Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bohong 2
Pagi yang cerah di penghujung bulan Syaban. Maryam mengemasi beberapa pakaian yang akan dibawanya pulang. Rencananya dia akan menginap selama dua malam di Garut. Semalam sudah sepakat dengan Ibra jika dia akan pergi lebih dulu ke Garut karena Ibra masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Besok siang baru suaminya itu akan menyusul.
"Beneran gak apa-apa kamu duluan? Nanti Abah dan Ambu kenapa-napa kamu pulang sendiri."
"Akang tidak usah khawatir nanti aku jelaskan kalau Akang masih harus menyelesaikan pekerjaan. Lagian semalam juga kan udah video call sama Abah, beliau mengerti."
"Tapi ..."
"Mereka sangat mengerti Kang, kan tahu sendiri menantunya pemimpin perusahaan yang terkenal, sudah pasti sibuk di waktu-waktu seperti ini."
"Kamu ini ..." Ibra memeluk Maryam yang sedang berdiri membelakanginya karena sedang memilih jilbab di lemari.
"Akang ..." Maryam memberontak.
"Nanti malam aku tidur sendirian dong." rajuk Ibra, untuk pertama kalinya dia mendapati tingkah suaminya seperti ini. Maryam jadi merinding sendiri.
"Tumben, dia kenapa?" batin Maryam.
"Dulu juga biasa sendiri kan ..."
"Sekarang beda, aku kan sudah terbiasa tidur memeluk kamu." Ibra semakin mengeratkan pelukannya, membuat Maryam akhirnya pasrah.
Ibra membimbing istrinya itu ke atas tempat tidur, pagi itu apa yang terjadi semalam kembali terulang. Ibra sampai beberapa kali melakukannya dengan alasan butuh bekal.
Rencana keberangkatan ke Garut jam sembilan berubah jadi setelah dzuhur karena ulah suaminya. Maryam terpaksa memesan ulang travel untuk kepulangannya ke Garut.
"Kang, ngebut ya, dua puluh menit lagi jadwal travelnya berangkat."
"Iya Sayang."
Deg
Untuk pertama kali Maryam mendengar suaminya memanggil sayang, sejenak gerakannya yang tengah memakai seat belt terhenti. Tidak sempat menanggapi apapun, Maryam buru-buru memakai seatbelt karena Ibra sudah melajukan mobilnya.
"Di sini saja Kang, itu travelnya Alhamdulillah masih ada."
"Baiklah, kamu hati-hati di jalan ya. Kabari aku kalau sudah sampai."
"Iya Kang, Assalamu'alaikum Maryam mencium punggung tangan suaminya saat pamit, Ibra pun membalasnya dengan mengecup kening Maryam.
"Wa'alaikumsalam."
Maryam setengah berlari menuju gerbang tempat mobil-mobil travel terparkir.
"Mau kemana Teh?" tanya salah satu sopir travel.
"Garut Pak, pemberangkatan jam 12.15" Maryam merogoh ponsel di baju gamisnya guna melihat jam saat ini.
"Sudah berangkat teh, tuh baru saja." sang sopir yang hendak masuk ke dalam mobil yang akan dikendarainya menunjuk dua mobil travel yang melaju meninggalkan pangkalan travel.
"Hah!!!" Maryam menghentikan langkahnya, tas berisi pakaian yang dijinjingnya pun dia simpan di jalanan.
"Eh Akang." Maryam teringat suaminya, siapa tahu masih ada di area yang sama dengannya.
"Ah Akang sudah pergi." keluh Maryam.
"Pak, jam berapa ada pemberangkatan lagi ke Garut?"
"Nanti jam tiga Teh." jawab sang sopir, Maryam pun berjalan menuju loket untuk membeli tiket perjalanan selanjutnya secara langsung.
"Duh masih dua jam setengah lagi" Maryam bermonolog sebelum dia membeli tiket.
