NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 15

Adimas segera keluar kamar ketika pesan singkat dari Rama mengabarkan kalau mereka sudah dekat rumah Adimas. Adimas menoleh sebentar ke arah pintu kamar Jasmine. Masih tertutup rapat. Tampaknya Jasmine masih berada di dalam mengingat kebiasaan Jasmine yang jarang menutup pintu saat keluar kamar.

Namun itu lebih baik. Ia sungguh malu bertemu Jasmine sekarang. Ini semua karna tingkahnya yang tadi sore dengan beraninya mengusap bibir Jasmine hanya karena dirinya merasa terganggu dengan sedikit sisa makanan Jasmine. Apalagi ketika matanya beradu tatap dengan mata Jasmine dari jarak dekat. Saat itulah, Adimas kembali dibuat salah tingkah.

Untungnya Adimas masih bisa mengontrol dirinya. Ia pun langsung pergi dari dapur dan mencari kesibukan lain di ruang tamu. Hingga saat suara Jasmine memanggilnya barulah Adimas kembali ke dapur. Degup jantungnya jangan ditanya lagi, dengan sialannya terus berdetak tidak beraturan. Anehnya itu semakin berdebar saat dirinya berada dekat dengan Jasmine.

Karena itulah akhirnya Adimas meminta Jasmine mengerjakan hal lain. Membiarkan Jasmine sendiri di dapur sama saja membiarkan dapur kebakaran. Bisa-bisa yang dimakan oleh teman-temannya adalah kumpulan daging gosong dan sayur keasinan.

Namun dalam urusan dunia perbakingan, Jasmine memang handal. Adimas akui itu. Dari Rama juga Adimas mengetahui bahwa kafe milik Jasmine memang selalu ramai. Apalagi tempatnya yang tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Kembali ke waktu sekarang, saat ini Adimas sudah berada di anak tangga paling bawah. Ia segera membuka pintu saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Adimas pun segera berjalan cepat menuju pintu.

Begitu pintu dibuka, Adimas langsung disapa oleh tiga temannya itu. Rama dan Danish hanya menyapa sekilas, sedangkan satu orang lagi langsung memeluknya dengan erat.

"Jadi gimana keadaan kamu, Kak? Seharusnya dari kemarin-kemarin kamu nggak usah larang kita buat jenguk kamu." ucap Rindu dalam posisi masih memeluk Adimas.

Adimas yang masih terkejut dengan pergerakan Rindu yang mendadak hanya bisa mengusap lembut rambut Rindu. "Sekarang sudah membaik. Tadi juga udah kerja." jawabnya lembut.

"Ekhem...." Suara batuk yang disengaja Rama itu membuat Rindu pun melepas pelukannya. Adimas hanya tersenyum pasrah, meskipun sebenarnya ia sangat menikmati pelukan sesaat tadi.

"Harap ingat tempat, guys....!" seru Rama dengan wajah tidak suka.

Adimas menatap Rama dengan tajam. Ia tidak mengerti mengapa Rama harus bersikap berlebihan seperti itu. Padahal ia dan Rindu juga sering saling memeluk seperti tadi. Tidak hanya saat ia menghabiskan waktu berdua dengan Rindu, melainkan juga saat mereka berdua sedang bersama Rama.

Apa mungkin Rama menyukai Rindu? Adimas menatap Rama dengan penuh selidik.

"Kita nggak disuruh masuk nih, Dim?" Danish bertanya santai membuat Adimas pun sadar.

"Eh ayo masuk!" ajak Adimas pada ketiga temannya itu.

Rama, Danish dan Rindu pun berjalan mengekori Adimas. Saat mereka sudah berada di ruang tamu, Adimas segera mempersilahkan mereka untuk duduk. "Kalian langsung duduk aja, ya. Gue mau ke belakang dulu." ucap Adimas

Namun saat Adimas baru saja akan ke dapur, Jasmine muncul. Pakaian rumahan yang tadi ia pakai kini berganti menjadi gamis polos tanpa tali pinggang berwarna abu-abu dan jilbab panjang berwarna beige. Wajahnya terlihat polos tanpa make up, namun anehnya wajah itu tampak berseri dan... cantik!Perempuan itu membawa beberapa minuman.

"Selamat malam semuanya, selamat datang, ya di rumah kami." Jasmine menyapa ketiga orang yang baru saja duduk itu.

Perempuan itu segera meletakkan minuman tersebut di atas meja. "Silahkan diminum ya," ucapnya dibalas anggukkan Rama dan yang lainnya.

Adimas pun mengurungkan niatnya untuk ke belakang. Ia memperhatikan cara Jasmine berinteraksi dengan ketiga temannya itu. Jasmine segera menangkupkan kedua tangannya di depan dada saat Rama dan Danish mengulurkan tangan untuk bersalaman. Sedangkan ketika dengan Rindu, Jasmine langsung menyambut tangan itu dengan wajah yang hangat dan sumringah.

Padahal ketika mereka resepsi, Adimas masih mengingat jelas bagaimana raut wajah Jasmine yang seperti membenci Rindu. Lalu sekarang perempuan itu bersikap begitu manis pada Rindu.

