Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan menantu Idaman
“Aku dengar dari warga sekitar, panjenengan akan melanjutkan kuliah di Malaysia, opo bener?’' tanya Dea pura-pura tidak tahu.
“iya, sampeyan pancen bener dek. Mangkene gunane, apa kahananmu, bakal dakgoleki nganti tekan pojoking bumi, kakangmu mesthi bakal nuruti.’’ jawab Suroto dengan lebai nya.
Dea langsung mengembangkan lobang hidung nya, bola matanya melihat keatas merasa mual mendengar ucapan Suroto yang alay sekali menurutnya. Sebisa mungkin Dea menahan diri untuk tidak memaki di hadapan Romo nya. Jika tidak ada, maka sudah babak belur ini pria.
“Aku ingin ke kota untuk kerja, ini adalah cita-cita ku dari dulu ingin ke Jakarta. Daaaaan, aku akan pulang setelah kau juga pulang dari Malaysia. Gimana?.’’ Ucap Dea.
“Romo tidak setuju!’’ Romo beranjak dari duduk nya, menatap sengit sang anak, tapi Dea acuh.
“Yo orak iso begitu lah Romo. Kan Suroto juga sudah mau menerima syarat dari ku. Tapi kalo kalian nggak mau nerima syarat ini juga nggak apa-apa, aku juga tidak akan menerima lamaran dari Suroto.’’ ucap Dea santai.
Dalam hati sangat berharap Romo dan keluarga juragan Sunoto akan menyetujui persyaratan dari nya. Karena ini lah kesempatan dirinya untuk keluar dari tradisi yang menurut nya gila ini. Soal nanti jika Romo mengamuk dan juragan mengerahkan anak buah untuk mencarinya, nanti akan menjadi urusan belakangan. Yang penting bisa keluar dulu dari kampung ini.
“Baiklah, kakang akan memenuhi syarat dek ayu. Asalkan dek ayu tetap setia dan menepati janji. Ingat! Jangan macam-macam di kota, karena orang-orang Romo kakang akan senantiasa mengawasi.’’ balas Suroto lembut tapi bernada ancaman.
“Terima kasih kakang Suroto Atmojo yang tampan’’ puji Dea. Padahal dalam hati berkata ihh Najis.
Suroto yang di puji berasa melayang, tak tau jika pujaan hati sudah sangat jijik sekali. Suroto sudah lama mengincar kembang desa satu ini. Siapa yang tidak kecantol dengan Dea. Selain cantik alami, Dia adalah wanita yang berfikiran modern, mandiri dan cerdas.
Di desanya bukan tidak ada gadis seumuran Dea, banyak malahan. Tapi entah mengapa para pemuda lebih tertarik pada Dirinya. Padahal Dea tampil biasa saja. Perbedaan terletak pada Dea, saat di goda langsung senggol bacok. Tidak seperti gadis lain yang terlihat jelas mencari perhatiannya. Jadilah Dea banyak di musuhi oleh teman sekampung nya. Tapi Dea tidak peduli, selagi Dia tidak mengganggu orang lain, maka di acuhkan saja orang yang tak suka padanya. Yang baik dan masih berteman ya sepupu nya Liza.
.
Setelah persyaratan di setujui dan lamaran pun diterima, kini kedua keluarga itu sedang menyantap kue yang di buat oleh Bu Ratmi.
“Kue sampeyan memang orak pernah gagal mbak yu. Rasa ne memang selalu uwenak tenan. Ini nanti kalo pesta ngunduh mantu di rumah ku, aku pesan pada sempeyan saja. Tenang, aku akan tetap bayar to’’ Ujar Ndoro Ajeng yang ujung-ujungnya menghina.
“Iya. Insyaallah tak buatin.’’ Balas Bu Ratmi. Bu Ratmi sebenarnya agak tersinggung juga dengan ucapan wanita ini, tapi karena termakan Budi, membuat nya jadi takut mau melawan.
Dea yang beralasan pusing langsung masuk kamar nya. Setiba di dalam, Dea bersorak dalam hati. Menari kesana ke mari saking bahagianya. Dea sudah tak sabar untuk berangkat ke Ibu kota. Dia berencana akan mencari kerja, jika memang Rezki nya lebih, Dia akan melanjutkan kuliah yang sempat tertunda beberapa tahun.
