NovelToon NovelToon
Cinta Arjuna

Cinta Arjuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:170
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.

Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?


Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha


Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.


Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16.

  🕉️🕉️🕉️

Sanis bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan. Gadis itu memakan roti yang sudah di olesi selai coklat kesukaannya. Kak Ras menyerahkan segelas susu putih pada Sanis dan segera meminumnya dengan cepat.

Ia melirik ke arah jam tangannya dan sudah lewat jam 6 pagi, ia panik dan segera bergegas keluar dari rumahnya dan membuka gerbang.

"Juna mana ya?" tanya Sanis yang melihat sekelilingnya, ia salah hari atau salah jamnya ya, padahal matahari sudah hampir naik juga, tidak gelap hari ini.

Dari jauh Juna tersenyum melihat Sanis memang benar menunggunya sambil memainkan ponselnya itu. Juna berada di sebelah apartemennya, disana juga ada Raspati yang terkekeh geli.

"Kan udah diduga kak, dia nyariin gue." Juna tertawa renyah melihat Sanis yang masih berdiri di depan gerbangnya.

Juna kasian pada gadis manis itu, lalu bergegas menghampirinya. Lagian ini rencana Raspati, yang penasaran dengan hubungan mereka berdua.

"Dah lah kak Ras, kita gak ada hubungan apa-apa." ucap Juna sambil menuruni anak tangga, dan menghampiri Sanis disana. Mereka terlihat akrab.

"Kemana aja hah?" tanya Sanis sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia kesal karena Juna lama sekali datang.

"Gue hampir lumutan disini." Juna hanya tertawa melihat tingkah Sanis yang kesal karena ulahnya ralat kakaknya Raspati.

"Kenapa Lo ketawa hah, buruan nanti kita dimarah sama pak Iyan." Judesnya Sanis membuat Juna, cowok itu hanya mengangguk dan segera bergegas menuju sekolah.

Juna dan Sanis berlari menyusuri lorong menuju ruang taksu club dan bertubrukan dengan pak Iyan.

"Heh, kalian?" Wayan terkaget dengan kedatangan dua remaja itu di depannya sekarang. Juna dan Sanis sehabis berlari dari parkiran sekolah hingga ke belakang sekolah tepatnya di ruang taksu club.

"Kita telat pak?" tanya Sanis pada pak Iyan yang hanya menggelengkan kepalanya heran. Jujur jamannya dia sekolah tidak ada yang begini kecuali dia yang terlambat ke sekolah.

"Seharusnya kalian datang setengah jam lagi." jawab Wayan pada mereka  berdua yang melirik arlojinya itu. Dan melenggang pergi dari kelas taksu club.

"Siapa suruh gak buka grup." ujar Juna pada Sanis yang memasang wajah kesalnya itu.

"Siapa nyuruh lo keluar grup hah?" tanya Sanis pada Juna, yang hanya memamerkan giginya itu.

"Gak sengaja, masukin lagi guenya." jawab Juna yang kemarin ia tak sengaja keluar grup karena 'tertekan' oleh jarinya ini.

"Gue males aja buka grup, trus chat Lo tenggelam gara-gara Lo spam P, ke gue!" ketus Sanis berjalan masuk ke dalam ruangan itu. Tapi tangannya di cekal oleh cowok itu, tangan besar itu membawanya ke bawah pohon mangga rindang disana.

"Eh, jangan di dalam apek. Kita di bawah pohon mangga aja yak." ajak Juna pada Sanis yang menganggukkan kepalanya setuju.

Seorang gadis yang menghampiri mereka dan memanggil cowok itu, "Juna." sang empunya pun menolehkan kepalanya malas seakan tau siapa yang memanggil namanya.

"Eh, Juna kita ada latihan untuk acara sekolah nanti." lanjut gadis itu yang tersenyum manis pada Juna, cowok itu hanya mendengus kesal karena ulah Dinda yang lagi mengganggu waktunya dengan Sanis.

"Gini Dinda gue nanti sekitar 15 menit lagi kita ada acara ke pameran seni rupa, kalau masalah latihan nanti setelah gue sama dia pulang dari sana. " Jelas Juna membuat Dinda setuju dengan wajah manis yang ia buat-buat. Lalu ia menatapku dengan tatapan tajamnya.

"Sanis Juna !?" Suara pak Iyan memanggil mereka berdua dan segera bergegas menuju pameran seni rupa itu.

Sanis terlihat khawatir karena Dinda pasti punya sesuatu untuk membuatnya jatuh. Setelah melihat Sanis dan Juna menjauh dari sana, Dinda tersenyum licik.

"Lo biarin mereka?" tanya Sella pada Dinda tersenyum licik ke arah Sanis.

"Iya gue biarin dia bebas ke Juna sedangkan gue bisa bebas menjatuhkan Sanis."

...............

Bali tempat wisata terkenal bahkan mendunia. Inilah pusat daya tarik wisata dari Indonesia, mereka sekarang ada di sebuah museum Bali. Bahkan Bali terkenal dengan kesenian tradisional dan budayanya, termasuk seni rupa ini.

