Amanda Theresia, begitu populer seangkatan sekolahnya. Kepopulerannya bukan hal yang istimewa melainkan karena dia terkenal dengan images buruknya. Namun, siapa sangka gadis dengan image buruk itu justru menjalin hubungan dengan laki-laki baik. Begitu berbanding terbalik dengan dirinya. Bagaimana awal dan akhirnya nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
"Dari mana saja kamu Amanda?" Tanya seorang pria yang berumur kepala empat. Alexander Lemos, pria yang terlihat dingin namun nyatanya hangat kepada keluarganya meskipun tidak banyak waktu yang terluangkan untuk sekedar berkumpul keluarga.
"Papa?" Kaget Amanda melihat kedua orang tuanya sedang duduk manis diruang keluarga padahal hari sudah siang bukankah seharusnya mereka sudah berada di kantor.
Niat Amanda ingin masuk ke kamar pun harus ia urungkan karena mendengar ucapan papa dan mamanya, sudah jelas dan sudah pasti dirinya akan ditanyai pertanyaan yang terus menerus sama.
"Papa denger kamu makin hari makin merasa bebas nggak ada aturan hidup," ucap Alexander dingin.
"Katanya kamu juga hampir 3 hari nggak pulang sama sekali, kamu ngapain, Amanda?" Tanya dengan nada lembut dari seorang wanita yang ditakdirkan menjadi ibu Amanda. Delima Krisdayanti, wanita yang sangat di cintai oleh Alexander , wanita yang diperbolehkan mengejar impiannya, mengejar kebahagiaanya menjadi wanita karir.
Amanda merotasikan matanya malas. Sudah jelas bahwa ada orang yang menjadi mata-mata untuk mengawasi dirinya.
"Tumben di rumah." Heran Amanda menghampiri orang tuanya yang berada di ruang keluarga dan ikut duduk.
"Kalo ditanya itu dijawab Amanda." Peringat Alexander dengan menekankan setiap kata.
"Amanda di rumah temen," jawab Amanda yang seperti biasanya.
"Alasan basi!! Selalu saja itu alasan kamu," ujar Alexander yang tidak mempercayai ucapan putrinya.
"Papa sama mama tau, di rumah sebesar ini cuma Amanda sendirian, kalo aku di rumah sendiri bener-bener kerasa kosong, nggak ada tanda-tanda kehidupan, terlihat menyedihkan." Jelas Amanda yang berhasil membuat Delima merasa bersalah.
"Maafin mama sama papa Amanda." Sendu Delima yang terdengar merasa amat sangat bersalah.
"Mama sama papa kerja juga buat mencukupi kehidupan kamu, biar kamu bisa merasakan masa remaja yang nyaman dan senang." Beritahu Alexander.
"Amanda tahu. Terima kasih untuk itu, tapi di masa-masa kayak gini Amanda juga butuh kalian. Tapi untuk itu—sudahlah, Amanda capek." Acuh Amanda sebelum akhirnya meninggalkan ruang keluarga menyisakan kedua orang tuanya yang hanya menatap kepergiannya.
...****...
"Sayang bangun, yuk," ucap Delima yang berusaha membangunkan anaknya yang tengah menutup matanya dengan napas yang teratur.
"Bangun yah, gak baik maghrib-maghrib tidur, bangun dulu ya." Ucapnya lagi dengan penuh kasih sayang dan tidak lupa tangannya yang mengelus surai hitam yang lebih pendek dari beberapa waktu lalu.
"Amanda." Panggil Delima lagi yang berhasil membuat tidur Amanda terusik.
"Apa sih, Ma?" Kesal Amanda yang merasa tidurnya terganggu.
"Bangun dulu, nggak baik orang sehat maghrib-maghrib tidur." Jawab Delima yang berhasil membuat Amanda berdecak.
"Sekarang bangun, Amanda." Tegas Delima yang terdengar seperti perintah yang harus dituruti dan tidak dapat ditolak.
