Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Jagal
"Siapa itu Nanda?" tanya Wening bingung.
"Dokter jagal satu." Nandara menggenggam tangan Wening. "Kamu disini dulu saja ya. Biar aku yang urus."
Wening melongo. "Do ... Dokter jagal? Serius?"
Nandara menghampiri Rania yang sedang cipika cipiki dengan para adik-adiknya dan iparnya.
"Oke mbak. Nefa sudah bilang sama kamu?" ucap Nandara gemas ke kakak perempuannya paling besar selain Biana McCloud Rossi dan Alisha Léopold Carrington.
"Jelas dong Nanda sayang. Mana istri kamu?" senyum Rania dengan wajah sumringah.
"Dokter jagal dua tidak ikutan kan?" tanya Nandara.
"Eits siapa bilang ... Ikutan dong!" cebik Rania dengan pedenya dan dia melihat Wening duduk manis di sofa. Ibu satu anak itu pun segera menghampiri Wening dan duduk di sebelahnya. "Hai Wening, pertama selamat atas pernikahan kalian, kedua aku Rania Armstrong, kakak jagalnya Nandara."
Semua orang langsung tepuk jidat berjamaah.
"Seriously Rania!" seru Rauf dan Malik serta Eren bersamaan.
"Apaan sih. Wening kan adik ipar kita, dan sudah waktunya tahu siapa aku sebenarnya ... Hahahaha!" Rania tertawa ala nenek sihir.
"Senang bertemu dengan mbak Rania. Pasti cantik juga ...." Wening mengangguk sopan ke Rania.
"Cantik apanya! Casing doang, isinya sadeeeesss!" celetuk Kaysan judes.
"Eh dengar mantan calon duda! Aku itu luar dalam bagus tahu!" balas Rania cuek.
"Mantan calon duda?" Wening semakin pusing dengan kekacauan di keluarga Nandara meskipun bisa merasakan mereka saling sayang satu sama lain meskipun caranya anti-mainstream.
"Nanti biar si bandara cerita sama kamu. Sekarang, biar aku periksa kondisi mata kamu." Rania mengambil senter dari dalam tas dokternya. Dokter bedah itu lalu menyorot mata Wening ditambah dengan peralatan lainnya.
"Apa kamu merasakan ada cahaya masuk?" tanya Rania.
Wening menggeleng. "Hanya tahu ada cahaya di wajah aku."
"Mata kamu dalam posisi terbuka dan benar kamu tidak merasakan ada cahaya? Sedikit pun?" tanya Rania lagi untuk memastikan.
"Tidak mbak. Semuanya gelap."
Rania mengangguk dan mematikan senternya. "Oke, ini berbeda dengan kasusnya Tante Gemini. Ini benar-benar sarafnya kena, Nanda. Bukannya aku meragukan dokter Dubai tapi jika ada dokter spesialis Oftalmologis lainnya sebagai second opinion, aku rasa sangat elok."
Dokter spesialis mata disebut juga dengan Oftalmologis atau Dokter Spesialis Oftalmologi. Mereka adalah dokter yang memiliki keahlian khusus dalam perawatan mata, termasuk diagnosis, pengobatan, dan bedah mata.
Sumber Google
"Memangnya kamu sudah ada?" tanya Rauf.
"Dengar ya Emir Qatar, memangnya Rania yang cantik cetar membahana hingga membuat mbak Kunti asli sungkem ini tidak persiapan?" jawab Rania jumawa membuat Wening tertawa kecil.
Diana langsung menghubungi Chris Armstrong, suami Rania.
"Woi, mas Demit! Kenapa elu kasih ijin mbak Kunti terbang kemari?"
***
Dalam Kamar Nandara
Wening sudah berganti piyama dengan dibantu Habibah dan Nandara baru masuk setelah pelayan itu mengatakan istrinya sudah berganti pakaian. Nandara mengucapkan terima kasih ke wanita itu dan masuk ke dalam kamarnya. Nandara memang meminta Wening tidur bersamanya di kamarnya, bukan di kamar tamu.
"Apakah para sepupu kamu sudah pada di kamar masing-masing?" tanya Wening sambil naik ke atas tempat tidur.
