NovelToon NovelToon
Senja Di Aksara Bintang

Senja Di Aksara Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:422
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Alden berjalan sendirian di jalanan kota yang mulai diselimuti dengan senja. Hidupnya tidak pernah beruntung, selalu ada badai yang menghalangi langkahnya.

Dania, adalah cahaya dibalik kegelapan baginya. Tapi, kata-katanya selalu menusuk kalbu, "Alden, pergilah... Aku tidak layak untukmu."

Apa yang menyebabkan Dania menyuruh Alden pergi tanpa alasan? Nantikan jawabannya hanya di “Senja di aksara bintang”, sebuah cerita tentang cinta, pengorbanan dan rahasia yang akan merubah hidup Alden selamanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14: Apa yang Dania sembunyikan?

Alden sengaja duduk di taman dekat sekolah Dania dan Rani. Ia menonton video tentang kewirausahaan sembari menghilangkan rasa penat setelah berjualan tadi.

Dari kejauhan, terdengar suara riuh dari sekolah itu. Murid-murid SMA itu satu-persatu berhamburan keluar dari gedung sekolah.

Tak terkecuali Dania dan Rani, mereka terlihat di kejauhan dan langsung menghampiri Alden.

"Alden!" ujar keduanya ceria.

"Hai, aku sengaja tunggu kalian. Mau pulang bareng?" tanya Alden kepada keduanya.

"Boleh," ujar Rani dengan senyuman.

Alden tersenyum dan tiba-tiba ia mengulurkan tangannya, membuat Rani terkejut dan berdebar-debar. Rani mengira Alden mengulurkan tangan untuknya.

Tapi Dania langsung mengambil tangan Alden, membuat Rani terkejut dan tidak percaya apa yang dia lihat. Rasa malu juga menyelimuti hatinya.

"Apa?" batinnya. Dania tersenyum sangat manis ketika Alden mengulurkan tangannya.

"Capek ya hari ini?" tanya Alden penuh perhatian pada Dania dan tangannya merapikan anak rambut Dania yang menutupi wajahnya. Dania hanya tersenyum dan mengangguk singkat menanggapi perhatian Alden.

Rani mematung, matanya mulai berkaca-kaca. Tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkan reaksinya.

"Oh, aku lupa beritahu ya Rani? Aku... Aku udah jadian sama Alden." ujar Dania kemudian yang hanya ditanggapi dengan seutas senyum oleh Alden.

"Oohh... I-iya, selamat ya." ujar Rani yang memaksakan senyum. Ia tidak menyangka bahwa orang yang disukai Alden adalah temannya sendiri.

Terlebih baru beberapa hari lalu ia mengungkapkan perasaannya kepada Alden. Tapi sayangnya ditolak oleh Alden dengan alasan Alden menyukai orang lain.

"Aku... Aku duluan ya?" ujar Rani, ia merasa tidak kuat melihat kedekatan antara Alden dan Dania di depan matanya.

"Gak pulang bareng aja?" tanya Alden yang langsung mendapat gelengan dari Rani.

"Enggak papa, Alden. Aku harus beli obat ibu." ujar Rani yang memang akan membeli obat ibunya.

"Gapapa, sekalian aja. Kami temenin kok," ujar Dania kemudian.

Lagi-lagi Rani menolak dan tersenyum. Setelahnya ia pergi meninggalkan Alden dan Dania tanpa kata lagi. Dania tidak mengerti dengan sikap Rani yang tiba-tiba berbeda.

Sementara Alden, merasa bingung dan tidak enak karena Rani mempunyai rasa padanya. Alden mengira Rani bisa memaklumi perkataannya tempo hari, tapi kini gadis itu malah menjauh.

Bagaimanapun, Alden tidak bisa memaksakan perasaannya kepada Rani. Ia sudah menyukai Dania jauh sebelum mengenal Rani. Dan Alden baru menyadari perasaannya itu, setelah pertengkaran dengan Albian di pasar malam.

"Ya udah deh, Rani udah duluan. Rencananya aku mau ajak kalian makan siang bareng," ujar Dania di sela-sela lamunan Alden.

Alden ingin menceritakan tentang perasaan Rani terhadapnya. Tapi Alden urungkan, karena ia tidak ingin Dania salah paham. Alden memutuskan untuk menceritakannya di lain waktu.

"Ya udah ayo. Mau makan apa kita?" ujar Alden lembut.

Dania memikirkan sejenak lalu akhirnya tersenyum dan berujar, "Bakso depan simpang aja. Bakso nya enak lho."

Alden menyetujui dan mereka berdua berjalan berdampingan diiringi dengan canda tawa. Alden juga bisa tertawa lepas. Baginya, Dania adalah cahaya dibalik kegelapan yang dulu pernah menyelimuti hidupnya.

...✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧...

"Enak ya baksonya." ujar Alden ketika menyuap bakso ke mulutnya.

