NovelToon NovelToon
IKATAN PERJODOHAN

IKATAN PERJODOHAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ivan witami

Arjuna dikenal sebagai sosok yang dingin dan datar, hampir seperti seseorang yang alergi terhadap wanita. la jarang tersenyum, jarang berbicara, dan selalu menjaga jarak dengan gadis-gadis di sekitarnya. Namun, saat bertemu dengan Anna, gadis periang yang penuh canda tawa, sikap Arjuna berubah secara drastis.

Kehangatan dan keceriaan Anna seolah mencairkan es dalam hatinya yang selama ini tertutup rapat. Tak disangka, di balik pertemuan mereka yang tampak kebetulan itu, ternyata kedua orangtua mereka telah mengatur perjodohan sejak lama. Perjalanan mereka pun dimulai, dipenuhi oleh kejutan, tawa, dan konflik yang menguji ikatan yang baru saja mulai tumbuh itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ivan witami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 Rahasia Keluarga Anna

“Wah, kamar kamu keren, Juna,” ucap Anna saat masuk ke kamar Juna.

Juna duduk di sofa dan tersenyum simpul, hanya melihat Anna yang sedang asyik berkeliling kamarnya. Anna terkejut saat melihat foto dirinya dan Juna yang menggunakan busana hanfu.

“Eh, ini beneran kamu cetak segede ini? Wah… jadi keren. Mama kamu gak komplen foto kita di panjang, katanya kamu kan dijodohin?”

“Iya sih, tapi kan aku udah bilang udah gak mau dijodohin lagi. Pacarku sekarang kamu. Mama juga sudah tahu hubungan kita.”

“Kalau kamu sendiri bagaimana, apa orang tua kamu masih bahas perjodohan?”

“Kalau papa sih udah gak. Mama yang masih bahas terus. Makanya kamu datang ke rumah dong.”

“Katanya belum mau diseriusin.” Juna bangkit dari duduknya menghampiri Anna.

“Ya, tapi kalau mamaku terus nanya-nanya? Aku pengen mamaku tahu kalau aku serius sama kamu,” jawab Anna sambil menatap mata Juna penuh harap.

Juna mengernyit, lalu menghela nafas panjang. “Aku takut, Anna. Setiap kali aku pikir tentang mama dan perjodohan itu, aku jadi tertekan. Aku gak mau kamu merasakan itu juga. Ya sudah, nanti malam aku datang kerumahmu? Aku mau melamar kamu, sebelum orang tua kita terus menekan kita.”

“Sudah waktunya mungkin kamu tahu tentangku, Juna,” batin Anna.

“Baiklah aku tunggu di rumah nanti malam.”

Juna memeluk Anna dengan erat. Ia takut kehilangan orang seperti Anna untuk kedua kali.

“Juna, kamu sud–” suara itu terhenti ketika melihat Juna memeluk Anna. Tatapan Bu Yuli yang tadi penuh tanda tanya, apakah terjadi sesuatu pada mereka.

Anna segera melepaskan pelukannya dengan cepat dan mendorong Juna sampai jatuh terpental ke atas kasur. “Maaf, Bu Yuli. Saya hanya mengantarkan Pak Juna,” ujar Anna dengan suara yang bergetar, berusaha menutupi rasa gugupnya.

Juna, yang masih tergeletak di kasur, menatap Anna dengan mata sedikit kesal. Tubuhnya yang semula luluh lantak karena pelukan Anna sekarang mulai merasa aneh dengan reaksi itu.

Anna menarik napas panjang, menatap ke arah bu Yuli dengan cemas. “Ibu, saya hanya ingin memastikan Pak Juna baik-baik saja. Dia kan sedang recovery dari kecelakaan.”

“Recovery?” tanya bu Yuli heran.

“Memangnya Juna kenapa sampai kepalanya kenapa diperban?”

“ Tadi ada insiden sedikit di kantor, Ma. Aku tidak apa-apa,” saut Juna bangkit dari tempat tidur.

Anna merasa tidak sopan berada di kamar Juna pun pamit dengan canggung.“Bu, saya pamit dulu ya. Pak Juna biar istirahat.” Anna hendak melangkah tetapi tangannya ditahan Bu Yuli.

“Jangan pulang dulu. Bantuin Tante masak dulu yuk,” ajak bu Yuli.

“Tapi saya… gak bisa masak.” Anna tersenyum tidak enak hati.

“Ya tidak apa-apa. Kalau gitu temani Tante masak saja yuk!” Bu Yuli menarik Anna begitu saja dan membawanya ke dapur.

Juna tertawa kecil melihat ekspresi wajah Anna yang tampak bingung. Juna pun memutuskan menyusul Anna ke dapur karena tidak ingin Anna merasa tidak nyaman.