Sejenak Maryam berpikir, iseng dia mengecek aplikasi KAI acces, berharap ada perjalanan ke Garut siang ini. Beruntung, masih tersisa tiket untuk pemberangkatan jam dua tepat nanti.
Maryam pun buru-buru memesan tiket kereta, dengan menggunakan gojek waktu tempuh menuju stasiun Bandung hanya dua puluh menit dari pull travel itu. Dia masih punya waktu yang cukup untuk ke sana.
Maryam pun memesan gojek melalui aplikasi di ponselnya. Tas ransel berukuran sedang dan tas jinjing berisi pakaian ganti hanya itu yang Maryam bawa, rencananya dia akan membeli oleh-oleh khas Bandung di stasiun saja karena sebelumnya belum sempat membeli apa-apa.
Tidak lupa Maryam mengabari Ibra bahwa dia batal menggunakan travel untuk pergi ke Garut karena ketinggalan dan menggantinya dengan kereta api. Namun pesan yang dikirimnya masih centang dua abu-abu.
Maryam memilih mengabaikannya saat ojek online pesanannya sudah datang, yang penting dia sudah berkabar.
Perjalanan menuju stasiun kereta ditempuh Maryam. Beberapa kali dia melihat ponselnya, barangkali ada balasan dari suaminya namun ternyata status pesan yang dikirimnya masih sama. Hingga tanpa sengaja ketika motor ojek online yang ditumpanginya berhenti di lampu merah, dia melihat mobil yang mirip dengan milik suaminya.
"Pak, bisa ke sebelah kiri sedikit gak?" pinta Maryam pada sang pengendara ojek online.
"Boleh Neng." jawabnya patuh. Tujuan Maryam meminta hal itu adalah agar bisa melihat plat nomor kendaraan mobil itu.
"Benar itu mobil Akang." gumamnya setelah yakin melihat dengan mata kepalanya sendiri jika plat nomor itu sama dengan milik suaminya.
"Tapi sepertinya Akang gak sendirian."
Dan di saat bersamaan lampu hijau pun menyala, motor yang ditumpangi oleh Maryam pun melaju lebih dulu. Karena penasaran Maryam terus menoleh ke samping untuk melihat siapa yang bersama suaminya.
Deg
Karena kaca mobil yang terbuka Maryam dengan jelas dapat melihat jika yang berada dalam mobil suaminya dan duduk tempat di samping sang suami adalah Tasya.
"Akang ..." lagi-lagi hati Maryam merasakan sakit, sakit yang tak berdarah. Untuk kesekian kalinya laki-laki yang berstatus suaminya itu menjungkir balikan perasaannya.
"Ternyata ini pekerjaan penting yang tidak bisa Akang tinggalkan, bersamanya." batinnya perih, tanpa terasa air matanya lolos begitu saja hingga membasahi masker yang dia gunakan.
Kali ini Maryam sangat kecewa, padahal kepergian mereka ke Garut adalah untuk bersilaturahmi dengan keluarga Maryam menjelang Ramadan, rencananya. Maryam sengaja pergi lebih dulu hari Kamis agar bisa sedikit lebih lama mengunjungi keluarganya dan Ibra akan menyusul Jumat siang setelah pekerjaannya di kantor selesai.
Hari Sabtunya rencana mereka berdua akan langsung pergi ke Jakarta untuk bersilaturahmi dengan keluarga Ibra. Maryam begitu antusias mempersiapkan semua rencana ini, namun saat melihat Ibra berada satu mobil dengan Tasya di hari kepergiannya ke Garut membuat Maryam tidak bisa menghentikan pikirannya dari prasangka yang lain-lain.
"Dua kali Akang, dua kali Akang berbohong." batin Maryam dengan air mata yang masih terus membasahi pipinya.
makin nyut2tan hati ini,gmn ibra perasaan mu stlh tau semua yg kau lakukan tak dpt d sembunyikan dr istri,krn perasaan istri itu sangat peka.....
maryam semangat😭💪