Hidupku begitu hancur saat malam yang tak diiginkan menimpaku. Sayangku pada keluarga baru, telah menghancurkan cinta pada pria yang telah merenggut semangat hidupku.
Hidup yang selama ini terjaga telah hancur dalam sekejap mata, hanya keserakahan pria yang kucintai. Namun pada kenyataanya dia tak memilihku, akibat cintanya sudah terkunci untuk orang lain.
Apakah hidupku akan hancur akibat malam yang tak diiginkan itu? Atau akan bahagia saat kenyataan telah terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu pujaan hati
# FLASHBACK ON BAGIAN 12#
Aku benci banget sama adek Adrian yang namanya Karin. Dia selalu saja membuat ulah, yang seakan-akan telah mencoba menghalang-halangi diriku untuk mendapatkan Adrian.
Wajah Adrian yang tampan dan selalu cool, membuatku untuk terus terlena dalam buaian jatuh cinta padanya. Tapi sayangnya cintaku seakan-akan semakin jauh ingin kuraih, setelah kehadiran sang Karin yang tak tahu asal usulnya itu. Kecurigaanku begitu kuat kalau Karin itu bukan 'lah saudara dari keluarga Adrian asli, sebab mana ada kalau saudara harus memanggil mama papa, tapi cerita itu bisa kukesampingkan dulu, karena tujuan utama untuk mendapatkan kasih sayang Adrian belum dapat terpenuhi.
"Hei Adrian?" sapaku saat dia sibuk bercengkrama dengan teman-temannya diluar jam kuliah.
"Heeem!" jawabnya singkat.
Rasanya hati begitu kesal sekali, saat tiap kusapa selalu saja Adrian acuh tak acuh begitu. Tapi bukan namanya Yona kalau tak sekuat tenaga dapat menumbangkan keangkuhan Adrian yang kelihatan tak menerimaku. Berbagai cara pasti dapat aku lakukan, asalkan si pujaan hati Adrian dapat kumiliki selamanya.
"Adrian, boleh minta tolong ngak?" ujarku berusaha memepetnya lagi.
"Apa'an?" tanyanya merespon sambil manatapku tajam.
"Boleh bantuin ngerjain tugas-tugas kuliah yang belum aku selesaikan, ngak?" terangku manja.
"Apa ngak ada teman lain yang bisa membantu kamu? Maaf ya, sebab aku habis ini juga ada kerjaan yang penting," alasannya yang berusaha menolak.
"Ayolah, Adrian! Hanya kamulah yang bisa aku mintai tolong sekarang. Apa kamu ngak lihat! Teman-teman yang lain pada sibuk sama urusan masing-masing dan hanya kamulah yang kelihatannya tak ada kerjaan sekarang," cakapku berusaha merayunya agar mau membantu.
"Heeeh, baiklah. Tapi kalau sudah selesai membantu mengerjakan, aku akan pergi sebab ada kerjaan yang penting yang harus kukerjakan," tuturnya memberitahu.
"Ok 'lah, siip!" jawabku setuju.
"Bagus Adrian, ternyata kamu mudah sekali masuk dalam perangkapku untuk segera mendapatkanmu. Maaf jika aku melakukan semua ini dengan cara kotor, habisnya kamu juga sih selalu saja menolak dan tak mau dekat-dekat denganku," guman hati berbicara saat menatap wajah Adrian yang tampan sedang menerangkan pelajaran.
Entah mengapa aku begitu terlena untuk terus mendapatkannya, yang padahal banyak sekali cowok-cowok tampan yang antri ingin menjadi pacarku. Pelabuhan hati begitu tertancap pada satu orang saja yaitu Adrian. Singkat cerita tatkala waktu itu dia telah menolongku mengantar pulang memakai motornya, yaitu saat mobilku sedang mogok ditengah jalan. Dari situlah sejak pertama kali bertemu rasa suka tentang cinta padanya mulai muncul, tapi sayangnya dari sejak kelas satu SMA sampai 2 tahun dijenjang perkuliahanpun hati Adrian masih saja beku tak mau mencair untuk menjadi kekasihku.
Di tempat kuliahpun Adrian tetap menjadi idola para cewek-cewek untuk mendapatkan hatinya, namun semuanya dapat kusingkirkan secara mudah yaitu dengan cara mengancam, memusuhi, bahkan memberi pelajaran pada mereka. Bagiku penghalang harus tersingkirkan agar bisa memiliki Adrian selamanya.
"Hei bro, main sibuk belajar terus saja kalian," sapa Bayu teman kami yang mengagetkan dengan cara menepuk bahu Adrian.