"Nah kalian tau kan, sekarang kalian ada di pameran seni rupa yang terkenal di Ubud Gianyar." ucap Wayan yang menatap gedung itu unik, memiliki ukiran mungkin cerita para dewa entah Sanis terpesona melihat gedung itu sangat keren pasti di dalamnya lebih dari itu karena berisikan semua lukisan terkenal, entah itu dari pelukis lokal ataupun mancanegara. Sanis pernah bermimpi untuk menjadi seniman mau itu penyanyi ataupun pelukis dan memajang karyanya di museum seni rupa.

"Mimpimu akan dimulai," Juna berbisik pada gadis itu yang menatapnya tajam sedangkan Juna memberikan senyuman hangat. Walaupun Juna tau ia akan mendapatkan tatapan mata tajam dari Sanis.

"Iya Juna, tapi ..."

"Sudahlah Sanis, kita maju bersama." Ajak Juna yang sudah menggenggam tangan gadis itu.

"Selamat datang silahkan masuk." sambut dengan hangat pria yang ada di dekat pintu yang tersenyum ramah kepada mereka.

"Terimakasih." jawab Wayan pada pria itu yang mempersilahkan mereka duduk.

"Ouh ya, perkenalkan ini anak didik saya yang di ikut sertakan dalam lomba pelukis generasi muda budaya Bali yang di selenggarakan di  Art  DharmaBali." Pria paruh baya itu mengangguk mengerti. Mereka sudah saling kenal karena pria itu adalah guru dari pak Iyan.

"SMA Garuda Kencana ya, saya bangga kamu bisa membawa penerusmu kemari Yan, ouh ya mari saya antar kalian ke tempat peserta lainnya." Merekapun bergegas masuk ke seperti lapangan yang di lapisi kaca bening dari atas pemandangan alam nan indah menjadi tempat favorit bagi peserta disini.

Mereka duduk di rumput buatan disana rasanya memang seperti di alam bebas bagi mereka disini. Banyak kalangan dari sekolah negeri atau kejuruan bahkan ada juga universitas yang ikut serta dalam lomba ini.

Sanis menyiapkan alat lukisnya, tiba-tiba handphone nya berbunyi. Ada yang menelponnya dan ternyata itu adalah Kak Raspati.

Panitia sudah mengumumkan bahwa lomba akan segera dimulai, sedangkan ia harus menjawab panggilan dari Kak Raspati.

"Sanis Lo mau kemana ?" tanya Juna yang mencekal tangan Sanis, gadis itu membawa handphonenya. Juna menggeleng khawatir.

"Sanis, biar pak Iyan aja yang angkat ya." ucap Wayan yang mengambil alih handphone Sanis dan memilih untuk pergi ke tempat duduknya.

Wayan sedikit geram dengan Raspati, ia menelpon di saat yang tidak tepat. Karena Wayan tau jika Raspati menelpon memberi tau tentang bunda mereka.

"Halo,"

"Yan, ngapain Lo yang jawab?"

"Ya, karena Sanis lagi meraih mimpinya disini. Lo gak mau kan mimpinya terhapus lagi?" Wayan berusaha untuk membuat Raspati mengerti.

"Gue tau, syukurlah Lo yang jawab. Jangan sampai dia tau kalau bunda kritis lagi." Wayan mendengar suara lirih dari sahabatnya ini. Wayan juga tau Raspati sangatlah rapuh jika menyangkut tentang keluarga.

"Iya, gue pastiin dia gak akan tau, kalau nanti pulang dari sini. Gue bakalan ajak dia kesana."

"Jangan! pokoknya jangan dulu gue gak mau dia sedih karena ini. Dan Lo pastiin dia baik-baik saja dengan lomba itu semangatnya bangkit lagi."

"Okelah gue gak janji ya, tergantung sama Sanis nya nanti." Raspati mengangguk sambil tersenyum. Ia sangat percaya pada sahabatnya itu.

Raspati rasanya sangat takut ketika bunda sekarang mempertaruhkan nyawanya disana dan sekarang ia membutuhkan Sanis. Bagaimana ini?

"Dokter Raspati," Panggil seorang pria yang memegang bahunya, dan menyodorkan sebuah formulir persetujuan oprasi.

"Ar, gue percaya sama Lo." Raspati tidak bisa menahan kakinya yang lemas, melandanya tiba-tiba saja. Ia tak tau apa yang terjadi padanya. Yah dokter Arya yang sekarang sedang menangani Bunda Raspati.

"Gue gak janji." gumamnya pelan, mata sahabatnya sayu. "Gue akan terima itu tapi tidak untuk adik-adik gue Ar." Arya mengangguk mengerti maksud dari Raspati.

"Tapi gue yakin, bisa menangani ini." Arya meyakinkan dirinya bahwa ia bisa melakukannya.

"Gue percaya sama Lo, jalankan dengan tenang ya." ucap Raspati berusaha tenang dan menatap mata sahabatnya itu, Arya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Dokter Arya kita harus memulai operasinya." seorang perawat menghampiri mereka, Arya pamit pada Raspati yang menganggukkan kepalanya mengerti. Ada rasa kepercayaan pada dirinya dan Arya senang dengan hal itu.

.........................

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

..

.

.

.

.

.

Bersambung.....

1
LyaAnila
wah. kalau gitu kalian akur-akur ya jangan ribut 🥰
LyaAnila: aku udah mampir kak. ditunggu di ceritaku juga ya makasih👍
total 1 replies
LyaAnila
lha bisa-bisanya kok gitu. bapaknya nikah lagi kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!