[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
NOVEL INI ADALAH VERSI REMAKE DARI NOVEL KEMBALINYA SANG PENGUASA.
Chu Yuan, seorang CEO sukses dari dunia modern, tiba-tiba dibawa oleh sebuah sistem misterius ke dalam dunia kultivator. Ia menemukan dirinya berada di dalam tubuh seorang pemuda yang lemah dan tidak memiliki kultivasi.
Dengan bantuan dari sistem yang berada di tubuhnya, Chu Yuan mulai mempelajari kultivasi dan meningkatkan kekuatannya.
Namun, Chu Yuan masih belum mengetahui bahwa sistem yang berada di tubuhnya memiliki hubungan yang sangat erat dengan sejarah keluarganya. Ia hanya tahu bahwa sistem itu membantunya menjadi lebih kuat dan berkuasa.
Seiring waktu, Chu Yuan menjadi semakin kuat dan mulai mengungkap rahasia tentang sistem yang berada di tubuhnya. Namun, Chu Yuan juga harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh yang ingin menghancurkannya. Ia harus menggunakan kekuatannya dan bantuan dari sistem untuk melindungi dirinya dan orang-orang yang ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB - 15: Jejak Darah Yang Tersisa.
BAB - 15: Jejak Darah Yang Tersisa.
Keheningan menyelimuti ruangan saat Chu Feng menatap anaknya dengan ekspresi muram. Kata-kata Chu Yuan tadi menggantung di udara, tajam dan penuh beban.
"Pengkhianat?" gumam Chu Feng, matanya menyipit. "Apa maksudmu Yuan'er?"
Chu Yuan maju setengah langkah. Terlihat tatapan matanya tidak ada tanda akan goyah. "Ibu… Aku yakin ibu tidak tewas karena dibunuh oleh beast spirit. Melainkan itu hanya lah dalih. Ada yang membunuh ibu, dan mereka menyembunyikannya di balik cerita klise sampah itu!"
Chu Feng berdiri dari duduknya, aura kuat Patriark perlahan meresap keluar dari tubuhnya. "Yuan’er… cukup. Jangan mempermainkan nama ibumu seperti ini"
"Aku tidak mempermainkan" jawab Chu Yuan tegas. "Aku bicara berdasarkan petunjuk nyata ayah"
Ia mengeluarkan kain kecil dari saku bajunya, potongan jubah hitam dengan simbol cabang utara. "Bibi Qiu Lan melihat ini malam sebelum Ibu menghilang. Itu milik seseorang dari Cabang Utara!"
Tatapan Chu Feng melebar. Jari-jarinya gemetar sesaat sebelum ia mengambil potongan kain itu. Dalam diam, ia mengenali simbol itu, itu adalah milik Tetua Liang, salah satu dari lima tetua cabang.
Chu Feng terduduk kembali, seolah seluruh dunia menghantam pundaknya.
"Ayah… aku tahu kau masih menyayangi Ibu. Tapi jika kau terus menyangkal, maka mereka akan terus bersembunyi di balik bayang-bayang. Mereka pikir kita bodoh"
Suasana sunyi kembali menguasai ruangan. Hanya napas berat Chu Feng yang terdengar.
"Malam terakhir sebelum ia pergi" ujar Chu Feng perlahan, "wajahnya memang gelisah. Ia ingin bicara, tapi aku terlalu sibuk hingga tidak menghiraukannya"
(Flashback On)
Dalam kamar utama yang diterangi lentera batu roh, Lin Hua duduk di pinggir ranjang sambil memandangi langit dari jendela.
"Feng gege.. jika suatu saat aku tak kembali, jagalah Yuan’er" ucapnya lirih.
"Apa maksudmu bicara seperti itu?" tanya Chu Feng heran.
Namun Lin Hua hanya tersenyum pahit, mencium kening suaminya, lalu berkata, "Ada sesuatu yang harus kuselesaikan. Aku hanya butuh sedikit waktu"
Ia pergi tanpa meninggalkan pesan. Dan esoknya, tubuhnya ditemukan hancur, diklaim akibat serangan beast spirit. Ketika mendengar berita itu seketika tubuh Chu Feng membeku, perasaan sedih kesal bercampur aduk di dalam pikirannya.
(Flashback End)
"Aku sungguh menyesal tidak memaksanya waktu itu untuk bicara" bisik Chu Feng. "Mungkin kau benar, Yuan’er" lanjutannya.
Chu Yuan mengangguk perlahan. "Masih ada satu tempat yang belum kuselidiki. Gudang tua tempat Ibu menyimpan barang-barang pribadinya. Aku akan ke sana malam ini" ucap Chu Yuan kemudian pamit kepada Chu Feng dan kembali ke kediamannya.
**
Malam harinya.
Langit malam menyelimuti langit Klan Chu. Di antara bayang-bayang bangunan lama yang tak terurus, Chu Yuan berdiri di depan sebuah gudang kayu. Di tangannya, lentera roh kecil menyala redup.
Ia mendorong pintu yang berderit pelan, lalu masuk ke dalam. Bau kayu tua dan debu menusuk hidung. Di sudut ruangan, peti-peti tua berjejer rapi.
Satu per satu ia buka, hingga akhirnya ia menemukan satu kotak kayu dengan ukiran bunga seruni bunga kesukaan ibunya.
