Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemunculan Jati Secara Tiba Tiba
Ditengah hutan.
David berusaha menenangkan putrinya itu yang ketakutan karena ritual akan segera dimulai. Kakek Suroto melangkah maju kedepan, lalu pria tua bangka itu membaca mantra kuno.
Baik nenek Surati, Tarno, Viona, dan semua rombongan berdiri dengan tubuh sedikit menggigil. Bagaimana tidak, semakin lama mereka berada disekitar hutan ini maka semakin kuat pula hawa dingin menyelimuti tubuh mereka.
Lalu tidak lama.
"Whussh!
Muncul bayangan hitam raksasa yang menyundul langit.
Dialah Arjisaka, sosok Ganderuwo berhati baik meski tampangnya sangat menyeramkan. Arjisaka tidak tertarik lagi dengan namanya pertarungan... dia lebih suka tidur berhibernasi.
Dengan sorot mata nyalang Arjisaka melotot kearah rombongan manusia yang berani membangunkannya.
"HAHAHA"
"Kalian rupanya orang tua, masih hidup juga kau, Hahaha"
Arjisaka tertawa terbahak bahak melihat kakek Suroto dan nenek Surati.
Arjisaka sangat mengenal dua orang itu dikarenakan mereka pernah meminta bantuannya waktu belasan tahun lalu.
Arjisaka tidak menyangka ternyata duo kakek dan nenek kembali membangunkannya. Arjisaka penasaran bantuan apa yang dia perlukan hingga membangunkan tidur nyenyaknya kembali.
"Ampun tuan Arjisaka, bukan saya yang meminta pertolongan tetapi tuan David"
Kakek Suroto menunjuk David, lalu dia meminta David menyampaikan maksud kedatangannya.
Arjisaka melirik kearah ayah dan anak itu.
"Oh jadi kau yang meminta pertolonganku?"
David mengangguk gemetar... tubuhnya sama sekali tidak bisa berkutik menghadapi hawa mistis yang membuatnya merasa tercekik.
David memegangi putrinya yang berdiri dengan mata tertutup kain hitam. David harus melakukan itu agar putrinya tidak pingsan melihat wujud asli Arjisaka.
"Kedatangan saya kemari cuma menginginkan pusaka sakti agar putri saya terlindung dari orang jahat dari dunia bawah tanah."
David menjelaskan maksud kedatangan dan tujuan melakukan ritual pemanggilan kepada Ganderuwo itu.
Arjisaka mengangguk mengerti. Sebagai makhlus halus dia akan membantu manusia yang memerlukan bantuan.
Namun itu tidaklah mudah, harus ada bayaran yang setimpal untuk bisa sukses.
"Sediakan satu ekor sapi gemuk, satu cangkir kopi hitam pahit dan tidak bergula, satu tangkai pisang buruk, dua ekor ayam cemani, lalu letakkan semua hidangan itu dibawah malam bulan purnama."
"Dan jangan lupakan satu bungkus rokok Gudang Garam, Surya juga tidak masalah, satu lagi siapkan es jeruk tanpa dikasih gula ataupun toping diatasnya."
Arjisaka memberikan list list syarat berat kepada David.
Dia sudah lama tidak mengemil karena keasikan tidur. Sekarang kalau ada job seperti ini maka tidak dia buang kesempatan emas ini sambil bersantai santai.
"Sssst, itu hantu mau minta tumbal atau pesan makanan sih?"
Bisik Tarna menyenggol lengan Viona menggunakan sikunya.
"Sudah jangan banyak tanya biarkan tuan David yang memutuskannya"
Viona yang merasa risih menjauh sedikit dari Tarno lalu dia fokus kembali menyimak obrolan didepan sana.
Semua rombongan dibelakang mereka juga menyimak serius. Mereka baru kali ini bertemu hantu tidak meminta tumbal nyawa, itu sangat aneh bagi mereka.
"Ma- maaf tuan Arjisaka... apa anda tidak meminta tumbal, biasanya hantu lain meminta tumbal sebagai bayarannya?"
Tanya David ragu ragu.
Sedangkan Cila mendengarkan obrolan papanya yang entah berbicara dengan siapa. Cila bingung apakah papanya mengigau hingga seperti berbicara dengan hantu.
"Kenapa papa membicarakan tumbal ya?"
Bingungnya berusaha memikirkan perkataan papanya.
"HAHAHA"
Arjisaka tertawa menggema dihutan itu.
Pertanyaan itu sangat konyol sekali!
"Hei manusia aku adalah jin bukan tipe jahat, aku biasanya sering merokok dialam jin sama seperti kalian cuma bedanya rokok disana tidak ada mereknya."
"Lalu apa?"
Tanya kakek Suroto penasaran bagaimana bisa jin merokok.
"Ya, cuma bambu terus dibakar yaudah udud aja"
Sahut Arjisaka dengan santainya.
"Itu jin apa panda, mana ada hantu merokok bambu apalagi dimakan?"
Protes kakek Suroto menggelengkan kepalanya.
"Berisik kau tua bangka"
Balas Arjisaka tidak senang diledek dan disamakan dengan panda.
Disisi David dia bingung... apa dia harus menerima syarat yang diajukan oleh Arjisaka. Dia tidak masalah dengan syarat syarat itu, dia punya banyak uang.
Hanya saja David takut lupa, dia orangnya sibuk dengan pekerjaan jadi mana mungkin mengingat hal hal serumit itu.
"Apa yang bisa saya dapatkan untuk menjaga putri saya, saya akan menerima tawaran anda jika pusaka itu berfungsi dengan baik?"
David berucap tegas dan yakin bahwa dia harus tahu dulu pusaka yang dia dapatkan sebelum menjalin kontrak.
"Whuss!
Arjisaka memperlihatkan kalung liontin merah, kalung itu memiliki penunggunya yang jauh lebih mengerikan dari dirinya.
Arjisaka tidak berani membangunkan siapa penghuninya. Dia cuma tidak sengaja menemukannya dalam keadaan tersegel.
"Kalung liontin itu memiliki hawa mengerikan-- setiap makhlus halus yang merasakannya akan berfikir dua kali mendekatinya."
Lalu Arjisaka menambakan.
"Jika orang bawah tanah melihatnya maka mereka pasti ragu sebab penghuni kalung liontin itu setara 1000 makhlus halus dan satu Patriack keluarga besar."
Ucapnya dengan serius.
"Begitu ya? Jadi kalung liontin ini--
"Jangan bodoh dalam mengambil sikap, David Ramburo, cecunguk Blood Moon."
Tiba tiba entah darimana dan kapan, Jati sudah berdiri didepan sana.
"Ka- kau Jati bukan?"
David tidak bisa memercayai Mafia yang dulunya terkenal kejam kini berpakaian orang kampungan berdiri dengan santainya. Bahkan wajahnya sudah seperti bukan Mafia lagi... dia adalah manusia biasa.
David bersiap siap jika Jati menyerangnya.
"Tenanglah, aku kesini karena merasa acara yang menarik bagiku."
Jati berucap tenang tetapi jelas wajahnya memandangi Cila, gadis yang dia tolong waktu itu.
Jati berniat mengambilnya namun dia merasa tidak perlu terburu buru. Dia hanya perlu menunggu waktu saja, toh dia bisa kapan saja memulai tumbalnya selagi belum bulan purnama.