Terkurung Janji, Terjebak Cinta Di Balik Senja

Terkurung Janji, Terjebak Cinta Di Balik Senja

Kado Ulang Tahun Nayura

Nayura memasuki rumah setelah aktivitas sekolahnya usai. Kaki-kakinya yang lelah menginjak lantai dengan suara lembut. Ia hendak menuju kamarnya, ingin berganti pakaian karena tubuhnya terasa lengket. Namun, tiba-tiba ia melihat ayah dan ibunya yang tengah menunggu di ruang tamu dengan wajah serius.

"Selamat ulang tahun, anak Mama," ucap Elda dengan suara lembut, namun tak ada senyum di wajahnya. Hanya sorot mata yang menyimpan banyak hal.

Nayura merasa penasaran dan berjalan mendekati mereka. Saat hendak duduk di sebelah Rio, ia melihat wajah Elda yang tampak sedih. Padahal ini adalah hari ulang tahunnya.

"Maaf, Papa hanya bisa ngasih kamu ini," kata Rio, menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna navy.

Nayura membuka kotak itu. Matanya berbinar melihat kalung dengan liontin kecil yang indah.

"Terima kasih, Pa!" serunya, memeluk Rio.

"Sini, Mama pakaikan," pinta Elda, mengambil kalung itu dan memasangkannya ke leher Nayura.

"Cantik," ucap Elda sambil menatap putrinya.

Nayura menyentuh liontin di kalung itu sambil tersenyum. Ia sangat bahagia, merayakan ulang tahunnya yang ke-16 bersama kedua orang tuanya meskipun dengan sederhana.

Setelah ucapan dan doa disampaikan, mereka duduk di meja makan menikmati potongan kue ulang tahun.

"Pa, Ma…" panggil Nayura.

Mereka langsung menatap Nayura. Ia kembali tersenyum, "Terima kasih untuk kadonya. Aku sungguh bahagia."

Rio dan Elda saling berpandangan. Ada kebahagiaan, tapi juga kesedihan.

"Nay," kata Rio perlahan.

Elda menatap Rio, kemudian kembali melihat putrinya. Jemarinya saling meremas di bawah meja. Rio menarik napas panjang, menatap mata putrinya yang berbinar bahagia.

"Ada apa, Pa?" tanya Nayura.

Rio menggenggam tangan Nayura di atas meja. Nayura menatapnya dengan bingung.

"Papa..."

Ucapan Rio terhenti. Ia merasa sulit untuk bicara.

"Sampaikan saja, Pa," pinta Nayura.

Ia melihat Elda yang sama tegangnya. Perasaan Nayura mulai tidak enak.

"Nak, Papa dan Mama minta maaf."

Deg.

"Ada apa, Pa?" Nayura bertanya, suaranya bergetar.

Rio menahan air mata.

Hening.

"Papa akan menikahkanmu."

Mata Nayura membelalak. Ia menggeleng, menyangkal.

"Papa pasti bercanda, kan? Nggak lucu, Pa."

Tapi Elda hanya menggeleng pelan.

Elda mendekat, mengelus kepala Nayura. "Mama minta maaf. Tapi nggak ada pilihan lain, Nak."

Hati Nayura hancur. Air matanya mulai jatuh.

"Kenapa?" tanyanya lirih.

Rio memeluk Nayura. "Maafkan Papa."

Tangis Nayura pecah. Elda ikut menangis.

"Suatu saat kamu akan mengerti kenapa kami menikahkanmu," ujar Rio.

"Mama tahu ini nggak mudah, tapi Mama yakin kamu kuat," tambah Elda.

Nayura terisak. Hari ulang tahunnya berubah menjadi bencana. Ia merasa seperti dunia runtuh.

Ia bangkit dan berlari ke kamar. Elda ingin mengejar, tapi dicegah Rio.

"Berikan dia waktu," ucapnya pelan.

Di kamar, Nayura menumpahkan semua kesedihannya. Ia memukul dinding, lalu terduduk di lantai, meringkuk sambil menangis.

Setelah satu jam menangis, ia bangkit, duduk di kasur.

Kruyuk!

"Sial," gerutunya. Ia lapar. Ia mengambil wafer dari rak di kamarnya dan memakannya di kasur.

