NovelToon NovelToon
Seribu Hari Mengulang Waktu

Seribu Hari Mengulang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:957
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

"Tuan Putri, maaf.. saya hanya memberikan pesan terakhir dari Putra Mahkota untuk anda"
Pria di depan Camilla memberikan sebilah belati dengan lambang kerajaan yang ujungnya terlihat begitu tajam.
.
"Apa katanya?" Tanya Camilla yang tangannya sudah bebas dari ikatan yang beberapa hari belakangan ini telah membelenggunya.
"Putra Mahkota Arthur berpesan, 'biarkan dia memilih, meminum racun di depan banyak orang, atau meninggal sendiri di dalam sel' "
.
Camilla tertawa sedih sebelum mengambil belati itu, kemudian dia berkata, "jika ada kehidupan kedua, aku bersumpah akan membiarkan Arthur mati di tangan Annette!"
Pria di depannya bingung dengan maksud perkataan Camilla.
"Tunggu! Apa maksud anda?"
.
Camilla tidak peduli, detik itu juga dia menusuk begitu dalam pada bagian dada sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada, pada helaan nafas terakhirnya, dia ingat bagaimana keluarga Annette berencana untuk membunuh Arthur.
"Ya.. lain kali aku akan membiarkannya.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ Bab 14

Angin sore membawa aroma bunga mawar dari taman rakyat yang berada tak jauh dari tembok istana. Annette berdiri di balik kerumunan pedagang dan pelancong yang hilir-mudik, matanya terpaku pada gerbang megah yang dijaga ketat oleh prajurit berzirah perak.

Dari kejauhan, istana tampak seperti mimpi yang menjulang, atap-­atapnya berkilau keemasan, jendela-jendela tinggi berhiaskan kaca patri, dan patung-patung singa yang berdiri gagah seakan siap melindungi sang raja dari segala ancaman.

Namun bagi Annette, istana bukan sekadar simbol kemegahan. Ia adalah tujuan.

Sejak Camilla di nobatkan menjadi Putri Mahkota, ia selalu mencari banyak cara agar dia bisa menyingkirkan wanita itu atau setidaknya dia bisa kembali ke istana.

“Bagaimana caranya agar aku bisa masuk…,” gumamnya hampir setiap hari.

Melihat tuannya yang selalu seperti itu membuat dayang setianya ikut risau, apalagi saat ibu Annette yang berusaha untuk membujuknya agar ikut ke pertemuan dengan pria lainnya namun selalu di tolak oleh wanita itu.

"Lady.. jika anda perintahkan, maka saya bisa mengirim seseorang untuk membunuh Lady Camilla.."

Annette kaget dengan saran spontan yang dikatakan oleh dayangnya, meski terdengar sadis namun tak dapat dipungkiri jika dia tertarik dengan tawarannya.

"Sstthh.. kita masih di tempat terbuka, ayo kita kembali dulu," jawab Annette lalu keduanya kembali ke kediaman keluarga Annette.

"Apa rencanamu?," tanya Annette begitu pintu kamarnya terkunci, dia menatap Risa, sang dayang dengan penuh harap.

Semua rencana yang keluar dari mulut Risa seolah memberinya harapan, sejujurnya, dia benar-benar mencintai Putra Mahkota dan menginginkan pria itu menjadi miliknya.

"Bagaimana Lady?" Tanya Risa untuk kembali memastikan apakah tuannya setuju dengan rencana tersebut.

"Bagus juga.. tapi risikonya terlalu tinggi"

Risa menggelengkan kepala dan menjawab, "Setelah melakukan tugas itu, pelayan yang ditunjuk akan di beri hadiah dan juga di kirim keluar dari wilayah ini selama beberapa bulan, tentu saja tidak ada yang bisa melacaknya, saya bisa memastikan itu Lady.."

Jika ini berhasil, mereka pasti memanggilku kembali ke Istana, tentu saja karna aku adalah peserta dengan poin tertinggi kedua setelah si Camilla itu..

Sebuah senyum merekah di bibir Annette seolah telah melihat masa depan yang indah yang akan dia dapatkan.