Dengan hati-hati, ia membuka tutupnya.
Di dalamnya, terlipat rapi, terdapat jubah hitam yang sobek di bagian bahu. Simbol cabang utara terlihat jelas di pojoknya, sama seperti yang disebutkan Qiu Lan.
Namun yang membuat jantung Chu Yuan berdegup kencang adalah noda darah kering di bagian dalam jubah.
[Ding! Misi Baru Tersedia: "Bongkar kejahatan terselubung kuak misteri tentang kematian ibu tuan"]
[Hadiah: 1000 Exp, 500 Poin Sistem]
[Apakah Anda menerima misi ini?]
[Ya / Tidak]
"Ya!" Jawabnya tanpa ragu.
[Ding! Misi diterima. Waktu tidak terbatas. Misi gagal jika tuan meninggal dunia sebelum mengungkap kebenaran.]
Chu Yuan mengepalkan tangan. "Kebenaran ini akan kubawa ke cahaya, Ibu!"
**
Sementara itu, di kediaman salah satu tetua cabang, percakapan serius terjadi.
"Dia sudah mulai bergerak" ujar seorang pria tua dengan janggut kelabu Tetua Han.
"Anak itu harus dihentikan sebelum membuka luka lama" balas Tetua Liang. "Kita tidak bisa membiarkan dia mengacaukan semua ini menjelang kompetisi!"
"Kirimkan mata-mata. Pantau semua pergerakannya. Jika perlu.. kirim si dark shadow!"
**
Keesokan paginya, Chu Yuan duduk santai di taman belakang. Di hadapannya, Xia Mei sedang memetik bunga sambil bersenandung pelan.
"Kau kelihatan lelah" kata Xia Mei sambil menyerahkan bunga pada Chu Yuan.
"Aku tidak bisa tidur" jawabnya jujur.
Xia Mei duduk di sebelahnya. "Aku dengar para pelayan tua bicara semalam. Soal.. ibu"
Chu Yuan menoleh. "Apa yang mereka katakan?"
"Mereka bilang, sejak hari itu, tak ada yang boleh menyebut nama Lin Hua lagi di aula pusat. Semua yang bertanya akan dihukum diam-diam"
Chu Yuan mengepalkan jemarinya.
"Kau tahu… aku pernah melihat Ibu menangis sendirian di taman ini" bisik Xia Mei. "Aku masih kecil waktu itu, tapi aku ingat jelas. Sejak saat itu, aku selalu ingin bisa membuat seseorang seperti dia tertawa kembali"
Ia menatap Chu Yuan, pipinya memerah. "Dan sekarang.. mungkin orang itu adalah kau"
Chu Yuan menatap Xia Mei. Senyum tipis terbit di wajahnya, mengurangi beban yang menggerogoti hatinya.
"Terima kasih, Mei’er"
Xia Mei ikut tersenyum, namun raut wajahnya menyimpan kecemasan. "Kau akan baik-baik saja, kan? Aku tidak ingin kehilanganmu juga"
Chu Yuan terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah langit yang mulai berubah warna.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Tapi aku berjanji, selama aku masih bisa berdiri, aku akan terus maju. Untuk Ibu.. dan untuk kalian yang percaya padaku!"
Xia Mei menggenggam ujung lengan bajunya sendiri. "Kalau begitu... Berjanjilah juga untuk kembali. Apa pun yang kau hadapi jangan tinggalkan aku sendirian di sini"
Chu Yuan melirik ke arahnya. Ada secercah kehangatan dalam tatapannya.
"Aku janji!"
**
Malam kembali turun.
Dalam kesunyian malam yang dibalut angin dingin, seorang pemuda berjalan perlahan melewati rerimbunan hutan kecil di belakang wilayah klan. Lentera roh di tangannya memancarkan cahaya temaram, menyoroti tanah berbatu dan ilalang yang melambai pelan.
Langkahnya tegap namun penuh beban. Di balik mata tenangnya, ada pusaran emosi yang tak bisa ia tumpahkan.
Dia adalah Chu Yuan. Dan malam ini, ada satu tempat yang harus ia datangi.. sendirian.
Di depan sebuah makam sederhana di bukit belakang klan, Chu Yuan akhirnya berhenti. Nafasnya berat, bukan karena lelah, tapi karena ingatan yang menyeruak tiap kali ia menatap batu nisan bertuliskan 'Lin Hua – Cahaya Abadi dalam Kegelapan'.
Chu Yuan berdiri dengan mata tajam dan sorot penuh tekad. Cahaya lentera roh menyinari batu itu dengan lembut, seolah memandikannya dalam kenangan.
"Ibu…" suaranya serak. "Aku sudah mulai menemukan jejakmu"
Ia menghunus pedangnya dan menancapkannya di tanah di depan makam.
"Demi darah dan air mata yang kau curahkan aku bersumpah, semua yang terlibat akan membayar satu per satu! Darah dibayar dengan darah!"
Angin malam bertiup lembut, seolah menjawab sumpahnya.
"Jika aku harus membakar seluruh klan ini.. maka biarlah api itu menyala dengan namaku!" ucap Chu Yuan pelan, namun ucapannya ini seperti petir di siang bolong.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
mungkin novel ini tentang Isekai tapi versi China. Asli penulis novel sangat2 pintar menulis cerita
coba penulis Novel alasannya knp ?