"Apa aku harus banget nikah, yak?" monolog Nayura.

"Cowoknya ganteng nggak, ya?" pikirnya sambil membayangkan idolanya, Jake dari Enhypen.

Tapi bayangan itu berubah jadi mimpi buruk saat ia membayangkan suaminya adalah kakek-kakek.

"NGGAK!" teriaknya.

Ia memutuskan harus tahu siapa calon suaminya. Ia keluar kamar dan mengetuk pintu kamar orang tuanya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu dibuka oleh Elda.

"Ada apa, sayang?"

"Apa aku boleh tanya sesuatu?"

"Tentu," jawab Elda, membiarkan Nayura masuk.

Rio segera menutup laptopnya dan menghampiri mereka.

"Kamu mau tanya apa, Sayang?" tanya Elda.

Nayura ragu. Tapi akhirnya ia bicara.

"Apa aku boleh tahu tentang calon suamiku?"

Rio dan Elda saling pandang, terkejut.

"Ah, lupakan saja! Aku mau ke kamar," Nayura berdiri.

Belum sempurna ia berdiri tangannya di cekal oleh Elda, membuat Nayura menatap sang mama. Elda menarik pelan tangan anaknya, meminta Nayura untuk kembali duduk.

“Kamu bertanya demikian karena apa?”

Bukannya mendapatkan jawaban, Nayura malah diberikan pertanyaan.

Mata Nayura ketap-ketip dengan kepala sibuk memikirkan jawaban yang tepat. Elda dengan sabar menunggu jawaban Nayura meskipun, ia gemas sendiri melihat polah anaknya yang kelewat lucu! :D

Bibir mungil Nayura terbuka, ia menatap Elda dan Rio secara bergantian. “Wajar nggak sih, aku tahu. Biar bagaimanapun, ini berkaitan dengan masa depan ku.”

Elda tersenyum tipis mendengarkan ucapan putrinya, ada sedikit kelegaan dihatinya saat Nayura mengatakan ‘masa depan’.

“Kalau orangnya buluk trus udah tua, fix gue kabur. Ya, kali masa depan cerah harus mendung sih!.”

Batin Nayura, yang memang pengen banget memastikan calon suaminya itu seperti apa.

Masak, dirinya cantik jelita gini harus dapat yang kayak mbah surip. Itu namanya memperburuk keturunan. Dimana-mana orang sibuk memperbaiki keturunan. Lah, Nayura malah sebaliknya. Rugi, dong! :D

Tangan Elda terangkat untuk meraih tangan Nayura yang ada di atas pangkuan gadis itu. Memberikan usapan kecil pada punggung tangan anak semata wayangnya.

“Dia masih sekolah sama kayak kamu. Cuma dia udah kelas dua belas, yang artinya umurnya di atas umur kamu.” Jelas Elda.

“Tampan nggak ma?”

Ehh, Nayura membekap mulutnya yang keceplosan. Elda dan Rio tertawa kecil melihat putrinya.

“Kan, pengen tahu barangkali aja, nggak tampan.” Lirih Nayura dengan bibir mengerucut ke depan. Membuat Elda dan Rio menahan diri untuk tidak menyemburkan tawanya.

Elda tahu, jika putrinya pasti mengkhawatirkan calon suami yang mereka pilihkan. Tentunya, Elda tidak memilih sembarangan orang untuk menjadi pendamping hidup Nayura. Dan ia merasa wajar, jika Nayura bertanya mengenai hal demikian.

Sebab, mereka belum berkenalan bahkan akan langsung di nikahkan. Sebagai seorang ibu, Elda memahami segala kekhawatiran Nayura.

“Pasti tampan.” Jawab Rio membuat kepala yang tertunduk lesu itu kembali terangkat untuk menatap Rio.

“Tampanan mana sama Jake, idolaku pa?” tanyanya antusias.

Rio diam untuk beberapa saat, mencoba membandingkan wajah calon mantu dengan idol anaknya. Nayura menatap lekat wajah Rio yang tampak sedang berpikir.

“Tampanan calon suami kamu.” Jawab Rio, menoel hidung mancung Nayura.