"Atur sesuai rencana itu.. Dan ingat, lakukan dengan hati-hati"

Risa menganggukkan kepala lalu keluar dari kamar Annette.

***

Sementara itu, Camilla duduk di kamarnya, dia belum tidur, matanya masih memandang kalimat yang dia tuliskan disana.

"Dulu, tiga bulan setelah aku menjadi Putri Mahkota, Arthur di beri tugas untuk memimpin pasukan perang, dan dia mengumumkan agar Annette bisa memasuki istana sebagai Sahabat pendampingku.. apa sekarang juga akan seperti itu?"

Camilla menghitung kalender kuno dan menemukan bahwa sekarang sudah satu bulan lebih 17 hari dari hari dimana dia dijadikan Putri Mahkota.

"Sekitar satu bulan lebih lagi.. yang aku tahu, nasib bisa berubah namun jika aku merubah takdir, maka aku akan menerima konsekuensi seperti yang waktu itu.."

Rasa sakit yang Camilla rasakan saat menyelamatkan nyawa Duchess Vandell kembali terasa.

"Tidak tidak.. jika aku harus merubah takdir, maka takdir siapa? Apa aku tidak boleh membunuh Annette? Tapi dia mati di masa lalu.. ya karna aku sih.. tapi takdirnya mati kan?"

Kepala Camilla sibuk memikirkan banyak kemungkinan hingga akhirnya dia pasrah dan naik ke tempat tidurnya.

"Terserah kamu saja Dewi.. yang penting Arthur bisa menjadi Kaisar sebelum dia mati"

Perlahan kelopak mata Camilla mulai tertutup..

"Tuan Putri.. Putri.. YANG MULIAA!!"

Camilla terlonjak kaget, dia segera duduk di kasurnya sambil menatap Mary dengan wajah kesal.

"Apa sih Mar?!"

"Ayo cepat.. Putra Mahkota sudah menunggu di Arena Latihan Istana"

Mary menarik lengan Camilla agar dia cepat turun dari kasur.

Camilla mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mencerna kata-kata Mary. “Arena Latihan Istana?” ulangnya dengan suara serak, setengah tak percaya.

Mary mengangguk cepat, napasnya tersengal seperti habis berlari. “Iya, Putra Mahkota sudah menunggu. Katanya.. ada sesuatu yang penting yang ingin beliau perlihatkan pada Anda.”

Camilla mendesah, menyibakkan selimut dan segera berdiri. Ia tahu, Arthur bukan tipe yang suka menunggu. Jika ia berkata penting, berarti memang ada sesuatu yang tak boleh Camilla abaikan. Walau hatinya masih resah dengan pikiran soal Annette dan takdir yang menghantui kepalanya, ia harus bergegas.

Mary membantu merapikan gaun ringan yang Camilla kenakan, lalu menambahkan jubah tipis agar ia tak kedinginan sore itu. “Kalau sampai terlambat, saya yang akan kena marah, Putri,” keluh Mary, meski nada suaranya tetap penuh hormat.

Camilla hanya tersenyum tipis. “Baiklah, mari kita lihat apa yang sedang dipikirkan Arthur kali ini.”

Arena Latihan Istana terletak di sisi barat kompleks utama. Tempat itu luas, berlantai tanah padat yang rata, dikelilingi pagar kayu tinggi, dan beberapa patung singa perunggu yang berdiri tegak di keempat sudutnya. Di sana, para ksatria biasa berlatih pedang, tombak, bahkan strategi tempur.

Saat Camilla tiba, suara denting logam sudah terdengar jelas. Arthur, sang Putra Mahkota, tengah berduel dengan salah satu kapten pengawal. Gerakan Arthur cepat dan tegas, pedangnya berkilat diterpa cahaya sore yang mulai meredup. Sekali tebas, sekali tusuk, ia mampu memaksa lawannya mundur beberapa langkah.

Camilla berhenti sejenak di ambang gerbang kayu arena, menatap punggung pria itu.