"Berubah banget sekarang ya, Jas. Jadi lebih...." Rama berpikir sejenak, hingga akhirnya melanjutkan perkataannya. "Lebih religius. Kayak bukan lo jaman SMA."

Jasmine hanya merespon itu dengan senyum, membuat matanya membentuk bulan sabit. "Kalau masih berpatokan sama masa itu, kayaknya kurang pas deh, Kak. Hidup kan harus terus berjalan. Alhamdulillah kalau perubahannya semakin membaik." ujarnya ramah.

Adimas mendengus kesal. Jasmine seperti sengaja menyindirnya.

"Iya sih. Cuma agak kaget juga. Lo muncul tiba-tiba dengan pakaian kayak gini. Anehnya bisa pas gitu ya. Jadi lebih adem." ujar Rama santai dibalas dengan senyum tenang Jasmine.

Tiba-tiba Danish menyenggol lengan Rama. "Ngedip, Ram. Itu suaminya ada di sampingnya. Bisa-bisanya lo ngeliatin istrinya sampai nggak berkedip." tegur Danish.

Mata Adimas kemudian menangkap Rama yang berbisik pelan pada Danish membuat Adimas penasaran. Namun tiba-tiba Jasmine sudah berada di dekatnya.

"Kamu temani mereka aja. Biar aku yang urus makanan di meja." kata Jasmine pelan, dibalas anggukan samar Adimas.

Jasmine lalu berbalik menghadap ketiga orang yang sudah duduk di sofa tersebut. "Silahkan duduk dan nikmati cemilannya, ya. Saya ke belakang sebentar." pamit Jasmine kemudian segera pergi meninggalkan ruang tamu.

Setelah Jasmine pergi, Adimas pun segera duduk di sofa. Menemani ketiga temannya yang baru pertama kali ke rumahnya tersebut.

"Gue baru kali ini lihat istri lo dari dekat. Cantik ya ternyata." puji Danish kesekalian kalinya hingga membuat Adimas jengkel.

Bukan karena cemburu, catat! Ia sama sekali tidak cemburu dengan pernyataan Danish. Ia jengkel karena baik Rama maupun Danish ternyata sama saja. Terlalu berlebihan ketika melihat Jasmine. Mereka memang para lelaki yang terlalu memuja kecantikan seorang perempuan.

Rama terkekeh. "Dia dari jaman sekolah juga emang udah cantik, Dan. Tapi yang sekarang tuh beda aja. Kalo sekarang cantiknya tuh lebih... menenangkan."

Adimas tersenyum tipis mendengarkan perkataan Rama. Bukan karena mengiyakan perihal soal Jasmine, melainkan karena cara Rama mengatakan itu. Rama itu lekat dengan image playboynya. Berbeda dengan Danish yang memang karakternya kalem.

Meski begitu Danish juga mengangguk seolah mengiyakan perkataan Rama. Anehnya Adimas tidak memperdulikan itu. Ia justru menoleh pada sosok perempuan berwajah kalem yang duduk di depannya, berdampingan dengan Danish.

Rindu balas tersenyum pada Adimas. Sedari tadi ia hanya diam menyimak pujian yang Rama dan Danish utarakan untuk Jasmine.

"Kamu seharusnya jangan memaksakan diri untuk ke sini kalau sibuk, Rin. Lagipula aku juga sudah lebih sehat." ucap Adimas lembut.

"Kabar kamu sakit aja aku dapatnya dari Rama, Kak. Masa iya giliran jenguk kamu ke sini aku nggak ikut. Lagipula aku juga mau berteman baik dengan Jasmine."

Adimas tersenyum kaku. Ia tahu bagaimana masa lalu Rindu dan Jasmine. Keduanya sering bersaing dalam beberapa hal. Namun ibarat sebuah cerita maka Rindu si tokoh protagonis dan Jasmine sebagai tokoh antagonis. Itulah yang membuat Adimas sulit bersikap baik pada Jasmine.

Namun Rindu ternyata begitu berbesar hati menerima Jasmine.

"Kamu tidak perlu melakukan itu, Rin. Aku tahu bukan hal yang mudah memaafkan Jasmine."

"Tunggu-tunggu, ini maksudnya gimana, ya? Kok jadi maaf memaafkan begini." Danish menatap Adimas dan Rindu bergantian dengan bingung. Lalu matanya menoleh kepada Rama yang hanya mengangkat bahu seolah tidak mau menjelaskan apapun.

"Nggak ada apa-apa kok, Mas Danish. Itu semua masa lalu." jawab Rindu kalem.

"Nggak begitu, Rindu. Kamu itu sudah cukup menderita karena ulah-"

"Ekhem!" Rama sengaja berpura-pura batuk. Lalu menatap Adimas dengan jengah. "Udahlah, Dim. Rindu aja udah biasa aja. Kok lo yang jadi baperan banget gitu. Lagipula lo sendiri tahu bahwa kejadian sebenarnya gak seperti yang lo duga. Ingat, Jasmine itu istri lo sekarang." ujar Rama dengan tatapan menusuk menatap Adimas.

