Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 25 PERASAAN YANG MULAI TUMBUH
Pada 500 tahun yang lalu, orang-orang masih menggunakan pewarna alami yang apabila di panaskan oleh api, maka akan langsung terbakar. Dapat di pastikan sekali cat pada lukisan ini adalah cat jaman buatan modern. Dengan kata lain, lukisan ini bukanlah merupakan barang antik.
Jakson juga terlihat sangat terkejut sekali, jika sebelumnya Evan mengatakan bahwa lukisan pacuan kuda miliknya bukanlah barang asli, Jakson tentu tidak akan percaya, tapi bukti sudah ada, lukisan tersebut adalah barang palsu yang di buat dengan alat modern.
"Tampaknya aku telah keliru," ujar Jakson.
Namun Jakson juga tidak bisa menuntut pelelangan tempatnya membeli lukisan. Karena sebelumnya Jakson sudah di minta untuk melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Jika di kemudian hari ternyata terjadi masalah pada lukisan pacuan kuda itu, maka Jakson hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.
"Adik, kamu hebat sekali, hanya dengan sekali lihat saja, langsung dapat mengetahui bahwa lukisan ini adalah palsu," ujar Jakson.
"Mungkin hanya kebetulan saja kak," balas Evan tersenyum.
Kemudian mereka berdua juga kembali mengobrol. Jakson semakin tertarik dengan Evan yang memiliki banyak kelebihan.
Sore harinya Evan sudah berada di rumah keluarga Darmawan, sedangkan Lisa masih belum kembali.
Lisa sendiri sedang berada di royal hotel untuk menandatangani kontrak kerjasama dengan Jakson. Dalam penandatanganan kontrak kerjasama itu, Jakson bersikap begitu ramah dan baik terhadap Lisa, berbeda dari sebelumnya.
Hal itu tentu saja membuat Lisa merasa aneh. Akan tetapi Jakson tidak mengatakan bahwa dirinya memberikan kerja sama ini kepada Lisa karena Evan. Evan sendiri yang meminta kepada Jakson, untuk tidak memberitahukannya kepada Lisa.
Untuk saat ini Lisa sendiri belum mengetahui tentang kedekatan Jakson dan Evan. Walaupun Lisa penasaran, tapi dirinya juga tidak berani untuk menanyakannya kepada Jakson.
Setelah mendapatkan kontrak kerjasama, Lisa tampak begitu sangat senang sekali. Hari juga sudah gelap, Lisa juga kembali ke rumahnya.
Sampai di rumah, Lisa merasa sedikit aneh melihat masih banyak lampu yang belum di nyalakan.
"Kenapa lampunya belum di nyalakan?" pikir Lisa.
Lisa mulai masuk ke dalam rumah dan melihat sebuah tas ransel besar yang berada atas kursi sofa ruang tamunya. Tas ransel itu tampak asing dan bukanlah milik kakeknya atau para pelayan rumah.
"Tas siapa ini?" pikir Lisa.
Tas itu sendiri adalah milik Evan yang berisikan beberapa pakaian miliknya untuk tinggal dalam waktu beberapa hari di sana.
Kemudian tiba-tiba saja Evan muncul dengan hanya menggunakan handuk dari arah dapur. Evan baru saja selesai mandi di kamar mandi yang berada di dapur.
"Kamu sudah kembali," ujar Evan kepada Lisa.
Lisa langsung menoleh Evan dan mendapati Evan yang bertelanjang dada dan hanya menggunakan seutas handuk saja.
"Aaa..." Lisa berteriak sambil memalingkan wajahnya.
"Cepat pakai pakaian mu!" ujar Lisa.
Tampak wajah Lisa sedikit memerah melihat bentuk tubuh dari Evan. Evan juga segera mengeluarkan baju dan celana dari dalam tasnya lalu memakainya. Lisa sendiri masih terbayang bentuk tubuh dari Evan.
Lisa tidak menyangka ternyata Evan memiliki bentuk tubuh yang lumayan bagus untuk seorang pria. Dada yang bidang dan perut yang six pack tampak begitu menggoda.
Evan memiliki bentuk tubuh yang bagus karena terbentuk dengan sendirinya. Evan dahulu adalah seorang pekerja konstruksi bangunan, di mana hal tersebut berhubungan dengan kekuatan fisik. Lambat laun otot tubuh juga akan terbentuk dengan sendirinya.
Setelah Evan selesai memakai pakaiannya, Lisa juga tidak memalingkan wajahnya lagi.
"Kenapa malam-malam kamu bisa berada di sini?" tanya Lisa.
Sembari tadi Lisa juga memperhatikan keadaan rumah yang tampak begitu sepi tidak seperti biasanya.
Evan juga menjelaskan bahwa kakek Darmawan yang memintanya datang dan tinggal di sini. Kakek Darmawan pergi untuk ziarah bersama dengan seluruh pelayan.
"Kenapa kakek tidak memberitahuku?" Lisa tampak bingung.
