Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 : Ternyata Suamiku...Gavian
Langit Bandung pagi ini begitu cerah. Seolah ikut merestui hubungan sakral yang baru saja di ikrarkan. Diantara gugup yang menyeruak dan degup jantung yang terus berpacu, akhirnya semua berjalan lancar.
Kalimat ijab qobul terucapkan dengan lancar dari bibir pria yang kini telah resmi menjadi suami Nayura.
“Alhamdulillah, mantuku lancar mengucapkan ijab qabul dengan sekali tarikan nafas.” Gumam Elda bersyukur di dalam hatinya.
Setelahnya, para tamu menengadahkan tangan, mengaminkan doa yang di panjatkan oleh penghulu untuk pernikahan dan kebahagiaan mempelai.
Akan tetapi, dikamar, Nayura masih sibuk dengan pikirannya. Kekhawatiran yang tiba-tiba melanda, membuat Nayura tidak sadar jika Keysha—sepupunya telah berada di kamar.
Itu, tandanya ijab qabul telah selesai kan, dan dirinya kini sudah sah menjadi seorang istri.
“Kak, ayo!” ajak Keysha mengulurkan tangan.
Deg!
Jantung Nayura makin berdebar, lebih cepat dari sebelumnya. Nayura menatap tangan Keysha ragu, pelan ia menerima uluran tangan tersebut
“Ni tangan es atau apa, dingin banget!” kaget Keysha saat tangan putih mulus itu berada di genggamannya.
“Rileks kak. Suami kamu ganteng poul. Kamu nggak akan rugi.” Bisik Keysha semakin membuat Nayura resah.
“Ish! Lebih baik kamu diam!” balas Nayura sebal. Wajahnya merah, tampak menhan kesal. Melihat reaksi Nayura yang demikian, membuat keysha terkikik sendiri.
“Lihat aja, suatu saat nanti kamu bakal ngerasain juga!” gerutu Nayura.
Seketika suasana yang semula tengang sedikit mencair, saat pujian terdengar nyaring dari luar.
“Cantik sekali manten nya!”
Pujian keras itu membuat Nayura tersadar dan langsung menoleh ke arah pintu. Semua mata tertuju padanya. Cepat Nayura merubah ekspresi wajahnya. Ia tersenyum tipis dan berusaha untuk terlihat tenang.
Di depan sana, tampak seorang laki-laki yang kini sah, menjadi suami Nayura. Ia tampak menunduk tidak berani menatap langsung Nayura yang berjalan mendekat ke arahnya.
Nayura menatapnya sekilas. Tidak ada yang bisa Nayura liat selain—wajah mulusnya, rahang nan tegas dan...tampan.
Pelan Nayura mendudukkan diri—tepat di sebelah suaminya. Tangan yang berada di atas pangkuannya saling meremas, menyalurkan ketidaknyamanan akan suasana saat ini.
“Baik, karena mempelai perempuannya sudah di sini, silahkan tanda tangani buku nikahnya terlebih dahulu. Kemudia, kedua mempelai bisa saling memasangkan cincin.” Beritahu pak penghulu.
Baik Nayura maupun suaminya sama-sama membubuhi tanda tangan di buku pernikahan mereka. Jantung Nayura berdebar cepat, tangan yang memegang pulpen itu gemetar pelan.
Selesai dengan tanda tangan, ternyata ada pidato singkat dari pak penghulu. Menjelaskan secara ringkas mengenai kewajiban seorang suami dan begitupun, kewajiban seorang istri.
Nayura menyimak dengan baik sebab pernikahan tidak hanya tentang cinta melainkan kewajiban juga.
“Sekarang silahkan tukar cincin.” Pak penghulu mempersilahkan ke dua mempelai tersebut untuk saling memakaikan cincin satu sama lain.
Serentak Nayura dan suaminya bangkit dari duduk, Elda mendekat dengan tangan yang memegangi sebuah kotak kecil bludru berwarna merah.
Suami Nayura mengambil cincin kecil yang dihiasi oleh berlian, terlihat simple namun elegan. Ia menatap Nayura yang ternyata juga menatap dirinya.
Deg!
Pandangan mereka. Bola mata Nayura melebar dengan mulut sedikit terbuka. Syok pastinya mengetahui wajah suaminya yang ternyata…laki-laki itu adalah Gavian. Cowok yang dua hari lalu menabrak dirinya dan mengantarkannya pulang.
Tak jauh berbeda dengan Gavian, ia juga terkejut saat mengetahui jika istrinya adalah Nayura.
Gadis yang beberapa hari ini selalu memenuhi pikirannya. Barang yang bernama hati di dalam sana menghangat. Mengetahui jika gadis yang membuatnya berdebar— kini telah sah menjadi istrinya.
“Tatap-tatapannya di sambung ntar aja, buruan pasang cincinnya, Gavian.” Bisik Ruri yang turut berdiri di dekat Gavian.
Membuat lamunan Gavian buyar, ia berdehem untuk menetralkan debaran jantung yang menggila didalam sana.
“Ayo ulurkan tanganmu, nak!” pinta Elda, melihat tangan Nayura yang masih saling meremas.
Ragu Nayura mengulurkan tangannya. Uluran itu disambut cepat oleh tangan besar Gavian.
Deg!
Perasaan apa ini! Tubuh Nayura merinding kaku, ia menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan gejolak yang ada di dalam sana.
Cincinnya udah ada di ujung jari manis Nayura namun, Gavian tak melanjutkan gerakan tangannya karena terus melihat Nayura.
Telapak tangannya basah, ujung jari-jarinya juga terasa dingin. Gugup ya? Pikir Gavian.
Gavian menjatuhkan pandangannya pada tangan lembut di genggamannya. Menyematkan barang yang bernama cincin itu di jari manis Nayura.
Gantian, kini Nayura yang akan menyematkan cincin di jari manis Gavian. Nayura mengatur nafasnya yang tiba-tiba saja terasa sesak. Menatap tangan besar yang urat-uratnya menonjol itu dengan ragu.
“Please jantung, lo bisa stabil nggak sih!”
Gavian menggoyangan tangannya yang terulur sejak tadi. Membuat Nayura mengangkat pandangannya.
“Kebas ni, tangan.” Gavian mencebik masam membuat bibir Nayura sedikit maju dan meraih tangan besarnya.
Sudut bibir Gavian tertarik, membentuk senyuman tipis saat tangan mungil dan lembut itu bersentuhan dengan tangannya. Ia menatap cincin yang baru saja di pasangkan Nayura di jari manisnya.
“Manis.” Puji batin Gavian tak beralih menatap wajah Nayura yang begitu cantik.
...----------------...
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