Juna duduk di kursi pantry, melihat Anna seperti bingung melihat ibundanya memasak sambil mengajari Anna. Anna hanya mengangguk saat Bu Yuli memberitahu bumbu apa saja.

“Sekarang kasih salam sayur lodehnya,” pinta Bu Yuli pada Anna.

Anna bingung, kasih salam seperti apa yang dimaksud, ia pun tak paham bumbu apa saja yang dijelaskan Bu Yuli karena terlalu cepat Bu Yuli menjelaskan.

“Assalamualaikum,” ucap Anna didalam panci membuat Bu Yuli bengong sedangkan Juna tertawa terpingkal-pingkal.

Juna masih tertawa sambil menghampiri Anna.“Anna, bukan kasih salam dalam panci,”ucap Juna lalu mengambil daun salam dan menoel hidung Anna dengan daun salamnya.

“kasih ‘salam’ yang ini. Ini namanya daun salam,Sayang. Bukan salam, ‘Assalamualaikum’.”

Anna mengerutkan dahi, mencoba memahami sambil menggaruk-garuk kepala. “Oh... bumbu salam? Maksudmu daun salam.”

Bu Yuli mengangguk pelan, senyum lembut terukir di wajahnya. “Benar, Nak. Daun salam biasa digunakan untuk memberi aroma pada masakan. Kalau ucap salam di panci? Itu lucu sekali.”

Anna tertawa malu. “Aku kira ibu minta aku salam dari hati supaya lodehnya enak.”

Juna berhenti tertawa dan memandang Anna dengan mata penuh kehangatan. “Nah, itu juga penting. Masakan memang harus diberi rasa, tapi memasak dengan hati juga penting, biar masakan tambah enak.”

“Iya, maaf. Aku memang gak tahu masak. Bisanya makan.” Anna menyunggingkan senyumnya kearah Juna.

Juna tersenyum mengusap lembut rambut Anna.“Tidak apa-apa. Kalau sudah menikah, nanti biar aku saja yang masak.”

Bu Yuli tersenyum dan pura-pura tidak melihat ketika putranya sekilas mencium kening Anna. Ia juga senang melihat putranya tertawa lepas setelah sekian lama tidak melihat Juna tertawa seperti tadi.

“Terima kasih ya. Kamu pria idaman,” ucap Anna sekila melihat bu Yuli yang sibuk mengambil mangkok.

Tiba-tiba, ponsel Anna berdering. Ia pun segera mengangkat sambungan ponselnya.

“Iya, Pa?”

“Pulang sekarang, Om Abi kamu masuk rumah sakit.”

“Hah? Haduh… kok bisa. I-iya, aku pulang.” Anna seketika memutuskan sambungan ponselnya secara sepihak.

“Juna, aku pulang dulu. Om aku masuk rumah sakit. Tante, saya pamit. Nanti saja saya coba sayur lodehnya,” pamit Anna begitu panik tetapi dengan gayanya yang khas dan lucu.

Tetapi saat sampai di ruang tengah ia kembali lagi menghampiri Juna dan Bu Yuli yang masih terpaku melihat kerempongan Anna.

“Aku pinjam mobil kamu dulu.” Anna merogoh kunci dari saku celana Juna membuat Juna memejamkan mata karena tangan Anna sedikit menyentuh bagian terlarangnya.

“Da.., besok ketemu di kantor.” Anna berlari keluar dari rumah Juna.

“Hehh, kok bengong. Kejar dia, anterin,” ucap Bu Yuli menyadarkan Juna yang masih bengong.

“Ah, iya…” Juna hendak melangkah tetapi ia urungkan niatnya karena Anna pun sudah jauh

“Sudah jauh, gak sempat. Biarlah dia pulang sendiri,” desis Juna lalu duduk di kursi meja makan.

Anna menggerutu di dalam mobil tentang keluarga besarnya.“Bisa-bisanya om Abi ditembak tante Utari. Masalah keluarga mereka memang rumit. Aduh… untung papa gak kayak om Abi punya istri dua. Bisa-bisa perang keluarga Sanjaya. Mama mungkin udah kaya barongsai, ngelebihi tante Utari. Aih…. Paman putra juga sama, istrinya dua, siapa lagi nanti di keluarga besarku istri banyak. Kak Arya malah udah tiga kali nikah. Om Arjuna juga lagi genit sama mbak-mbak penjaga swalayan. Begitu banyak rahasia yang aku ketahui, tapi aku takut buat ungkap semua. Kayaknya yang setia cuma, opa Bram, Om kembar sama mama dan tante Putri, Sisanya blegedes.” Begitulah celotehan Anna tentang keluarga besarnya, banyak yang ia ketahui tetapi ia memilih Diam.

“Hummmm, kalau nanti aku punya suami kayak om Abi, udah bener sih tembak dorr… aja. Biarin situ mati. Paling aku dipenjara,” gerutu Anna sambil menyetir mobilnya menuju rumah sakit.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!