George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 IGTG
Apa ini? Apakah George dan Felix kesambet setan, keduanya saling melayangkan tatapan sinis. Arsen melirik istrinya yang juga merasakan keanehan dari kedua putranya.
“Sakit?" Nafla menekan kapas dengan sedikit kuat di area pelipis Felix. Membuat pria itu langsung meringis.
Felix menggelengkan kepalanya. “Tidak, bahkan jika kau menumpahkan dua gunung sekaligus aku... "
Bugh
Belum Felix menyelesaikan kalimatnya, bantal sofa sudah melayang mengenai kepalanya.
“George!!.. apa yang kamu lakukan?" Kesal tentu saja, kenapa saudaranya itu terus mengganggunya dalam kesenangan.
“Kau pikir aku akan diam saja hah?..ketika mulutmu itu bicara mesum pada istriku?" George memberikan tatapan tidak suka.
Sejak tadi Felix memanfaatkan luka kecilnya hanya untuk menarik perhatian Nafla dan lagi, George sangat ingin merobek mulut saudara itu, bicaranya terlalu mesum.
Felix memutar bola matanya malas. “Bukannya kamu tidak menyukainya? kenapa harus marah? lagi pula kau jangan terlalu serakah George, kau sudah memiliki Naraya." Jawab Felix santai.
George tidak menanggapinya, pandangannya teralih pada Nafla. “Nafla, kemarilah." Dia mengulurkan tangannya.
Nafla nampak bingung, lantaran ada dua George, tetapi detik kemudian dia tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya.
George menghembuskan nafas kasar. “NAFLA!" geramnya.
Nafla menundukkan pandangannya dan berjalan kearah belakang tubuh Felix. Sedikit menarik kemeja pria itu.
“Tenanglah, kau tidak perlu takut." Felix menepuk pelan punggung tangan Nafla.
Pandangan Felix beralih pada saudaranya. “Lihatlah dirimu George, kau tadi nampak bangga memamerkan Naraya sebagai calon istrimu, lalu kenapa sekarang kau marah aku mendekati Nafla?"
“Kamu tahu apa yang aku lakukan Felix? Seharusnya tanpa aku jelaskan kau sudah paham."
Felix mengangkat kedua bahunya acuh, dia tidak perduli dengan apa motif George, yang jelas dia sangat menyukai situasi seperti ini.
Melihat wajah kesal George, cemburu tetapi tidak mau mengatakannya. Felix tersenyum tipis, rupanya gadis gila ini mampu membuat seseorang George frustasi.
“Tidak, memangnya apa yang kamu lakukan? Kau bisa mengandalkan aku atau Daddy kalau hanya untuk melindunginya, tetapi kau terlalu gengsi dan mengambil resiko paling berbahaya untuk istrimu."
George tidak suka jika Felix terlalu ikut campur dalam urusannya, dia tau jelas apa yang harus dilakukan.
“Felix, jangan melebihi batasanmu dan kau Nafla kemarilah." Suaranya melembut kala bicara dengan istrinya.
“George?" Nafla sedikit memiringkan kepalanya dan beberapa kali mengedipkan mata yang terlihat begitu menggemaskan.
“Hmm, kemarilah." Kembali dia mengulurkan tangannya, senyum yang tidak pernah mereka lihat sejak beberapa tahun lalu, kini kembali muncul hanya untuk gadis gila itu.
Arsen sangat yakin, bukan hanya sekedar melindungi saja, tetapi putranya itu sudah jatuh cinta. Arsen melirik kearah Felix, lalu menggelengkan kepalanya.
Felix mengangguk, lalu menghela nafas. “Nafla." Panggilnya.
“Hmm?" Nafla bergeser di samping Felix.
Sungguh mata bulat dengan warna yang begitu indah membuat Felix merasa gemas. Dia tersenyum tipis. “Ada sesuatu di wajahmu." Ucapnya pelan.
Nafla nampak tidak mengerti hanya beberapa kali matanya mengedip-ngedip.
“Cantik" Mulut sialan Felix kembali membuat George ingin menghabisinya.
“Felix!" Desis George.
Felix cekikikan. “Kembalilah, dia George, suamimu.. Sementara aku kekasihmu.. Kau.. "
“Damn it!!" George mengumpat kesal dengan tatapan yang begitu mengerikan, dia bisa bercanda dalam hal lain, tetapi mengenai Nafla, entahlah.. Rasanya George ingin menampakkan dirinya yang sesungguhnya.
Felix tertawa terbahak-bahak, terlihat sekali jika George tengah menahan kekesalan. tetapi dia tidak perduli.