"Lo suka sama Jasmine, Ram?" tanya Adimas dingin.

Rama tersenyum kecil. Lalu menatap Danish dengan senyum miring. "Lo suka Jasmine nggak, Dan?" tanya Rama kepada Danish, membuat Danish menatap Rama lalu Adimas dengan bingung.

"Kenapa jadi nanya gue sih, Ram? Pertanyaan lo aneh gitu. Nggak sopan nanya gitu. Itu Adimas suaminya. Bisa-bisa lo nanya begituan." protes Danish kalem.

Rama menyeringai. "Si Adimas aja dengan santainya bertanya itu sama gue. Kenapa lo nggak jawab aja? Toh dia aja nggak bisa menghargai istrinya."

Nada bicara Rama mulai tidak enak di dengar. Adimas sendiri tahu bahwa lelaki di hadapannya itu sedang marah. Namun Adimas masih tidak mengerti mengapa Rama membela Jasmine dengan berlebihan seperti itu.

"Lo beneran suka sama Jasmine ya? Ah, gue lupa kalau semasa sekolah lo masuk daftar list pemuja Jasmine. Bisa-bisa lo malah suka sama perempuan pembuat masalah itu."

Rama semakin menatap Adimas tidak suka. Ketegangan keduanya yang awalnya tidak terlalu terasa menjadi begitu terasa hingga suara Rindu menyela dalam ketegangan itu.

"Ah, aku izin ke belakang ya. Bantuin Jasmine dulu." Rindu tiba-tiba berdiri. Mungkin ingin mereda ketegangan di antara dua lelaki itu.

Adimas mengangguk. Setelah itu Rindu segera pergi. Perginya Rindu membuat Rama diam. Adimas sendiri memilih untuk diam. Baru saja mereka saling diam, tiba-tiba terdengar suara jeritan perempuan. Dari suaranya, Adimas bisa mengenali bahwa itu bukan Jasmine.

Saat itulah Adimas sadar bahwa itu adalah suara teriakan Rindu.

"Rindu!" Adimas langsung berdiri dan tanpa menunggu Danish dan Rama yang juga kebingungan, ia langsung berjalan cepat menuju dapur kemudian disusul Rama dan Danish.

Saat Adimas sampai di dapur, masih dengan dada yang bergemuruh, ia melihat Rindu terduduk di lantai. Tidak jauh dari Rindu terduduk, Jasmine menatap gadis itu dengan kesal.

"Rin!" Adimas langsung berlari mendekati Rindu. Saat itulah, ia melihat sebuah pisau kecil pemotong buah tergeletak tidak jauh dari Rindu dan Jasmine berada.

Timbullah kecurigaan Adimas tentang Jasmine yang membuat Rindu terluka.

"Kamu nggak apa-apa kan? Ayo aku bantu kamu berdiri?" Adimas berkata dengan lembut pada Rindu.

Perempuan itu diam lalu mengangguk. Namun ia menuruti Adimas untuk segera berdiri. "Aw!" jeritan Rindu membuat Adimas menjadi cemas.

"Kamu apa kan dia, hah?!" tanya Adimas dengan suara meninggi pada Jasmine.

Perempuan berstatus sebagai istrinya itu diam. Meski sorot matanya begitu terluka saat Adimas terdengar menudingnya, namun Jasmine tetap diam. Bahkan saat berlalu dari dapur pun, ia masih diam.

"Jasmine saya belum-"

"Jas tangan kamu berdarah!"

Seruan cemas Rama membuat Adimas sadar bahwa ada beberapa tetes darah yang berasal dari Jasmine. Namun perempuan itu sudah pergi meninggalkan Adimas dan lainnya.

1
Lia Yulia
kasian jasmin
Jeng Ining
hemmm sudh kudugem, klo Rindu ke dapur krn panas dimas dn rama ngomongin Jasmine, kmudian mw cari masalah dn playing victim 🙄
Edelweis Namira: Tapi realitanya emg suka gitu, yg terbiasa buat masalah akan selalu dianggap tukang buat masalah sekalipun ia gak salah
total 1 replies
Jeng Ining
cahbodo kamu Dim, kalo emng kalem bakalan tau diri, ga bakal peluk² laki org apalagi di rumh si laki yg pasti jg ada bininya😮‍💨😏
Edelweis Namira: Adimas emg bodoh emang
total 1 replies
Jeng Ining
haiyyyaaahhh.. gimana nasibnya ituh bawang, gosong kek ayam tadi kah🤭👋
Jeng Ining: 🤟😂😂/Facepalm/
Edelweis Namira: suka speechless emang kalo suami modelan Adimas
total 2 replies
Lembayung Senja
knp ndak up date..crita satunya juga ndak dlanjut
Fauziah Rahma
padahal tidak
Fauziah Rahma
penasaran? kenapa bisa sebenci itu
Edelweis Namira: Pernah dispill kok di awal2.
total 1 replies
Alfatihah
nyesek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!