“akhirnya’’
Sebenarnya Dea sudah lama mau merantau ke Ibukota, tapi karena memikirkan Ibunya berjualan kue dan siapa yang akan menjual kue nya, jadilah Dea mengurungkan niat tersebut. Dari pada sang Ibu yang berkeliling jualan, mana tega gadis ini. Kini seperti kena angin segar, kesempatan itu datang melalui perjodohan gila ini. Dea menjadi dapat ide yang bagus untuk pergi tanpa harus melarikan diri.
Dea yang juga lelah karena belum sempat istirahat setelah jualan tadi siang akhirnya tertidur di dipan beralaskan kasur sederhana miliknya.
Dalam tidurnya, Dea bermimpi seorang Pria berdiri di lapangan sekolah SMA tempat Dea sekolah dulu. Pria itu menggunakan Blangkon, atas beskap khas Jawa solo dan kain batik, tak ketinggalan hiasan keris nya. Persis busana pengantin Khas solo.
Pria itu mengulurkan tangan padanya, tapi Dea acuh karena tidak jelas siapa Pria ini karena di tutupi kabut.
.
🩵🩵🩵🩵
.
“Le, opo Kowe yakin ingin menikah gadis koyo ngono? Cangkeme nalika ngomong banget ora sopan lan mung nggawe swara acak. Dia juga tidak ada tata Krama nya. Wong jadi perempuan itu yo anggun dan alus. Iki opo?!’’ ucap Ndoro Ajeng.
Mereka baru saja tiba dirumah setelah pulang dari Rumah Romo nya Dea.
“Tenan, Buk. Wong wedok jaman saiki Buk, dadi lumrahe yen ngono. Sing penting ora sombong, kita wis sarujuk’’. Jawab Suroto Dengan sangat yakin.
Dia yang berfikiran juga modern pastilah mewajarkan sikap Dea. Selagi masih wajar. Karena anak sekarang tidak bisa juga di samakan orang jaman dulu. Tidak ada salahnya mengikuti zaman, selagi tidak melanggar norma dan membawa kita lebih maju.
“Sampeyan koyo ngono, kabeh normal. Bocah-bocah wadon Jawa iku alus budine, ora kaya Dea itu. Sampeyan buta amarga katresnan!’’ balas Ndoro yang terlanjur kesal.
Ndoro Ajeng menganggap anaknya ini sudah buta karena cinta. Sehingga mudah saja menyetujui persyaratan Dea. Dari awal sebenarnya wanita paruh baya ini memang tidak menyetujui perjodohan Anaknya dan Dea. Karena Dea bukanlah tipe menantu idamannya. Melihat sikap dan ucapan Dea yang tidak bisa di rem dan di filter itu membuatnya jadi tidak suka.
Calon mantu yang di inginkan adalah yang anggun dan lemah lembut, serta patuh pada keputusan yang telah orang tua tetapkan, bukannya menentang. Ini Dea bukan hanya menolak dari awal, malah memberi persyaratan pula agar di terima lamaran dari mereka. Mana persyaratan nya merantau ke kota, makin mendidih saja emosi wanita ini, untung saja tidak memiliki riwayat darah tinggi karena selalu minum jamu.
Karena rasa kesal, Ndoro Ajeng langsung beranjak masuk kamar meninggalkan sang putra yang kini sedang senyum sendiri mengingat wajah Dea yang cantik memakai kebaya hitam. Sungguh membuat jiwa nya bergejolak. Jika bukan karena ingin kerja perkantoran, sudah pasti akan langsung dinikahi dan main kuda-kudaan. Melihat lekuk tubuh Dea, kejantanannya seperti di tantang. Tapi karena mengejar gelar S2 nya, Suroto memutuskan akan menikah setelah pulang dari negeri Jiran saja.
.
.
“Awas pak!!!!’’ pekik wanita di dalam mobil, sambil memengan erat seatseat belt nya.
Ckiiiiiiiiiitttt...