Seketika, mata Nayura mengerjap cepat dengan wajah yang udah nggak bisa lagi untuk nahan nggak tersenyum. Ia memegangi kedua pipinya yang terasa panas. Otaknya mulai membayangkan wajah tampan Jake yang sayangnya kata Rio lebih tampanan calon suami. Jantung Nayura jadi berdebar, membayangkan betapa tampannya calon suaminya.

“Aaa…jadi penasaran!” jerit Nayura dengan suara merengek lucu.

Rio dan Elda menyeburkan tawanya, tak tahan melihat Nayura yang tingkahnya…bikin geleng-geleng kepala.

“Emang kalau nggak tampan kamu nggak mau?” tanya Elda setelah tawanya mereda, kepo dengan jawaban sang putri.

Cepat Nayura menggelengkan kepalanya, menolak secara terang-terangan. “Aku nggak mau ya, kalau nggak tampan.”

“Hahahaha…anak kamu lucu sekali sayang.” Elda terbahak mendengar jawaban polos sang putri.

“Anak kita berdua kali, yank!” ingat Rio.

Tentu anak mereka berdua, anak siapa lagi. Masak, anak kucing, kan kagak lucu! Nayura mendengus malas, melihat tingkah orang tuanya yang kembali kumat.

Kadang, ia iri melihat orang tuanya yang mesra. Gimana nggak iri, di umur Elda dan Rio yang sudah tak lagi muda mereka masih terlihat sweet. Kan, kasihan Nayura yang masih jomblo. Pengen seperti mereka tapi, belum ketemu speak laki-laki yang ia inginkan. Jadi, Nayura hanya bisa membatin dan nontonin dulu, aja.

“Kalau mau sweet-sweetan, monggo dilanjut. Aku mau balik kamar, aja!” pamit Nayura yang terdengar seperti sebuah sindiran di telinga Rio dan Elda.

“Ekhem!” Rio berdehem untuk menetralkan rasa geli yang menggelitik perutnya. Berusaha untuk serius dulu dan pending sweet-sweetan bareng Elda. :D

“Papa sama Mama pasti memilihkan yang terbaik buat kamu. Jadi, kamu jangan khawatir.” Pinta Rio.

“Mama seneng kamu nanya begini, sayang. Setidaknya, kamu sudah mulai mau menerima pernikahan ini.” timpal Elda, mengelus pucuk kepala Nayura dengan sayang.

Nayura menundukkan kepala, sebenarnya nggak mau nikah apalagi usianya masih muda begini. Tapi, melihat binaran harapan dari tatapan orang taunya membuat Nayura juga tak sampai hati untuk melukai mereka. Bagaimanapun, mereka orang yang amat Nayura sayangi. Plus, karena calon suaminya ganteng kata Rio membuat Nayura mau untuk menerima pernikahan ini. lumayanlah! :D

“Apapun yang membuat mama sama papa bahagia akan aku lakukan.” Kata Nayura saat ia mengangkat wajahnya. Menatap lekat wajah Rio dan Elda secara bergantian. Tiba-tiba mata Nayura mengembun, menatap sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.

“Aku sayang kalian.”

Nayura memeluk Elda dan Rio secara bersamaan, merasa sedih dan terharu. Saat mereka berpelukan, Nayura melihat secarik kertas jatuh dari saku Rio. Kertas itu tergeletak di lantai, dan Nayura bisa melihat tulisan tangan yang tidak familiar.

"Apa itu?" Nayura bertanya, merasa penasaran.

Rio langsung mengambil kertas tersebut dan menyimpannya kembali di sakunya.

"Tidak apa-apa, sayang. Jangan khawatir tentang itu." ucap Rio.

Tetapi, Nayura sudah bisa menebak beberapa kata yang tertulis di kertas itu. 'Pertemuan rahasia'? Apa yang dimaksud dengan itu?"

***

Terpopuler

Comments

Bulanbintang

Bulanbintang

Halo, Kak. Semangat terus nulisnya ya, ceritamu keren, penulisannya juga rapi. 😉😊

2025-05-31

0

Proposal

Proposal

🔥BINTANG 5 DEHH🌟💫,Mampir Karyaku Juga Ya🙂‍↔️🥰

2025-06-16

0

The first child

The first child

Ditunggu update nya kak.

2025-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!