Biasanya kakeknya selalu memberitahukan nya terlebih dahulu sebelum pergi ke kampung untuk berziarah. Terlebih ini terasa begitu aneh karena harus membawa seluruh pelayan rumah.
"Kakekmu mengatakan bahwa kamu orangnya sedikit penakut, jadi memintaku untuk tinggal di sini menemani dan menjagamu," ujar Evan.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri, jadi kamu tidak perlu repot-repot," balas Lisa.
"Kamu bisa tidur di kamar tamu malam ini, besok kamu bisa pulang ke rumahmu saja," sambung Lisa sambil menunjuk ke sebuah kamar tidur yang berada di sana.
Lisa juga langsung pergi begitu saja tanpa banyak berkata kepada Evan. Sikapnya masih tampak kaku dan cuek seperti dahulu.
Pukul 8 malam, Lisa sedang berada di dapur karena perutnya terasa lapar. Lisa mencari seisi dapur, namun sama sekali tidak ada makanan, kecuali bahan makanan yang belum di masak.
"Kalau perut lapar, bagaimana bisa tidur?" ucap Lisa.
"Mana tidak ada makanan sama sekali," sambung Lisa menggerutu.
Biasanya Lisa selalu meminta pelayan rumah untuk memasak untuknya bila dia lapar, tapi kini tidak ada satupun pelayan yang tersisa. Lisa sendiri selalu sibuk bekerja, sehingga dia tidak bisa memasak.
Mau memesan makanan, tapi cuaca sedang hujan deras, pasti tidak akan ada kurir yang bersedia mengantarkan makanan, pikir Lisa.
Melihat ada beberapa bahan makanan di dalam kulkas, akhirnya Lisa memutuskan untuk memasak sendiri.
Tidak lama kemudian Lisa sedang menggoreng ikan, namun tiba-tiba saja ikannya meletup, sehingga membuatnya terkejut.
Letupan itu cukup keras, sehingga membuat percikan minyak panas yang banyak langsung mengenai tangan Lisa.
"Aw..." Lisa berteriak kesakitan memegangi tangannya.
Kebetulan Evan mendengar teriakkan Lisa dan segera datang menghampirinya.
"Kamu kenapa?" tanya Evan.
Evan melihat Lisa yang sedang merintih kesakitan memegangi tangannya yang tampak melepuh, sehingga membuatnya kasihan.
Melihat Lisa terluka, Evan segera meminta Lisa untuk duduk, sementara dirinya mengambil kotak obat dengan buru-buru.
Dalam waktu sekejap, Evan telah kembali dan langsung mulai mengobati luka pada tangan Lisa dengan salep luka bakar.
"Aw... sakit," rintih Lisa.
Salep yang di oleskan pada luka di tangan Lisa yang melepuh memiliki efek perih yang cukup lumayan.
"Tahan sebentar!" ujar Evan.
Evan juga mengeluarkan kekuatan mata apinya. Seketika kedua bola mata Evan tampak membara, tapi Lisa tidak melihatnya. Kekuatan mata api mengeluarkan ilmu medis legendaris nya.
Energi spiritual juga masuk mengalir pada salep yang di oleskan oleh Evan. Evan mengoleskan salep itu secara perlahan dan sangat lembut. Perlahan-lahan tangan Lisa yang sakit, juga mulai terasa nyaman.
Bekas luka bakar akibat minyak goreng juga mulai menghilang kembali normal secara perlahan-lahan.
Evan tampak mengusap tangan Lisa dengan begitu lembut, serius dan sangat perhatian. Lisa juga mulai tersentuh dengan sikap Evan ini.
"Dia ini..." ucap Lisa dalam hati.
"Cukup perhatian juga," sambung Lisa dalam hati.
Mulai timbul perasaan aneh di dalam diri Lisa yang tidak bisa di lukiskan. Lisa belum pernah dekat dengan seorang pria seperti ini kecuali dengan Evan.
Walaupun paras Lisa sangat cantik sekali, namun sikapnya begitu kaku dan jutek, di tambah lagi dirinya yang selalu menghindar dari laki-laki. Alhasil Lisa belum pernah sama sekali tertarik terhadap pria manapun dan menjalin hubungan.
Evan juga telah selesai mengobati Lisa dan menyimpan kembali salep pada kotak obat. Luka akibat terkena minyak panas juga telah hilang sepenuhnya. Lisa tidak merasakan rasa sakit lagi dan justru tangannya terasa begitu nyaman.
"Lain kali kamu harus lebih berhati-hati!" ujar Evan.
"Aku hanya ingin memasak karena lapar, tapi tidak menyangka malah terkena minyak panas," balas Lisa menjelaskan kepada Evan.
"Kamu tunggu di sini saja, biar aku yang masakan," ujar Evan.
"Eh..." Lisa mencoba menghentikan, tapi Evan langsung pergi begitu saja.
Evan pergi mengembalikan kotak obat dan kemudian langsung pergi ke dapur untuk memasak.