"Apaan sih! Bikin kaget saja kamu ini," keluh Adrian tak suka.
"Hadeeh, biasa saja kali marahnya. Iya ngak Yona?" ujar Bayu padaku.
"Ho'oh," jawabku setuju.
"Gimana orang ngak marah. Apa kamu ngak lihat? Aku tengah berpikir keras membantu Yona mengerjakan soal-soalnya," terang Adrian.
"Iya ... iya, aku minta maaf sebab ngagetin dan mengacaukan usaha pemikiran kamu," Penyesalan Bayu.
"Hemm."
"Oh ya, Adrian. Ngomong-ngomong bukankah dua hari lagi kamu akan ulang tahun, ya?" tanya Bayu.
"Kalau iya, kenapa?" balik tanya Adrian.
"Raya'in yuk. 'Kan sudah lama kamu ngak ngadain pesta ulang tahun yang meriah," usul Bayu.
"Entahlah, kita coba lihat nanti."
"Hayo 'lah Adrian. Kami itu rindu acara pesta-pesta kayak gituan, jadi rayakan ya ... ya! Benar ngak Yona?" pinta bayu merengek sambil bertanya padaku.
"Benar itu, Adrian. Kami ingin memeriahkan acara yang berharga untuk kamu itu," ucapku yang kini ikut-ikutan merayu Adrian.
"Hadeeh ... kalian ini! Terserah kalian deh."
"Hore, yes ... yes! Akhirnya kamu setuju juga," Kegembiraan Bayu berkata.
"Tapi mau ngadain dimana ya?" imbuh Bayu berucap dengan ekspresi sedang berpikir.
"Gimana kalau dirumah Adrian saja," usulku tiba-tiba.
"Aaah, apa-apaan kalian ini. Enggak ... enggak, orangtuaku lagi ngak dirumah. Bisa-bisa kena gorok leherku, jika nanti rumah berantakan," tolak jawab Adrian.
"Hadeh, ayolah Adrian. Justru orangtua kamu ngak ada kita bisa bebas melakukan itu semua. Kami nanti janji tak akan membuat rumah kamu berantakan, kalaupun berantakan nanti kami yang akan membantu kamu membersihkannya, gimana?" tanyaku sambil memberikan usul.
"Heeh, terserah kalian saja. Asalkan janji mau bantu bersih-bersih nanti," cakap Adrian setuju.
"Benarkah boleh? Hahaha, yes ... yes!" Kegirangan Bayu melompat-lompat yang langsung memeluk tubuh Adrian.
"Haaaiiist, nih anak. Ngak bisa apa sopan sedikit, main peluk orang saja," keluh suara nyolot Adrian marah.
"He ... he ... he, maaf ... maaf. Habisnya ini rasa gembiraku sebab sayang padamu," ujar Bayu mengusap tekuknya yang tak gatal.
"Gembira sih gembira, tapi jangan asal meluk kayak gitu. Lagian ogah banget sama cowok kayak kamu, hiiii!" cakap Adrian menjelaskan seperti jijik.
"Ciiieh, dasar teman luknut. Aku tuh setia, sayang, dan pastinya baik sama kamu, tapi kok kamu kayak gitu sih sama aku, bikin kesel saja. Benar-benar teman yang ngak punya perasaan, mau enak saja!" keluh Bayu marah.
"Iidiiiih, ngambek sana. Biar tak bisa berteman sama aku. Maksudnya bukan gitu Bayu, aku tuh tidak suka dipeluk sama cowok, maunya sih seperti cewek gitu," jelas Adrian biar tak ada kesalahpahaman.
"Halaah, dasar ada maunya saja. Iya ... iya, yang tadi aku maaf saja, ok!" Ulang cakap Bayu.
"Sudah ... sudah, kalian ngak usah bahas masalah pelukan lagi. Jangan sampai pertemanan kalian ambyar cuma gara-gara masalah sepele," ujarku berusaha menengahi.
Mereka berdua seketika terdiam, walau sorot mata masih menampakkan saling tak suka. Adrian kini tetap diposisinya membantuku mengerjakan tugas-tugas itu, sedangkan Bayu hanya bisa memperhatikan tingkah kami yang sibuk tukar pendapat mengerjakan soal.
"Yees, pasti ini adalah awal dariku yang ingin mendapatkan kamu, Adrian. Kupastikan kali ini kamu tak akan bisa lepas dariku lagi. Nanti akan kubuat kamu takluk dan berlutut tunduk mencintaiku selamanya, pasti itu!" gumanku dalam hati ingin merencanakan sesuatu yang spesial pada Adrian.