“Kekasih?" Ulang Nafla dan sialnya Felix malah menganggukkan kapalnya.
“Iya, kau bisa datang padaku atau Daddy, jika George menyakitimu, untuk sekarang kembalilah padanya. dia masih terlihat seperti manusia meskipun apa yang dilakukannya sudah hampir seperti.. Ah sudahlah sana kembali." Ucapnya mengusap lembut kepala Nafla.
Perempuan itu tersenyum dan menganggukkan kapalnya.
***
Setelah drama kepanjangan yang di buat Felix, akhirnya George bisa kembali menjinakkan istrinya, meskipun beberapa kalimat Nafla membuatnya merasa bersalah.
Nafla tidur dalam pelukannya. Untuk sementara Arsen meminta mereka berdua tinggal di rumahnya. Meskipun tahu jika George mampu membeli mansion baru.
Tidak harus membeli lagi, sebab George juga masih memiliki beberapa mansion, hanya saja Arsen terus memaksanya.
George mengecup singkat kening istrinya. “Nafla, teruslah seperti ini, bagaimana jalan kisah kita, aku hanya ingin kamu tetap menjadi istriku." gumamnya pelan. Lalu melerai pelukannya.
George menatap wajah cantik yang menggemaskan itu, dia tersenyum, apakah wanita ini berusia sepuluh tahun? Kenapa bisa memiliki wajah imut seperti ini.
George kembali mengecup pipi Nafla. “Kau benar-benar membuatku gila, Nafla."
“George, aku tidak bisa bernafas" Panggilnya dengan suara serak.
Sekali lagi, George memeberikan kecupan, tetapi tepat di bibir mungil dengan warna merah muda itu. “Nafla, kau harus tetap seperti ini, aku menyukaimu dengan versi gila. jika kau sembuh, aku tidak tau apa yang akan terjadi."
“George, kau tidak punya hati." Celetuk Nafla, membuat George menautkan kedua alisnya.
“Astaga! Nafla." George menggeram ketika tangan mungil Nafla meremas bagian bawahnya. Jika seperti ini yang ada George yang gila. Dia tidak bisa menggauli Nafla di kediaman Arsen.
“Tidurlah, aku keluar sebentar." Nafla menganggukkan kapalnya, membiarkan suami tampannya itu turun dari ranjang dan keluar dari kamar.
**
George masuk kedalam bangunan yang dia jadikan markas, seperti biasanya topeng adalah ciri khas organisasi yang di pimpinannya.
“Tuan, Nona Naraya sejak tadi mencari Anda." Lapornya.
Naraya tidak bisa masuk ke dalam Mansion Arsen, ada dan tidak adanya Nafla, wanita itu sejak dulu memang tidak mendapatkan izin.
Alasannya sepele, karena Carey tidak menyukai Naraya. sapaan yang gadis kecil itu hanya untuk memberi muka pada George.
Karena dulu George kecintaan pada Naraya, pria itu memutuskan pindah ke mansion yang di bakar oleh Nafla.
“Apa kedatangan ku hanya untuk mendengar melaporan sepele seperti ini, Max?" Lirikan tajam membuat Max menggelengkan kepalanya.
Lalu Max, melaporkan penyebab Nafla membakar mansion itu, semua gara-gara televisi yang tidak bisa menyala dan ucapan rekannya.
'Tidak berguna, bakar saja.' Itulah kalimat yang beberapa kali Nafla ucapkan.
“Tuan, saya minta maaf, sungguh saya tidak tahu jika Nyonya akan benar-benar membakar semuanya." Pria berpakaian hitam itu menekuk lututnya meminta pengampunan.
George memejamkan matanya, dia tidak marah tentang mansion yang terbakar, namun yang membuatnya marah adalah Nafla.
Bagaimana jika istrinya itu terluka atau fatalnya ikut terbakar.
“Kau tidak ingin mengatakan, bagaimana Felix bisa lebih cepat darimu? padahal kau berada di tempat yang sama dengan Nafla." Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlintas dalam benak George.
Iya, seharusnya anak buahnya bisa menyelamatkan Nafla karena mereka berada di ruangan yang sama, sementara Felix harus menempuh jarak beberapa menit atau jam dari lokasinya.
Pria berpakaian hitam itu kembali menundukkan pandangannya. Dia juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, yang di ingatnya Api membesar dengan begitu cepat.
George menarik nafas dalam-dalam. semua terasa janggal. “Kalian berdua hanya memiliki waktu sebelum matahari tenggelam untuk mencari tahu."
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara