari mimpinya. Ia butuh tanah itu untuk mewujudkan cita-cita menjadi peracik parfum.

"Ayah, bukan aku nggak mau bantu..." Anya berusaha menjelaskan dengan hati-hati.

Tapi sebelum ia selesai berbicara, Deny menggebrak meja, membuat Anya tersentak kaget. Orang-orang di sekitar mereka mulai menoleh penasaran.

Anya hanya bisa membungkuk kecil, meminta maaf karena telah mengganggu ketenangan. Tapi Deny tampak tak peduli.

"Kamu sama saja kayak ibumu. Egois. Selalu mikirin diri sendiri. Ayahmu ini dianggap nggak ada," hardik Deny. Matanya memerah, wajahnya merah padam. Ia bahkan berteriak hingga urat di lehernya menonjol.

"Aku."

"Kamu nggak tahu malu! Kamu sudah merebut tunangan Natali!" tuduh Deny di depan umum.

"DAD!" bentak Anya, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak pernah merebut siapa pun. Itu semua ulah Natali! Dia yang menjebakku! Dia yang membuatku masuk ke kamar Aiden malam itu!"

"Apa? Omong kosong apa itu! Kamu masih sempat menyalahkan saudaramu sendiri?!"

"Kalau perusahaan ayah bangkrut, itu semua salah kamu!" Deny menunjuk Anya dengan penuh kemarahan.

Tanpa mereka sadari, sosok lain tengah mendekat ke meja mereka. Natali.

Sejak tahu bahwa Deny akan bertemu dengan Anya, Natali sengaja membuntuti mereka. Awalnya hanya karena penasaran, ingin tahu seperti apa keadaan Anya setelah skandal itu. Tapi jauh dalam hatinya, ia hanya ingin melihat Anya hancur.

Selama ini, hidup Anya terasa sempurna. Dikelilingi cinta, disukai semua orang. Sementara Natali... merasa selalu berada di bawah bayang-bayangnya.

Namun saat melihat Anya datang dengan anggun, mengenakan gaun indah dan tas edisi terbatas yang sangat diidamkannya, Natali mendadak geram.

'Apa-apaan ini?! Kenapa dia nggak terlihat menderita?!'

Giginya terkatup rapat. Matanya menatap tajam.

Anya seharusnya terpuruk. Tapi kenapa justru terlihat lebih bersinar dari sebelumnya?

"Natali menjebakku! Dia mencampur minumanku dengan sesuatu dan mengirimku ke kamar Aiden. Kenapa aku yang harus disalahkan atas semua yang tidak kulakukan?" teriak Anya, berusaha membela diri dari tuduhan ayahnya.

Suara Deny dan Anya semakin meninggi, menarik perhatian semua pengunjung kafe, termasuk Natali, yang memang sengaja mengikuti ayahnya ke tempat itu.

Dari tempat duduknya, Natali bisa mendengar Anya menyebut-nyebut namanya. Dia tahu Anya bukan orang bodoh, dan saudara tirinya itu pasti menyadari bahwa semua ini adalah rencananya. Anya pasti tahu siapa yang menjebaknya.

Tapi Natali tidak peduli. Toh, Anya tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang bisa dilakukan wanita itu? Saat ini saja, semua orang menatap Anya dengan jijik. Mereka semua mengira Anya adalah perempuan murahan yang merebut tunangan orang lain.

Tatapan penuh hinaan yang diarahkan pada Anya justru membuat Natali merasa puas. Ia bisa mendengar bisik-bisik para pengunjung yang mencemooh Anya secara diam-diam.

"Kayaknya aku kenal perempuan yang duduk di sana," kata salah satu pengunjung di meja sebelah Natali.

"Yang mana?" tanya temannya sambil melirik diam-diam ke arah yang dimaksud.

"Eh! Itu kan perempuan yang ada di koran gara-gara skandal perselingkuhan. Yang selingkuh sama Aiden Atmajaya!" ujar yang lainnya.

Di meja tersebut, lima wanita muda dengan gaya modis sedang mengobrol seru. Tentu saja, para wanita ini gemar bergosip, apalagi jika menyangkut pria tampan dan kaya. Kehadiran Anya seperti memberikan mereka topik panas baru yang menggugah antusiasme mereka.

"Ah! Pantas mukanya nggak asing. Siapa itu yang lagi adu mulut sama dia?"

"Kayaknya itu Deny Tedjasukmana, ayahnya Natali? Pasti dia sedang memarahi wanita murahan yang menggoda tunangan anaknya!"

"Masa iya ada ayah yang rela anaknya disakiti? Kalau aku jadi ayahnya, udah kubanting tuh perempuan. Tapi ngomong-ngomong, perempuan itu cantik juga ya."

"Iya, wajahnya memang cantik. Tapi buat apa cantik kalau murahan begitu?"

Kelima wanita itu terus mengobrol sambil tertawa kecil, tak sadar bahwa Natali, yang duduk tak jauh dari mereka, juga mendengarkan.

Mendengar hinaan demi hinaan terhadap Anya, Natali merasa puas. Tapi ada satu hal yang membuat hatinya masih panas: baju dan tas yang dikenakan Anya. Natali merasa iri. Inilah saat yang tepat untuk bertindak!

Saat ia bangkit dari kursi, sekelompok wanita di sebelahnya langsung menoleh, seolah mengenalinya.

"Eh, bukannya itu..." ucap salah satu sambil menyikut temannya.

"Iya iya! Itu Natali Tedjasukmana, korban dari perselingkuhan itu."

"Ternyata dia cantik banget. Gimana bisa Aiden selingkuh, padahal tunangannya secantik ini?"

"Eh, lihat deh! Kayaknya dia mau nyamperin wanita selingkuhan tunangannya..."

"Sepertinya bakal ada drama besar nih."

"Rekam aja, rekam! Ini pasti bakal viral nanti!"

Natali pura-pura tidak mendengar semua komentar itu, tapi di dalam hatinya dia senang. Ia merasa bangga karena publik membelanya dan menyebutnya cantik.

Bagus, bagus! Dukung aku, hina dia. Dengan begini, Anya pasti makin menderita...

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!