“Putri?” panggil Mary pelan, menyadarkannya.

Camilla menarik napas panjang, lalu melangkah masuk. Debu berterbangan ringan di bawah sepatunya. Para pengawal yang berjaga segera memberi hormat, sementara duel di tengah arena akhirnya berhenti.

Arthur menoleh, wajahnya basah oleh keringat, tapi senyum tipis menghiasi bibirnya. “Kau datang juga,” katanya sambil mengibaskan pedang untuk membersihkan debu.

Camilla berjalan mendekat, lalu menatapnya dengan heran. “Apa yang begitu penting sampai harus memanggilku ke arena ini?”

Arthur meletakkan pedangnya ke dalam sarung, lalu melambaikan tangan agar kapten pengawal menyingkir. Setelah itu, ia mendekati Camilla, matanya menatap lurus seakan ingin menembus isi pikirannya.

“Aku ingin kau melihat sesuatu,” ucapnya pelan.

Beberapa saat kemudian, seorang prajurit muda masuk membawa sebuah peti kayu panjang. Ia meletakkannya di hadapan Arthur dengan hormat, lalu mundur. Arthur berlutut, membuka penutup peti, dan memperlihatkan isinya pada Camilla.

Camilla menahan napas. Di dalamnya tergeletak sebuah pedang indah, bilahnya berkilau kebiruan, gagangnya dihiasi ukiran naga kecil yang melilit.

“Pedang.. ini..” Camilla hampir tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Arthur tersenyum. “Ya. Pedang ‘Aetherion’. Salah satu pusaka kerajaan yang hanya boleh dipegang oleh pewaris takhta.”

Camilla membeku di tempatnya. Ia tahu betul arti pedang itu. Dalam catatan sejarah, pedang tersebut selalu muncul ketika sebuah perubahan besar terjadi.

Arthur meraih gagang pedang, lalu mengangkatnya tinggi. Cahaya sore seakan terpantul, membuat bilah itu bersinar lebih terang. “Aku akan membuktikan bahwa diriku pantas menjadi Kaisar, lalu kau.. apa kau siap berlatih pedang? Hasil akhir latihanmu akan menentukan pilihanku"

Kata-kata itu menghantam dada Camilla.

Ia menatap pedang itu lekat-lekat, lalu tanpa sadar bergumam, “Jika takdir harus berubah, apakah pedang itu akan tetap memilihmu?”

Arthur menoleh, alisnya terangkat. “Apa maksudmu?”

Camilla buru-buru menggeleng. “Tidak.. tidak ada. Aku hanya kagum.”

Arthur memandanginya sejenak, seakan ingin membaca kebohongan kecil itu. Namun, ia tidak mendesak.

"Aiden.. ambilkan pedang kayu untuknya dan latih dia dengan dasar-dasarnya dulu"

Mendengar itu membuat Camilla bingung, dia bertanya "Bukankah anda yang akan mengajariku?"

"Ya.. tapi bukan sekarang, kau bahkan belum tau cara memegang pedang dengan benar.."

***

Di sisi lain kota, Annette duduk di ruang pribadinya, menunggu Risa yang baru kembali dari luar. Wajah Risa tampak serius, sedikit berkeringat, tapi senyum puas menghiasi bibirnya.

“Semua sudah diatur, Lady,” bisiknya. “Hanya perlu waktu beberapa hari. Saat Lady Camilla lengah, semuanya akan selesai.”

Annette menegakkan tubuh, matanya berbinar. “Bagus. Jangan sampai ada kesalahan. Aku tidak mau rencana ini gagal.”

Risa mengangguk. “Tentu saja. Pelayan yang saya pilih bukan orang sembarangan. Ia pernah bekerja di dapur istana, tahu jalur rahasia yang tidak dijaga.”

Annette terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. “Sungguh ironis, ya? Jalur yang dulu kugunakan untuk keluar masuk istana.. sekarang dipakai untuk menjatuhkan Camilla.”

Ia menatap keluar jendela, ke arah istana yang menjulang di kejauhan. Hatinya dipenuhi tekad.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!