Menyerah, akhirnya Amanda memutuskan duduk dengan mata yang masih berusaha menyesuaikan cahaya.
Dengan malas dan ogah-ogahan Amanda ikut turun bersama mamanya menuju ruang keluarga yang terlihat sudah ada papanya yang fokus mengotak-atik remot televisi.
"Anak perawan nggak boleh males-malesan Amanda, pamali." Peringat Alexander yang berhasil membuat Amanda tertohok karena satu kata yang emm... tidak sesuai dengan dirinya.
"Kenapa malah ngelamun?" Tanya Delima yang sedari tadi memperhatikan anaknya.
"Ha?" Gugup Amanda berusaha bersikap biasa saja.
"Masih ngantuk." Jawab Amanda seadanya membuat Alexander menggelengkan kepalanya.
"Nanti jam tujuh kita makan malam diluar." Beritahu Alexander yang membuat Amanda menyerit bingung.
"Nggak biasanya pake makan malem diluar segala." Heran Amanda mengungkapkan kebingungannya.
"Sudahlah, nanti dandan yang cantik. Pake dress dan jangan aneh-aneh kamu." Peringat Alexander yang disetujui Delima.
...****...
"Ya ampun anak mama cantik banget." Heboh Delima melihat kecantikan anaknya yang dipadukan dengan dress yang terlihat simpel namun berharga fantastis.
"Mama yakin nggak mungkin kalo nggak terpesona ini mah," ucap Delima yang tidak Amanda mengerti.
"Sudah-sudah, ayo berangkat sekarang, tidak nyaman jika nanti mereka menunggu terlalu lama," ujar Alexander yang di angguki Delima.
Ketiganya segera keluar dari rumah dan memasuki mobil yang sudah disiapkan untuk digunakan malam ini. Sepanjang perjalanan Amanda hanya diam dengan mata yang memandang keluar jendela melihat ramainya jalan dimalam hari. Entahlah, sepulang Jeremi mengantarnya tadi hingga saat ini juga Amanda belum mendapatkan balasan pesan satupun darinya.
Karena terlalu hanyut dalam pikirannya membuat Amanda tidak sadar jika mobil sudah berhenti dan kini sudah berada di salah satu hotel mewah tempat mereka makan malam.
"Ayo turun sayang." Ajak Delima yang menyadarkan Amanda.
Ketiganya segera turun dan berjalan bersama-sama layaknya keluarga bahagia menuju tempat yang sudah mereka pesan.
"Halo Delima."
Sapa orang yang berada di ruangan yang sudah dipesan. Wanita yang terlihat seumuran dengan Delima, keduanya saling berpelukan dan cipika-cipiki. Sedangkan untuk Alexander dan pria yang sepertinya suami si wanita itu juga sedang berjabat tangan layaknya pria.
"Astaga anakmu cantik ya, nggak terasa sudah sebesar ini." Ucap orang itu kemudian memeluk Amanda.
"Kamu pasti bingung kan? Ini om Christian dan ini tante Theresia. Masa kamu lupa?" Beritahu Delima yang membuat Amanda merasa tidak asing namun juga tidak tahu.
"Terakhir ketemu udah lebih dari 15 tahun lalu Delima, wajar kalo Amanda lupa." Paham Theresia dan tersenyum pada Amanda.
"Anak kamu mana?" Tanya Delima yang beru menyadari bahwa anak dari sahabatnya itu tidak ada.
"Masih dijalan dia, tadi ada urusan osis sebentar katanya." Jawab Theresia yang di angguki mengerti Delima.
Selang beberapa menit, suara pintu dibuka memperlihatkan pria dengan setelan jas yang semakin mempertampan dirinya.
"Ini dia." Sorak Theresia melihat anaknya.
"Maaf om, tante saya terlambat."
Suara yang terdengar familiar dan saat membalikkan badannya melihat siapa anak dari Tante Theresia mata Amanda membulat kaget.
"Kalian pasti udah saling kenal, kan?" tanya Alexander. "Kalian hari ini akan bertunangan."