"Sudah. Maafkan aku karena kedatangan mereka sangat rusuh," ucap Nandara sambil melepaskan kemejanya dan celana panjang lalu menggantinya dengan celana pendek.
Pria itu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan tak lama dia keluar lalu tidur di sebelah Wening.
"Nanda, bolehkan aku tanya sesuatu?"
Nandara menoleh ke arah Wening yang tampak bingung.
"Mau tanya apa?" balas Nandara dengan nada lembut.
"Kenapa kamu menikahi aku?" tanya Wening. "Sejujurnya."
"Alasan utama, untuk melindungi kamu, Wening. Aku tidak habis pikir bagaimana kedua orang tua kamu lebih memikirkan pekerjaan mereka, tidak mau meninggalkan sedikit saja demi kamu yang lebih membutuhkan perhatian. For God's sake, kamu itu dalam kondisi tidak baik-baik saja! Coba, selama kamu di Dubai, ada mereka perhatian dengan menelpon kamu?" jawab Nandara emosional.
Wening terdiam.
"Aku tidak mau kamu tidak dianggap anak oleh mereka. Lebih baik aku ambil langkah drastis dengan membawa kamu bersamaku dan disini kamu tidak akan kekurangan kasih sayang. Meskipun kamu tahu sendiri kan bagaimana kalau kami sudah menistakan? Our love language are cangkem dan kekerasan."
Wening cekikikan mendengar kalimat Nandara. "Really? Cangkem dan kekerasan?"
"Apa kamu tahu, dua Opaku pernah gelut hanya karena Omaku. Opa Hoshi melindungi Oma Arimbi eh Opa Bima jatuh cinta dengan Oma Arimbi. Oh, Opa Hoshi dan Oma Arimbi sepupu by the way. Dua opa itu gelut secara fisik di Dojo sampai babak belur. Setelah Opa Bima menikah dengan Oma Arimbi, kerusuhan tidak berhenti. Sebenarnya mereka saling sayang hanya caranya begitulah ...."
"Apakah jika orang itu bukan aku, kamu juga akan menikahinya?" tanya Wening.
"Tidak," jawab Nandara yakin.
"Kenapa?"
"Karena dia bukan kamu, Ning."
Wening tertegun. Apa maksudnya?
"Sudah, kamu tidur sebab besok kita akan ramai lagi dan kamu akan ke rumah sakit lagi. Maaf aku tidak bisa menemani karena fokus balapan. Tapi Oma dan Mommy akan menemani kamu," ucap Nandara.
"Nanda ... Kamu ... Tidak minta ... Hak kamu?" tanya Wening bingung.
Nandara hanya mengelus kepala Wening lembut. "Tidak sekarang. Aku ingin kamu bisa melihat dulu. Sebab aku ingin kamu melihat aku saat kita melakukannya," jawabnya membuat pipi Wening merah padam.
Ya ampun ... Pria satu ini ....
***
Kamar Alaric dan Nura
"Benben, apa Wening bisa melihat lagi?" tanya Alaric sambil memeluk istrinya.
"Aku tidak tahu, Al-al. Tapi tadi Rania bilang, dia ada beberapa donor hanya saja harus dicari yang cocok bukan?" jawab Nura sambil membalas pelukan suaminya.
"Entah perasaan aku atau gimana, ya Benben. Tapi tadi saat kedua orangtuanya Wening pulang ke Riyadh, ada perasaan lega tidak harus mengurus Wening ... Apa hanya suudzon aku ya?" gumam Alaric.
"Kamu tidak suudzon tapi memang kedua orangtuanya Wening seperti ingin segera menyingkirkan Wening dari kehidupan mereka," jawab Nura gemas.
"Mungkin memang sudah takdirnya, Wening bersama kita. Besok aku bilang ke Nanda, jangan sampai Wening terluka. Dia sudah menyimpan banyak kekecewaan pada orangtuanya sendiri."
Nura tersenyum. "Al, Nanda adalah didikan kita. Dia pasti akan memberikan banyak perhatian dan kasih sayang ke Wening meskipun belum yakin dia sudah jatuh cinta pada gadis itu."
"Dia sangat Blair kan?" kekeh Alaric.
"Dia sangat Blair, Al," senyum Nura membenarkan.
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
biarkan Wening bahagia dengan keluarga barunya..