"Iya, bakso disini emang enak. Walaupun di pinggir jalan tapi higienis juga. Aku sering makan di sini." ujar Dania kemudian.

Alden tidak mendengarkan perkataan Dania, ia justru terfokus pada wajah Dania. Alden merasa tenang dan teduh ketika Dania ada di sisinya.

Sementara Dania, ia bercerita banyak hal. Ia sangat antusias menceritakannya. Angin yang berhembus membuat rambut Dania menutupi wajahnya yang membuat Alden terpesona.

"Al? Kok melamun sih," ujar Dania membangunkan lamunan Alden.

"Ah, eng-enggak. Enggak papa." ujar Alden sedikit gugup dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah mangkuk baksonya.

"Ya udah, habisin dulu makannya. Katanya mau belajar bareng." ujar Alden kemudian.

Dania mengangguk singkat dan kembali menikmati makanannya. Setelah selesai, keduanya berjalan menuju rumah Dania.

Tapi, ketika Dania berdiri ia tiba-tiba terdiam di tempat. Nafasnya terdengar berat sama seperti sebelumnya.

"Dania, kamu kenapa?" ujar Alden khawatir dan langsung memegangi lengan Dania.

Hening, tidak aja jawaban dari Dania. Pandangan gadis itu hanya fokus ke bawah. Ia terus menerus menunduk dan menghela nafas berat, seperti sedang merasakan sesak.

"Dania, are you okay?"

Alden semakin khawatir dengan keadaan Dania saat ini. Gadis itu sering tiba-tiba terdiam dan nafasnya tersengal-sengal. Tapi ia sama sekali tidak pernah menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.

Setelah beberapa saat, Dania kembali normal dan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa padanya.

"Aku baik-baik aja, jangan khawatir."

"Gimana gak khawatir, kamu sering seperti itu akhir-akhir ini. Kamu kenapa?" Alden menatap Dania dalam, mencoba mencari jawaban dari gadis nya itu.

"Enggak papa kok. Ayo, ntar kesorean kita belajarnya." ujar Dania dan langsung melangkahkan kakinya.

Alden terdiam untuk beberapa saat, akhirnya ia juga melangkahkan kakinya. Alden merasa heran, Dania yang awalnya seolah merasakan sakit tiba-tiba saja bisa kembali normal seperti itu.

"Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan, Dania?" batin Alden.

Setibanya di rumah Dania, mereka duduk di taman rumah Dania. Dania membuka laptopnya dan belajar bersama Alden.

"Dania, kamu sudah pulang nak?" ujar ibu Dania yang tiba-tiba menghampiri. "Eh, ada Alden juga. Lagi belajar ya?"

"Iya, Ma. Baru aja pulang." ujar Dania.

 "Iya tante. Dania minta saya untuk menemaninya belajar." ujar Alden sopan.

"Tante senang kamu di sini. Kalo gitu, tante tinggal sebentar ya. Lanjut aja dulu belajarnya." ujar ibu Dania sambil melangkah pergi.

Alden dan Dania mengangguk bersamaan lalu kembali belajar bersama. Alden merasakan ini adalah kesempatan emas untuk bisa belajar lagi. Walaupun sebelumnya ia selalu belajar sendiri dengan mengandalkan ponselnya.

Di sela-sela belajarnya, Alden menoleh ke arah Dania. Rasa khawatir masih menyelimuti hatinya. Ia memicingkan mata, mencari kejanggalan pada Dania.

Dania terlihat baik-baik saja, tidak seperti sebelumnya. Alden menghela nafas, berharap Dania tidak menyembunyikan apapun darinya.

"Makasih ya, Al udah temenin aku belajar hari ini." ujar Dania setelah beberapa jam belajar.

"Sama-sama. Aku juga senang bisa belajar bareng. Aku balik dulu ya, Dania." ujar Alden sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Iya Al. Hati-hati ya." ujar Dania lembut dan dibalas senyuman oleh Alden. Alden pun melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah Dania.

Dania melangkahkan kakinya ke dalam rumahnya dan langsung menuju kamarnya. Tak berapa lama, setelah ia keluar dari kamarnya, ia melihat seorang dokter yang sedang berbicara dengan ibu Dania.

Dania tidak mendengar begitu jelas percakapan antara dokter dan ibunya. Tapi, ia mencoba untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh ibunya dan dokter itu.

"Hasil pemeriksaan awal menunjukkan adanya kelainan pada sel darahnya. Tapi, belum bisa dipastikan apa penyakit yang ia derita. Kita memerlukan waktu untuk mengetahui penyakitnya secara pasti."

Dania mengernyitkan dahi, ia tidak tahu siapa yang dimaksud oleh dokter itu. Ia bingung, tapi juga penasaran siapa dan apa maksud dari percakapan itu.

Sementara di sisi lain, Alden yang baru selesai mandi langsung membantu ibunya membuat kue untuk berjualan besok.

"Hari ini buat kue apa Bu?" tanya Alden sambil memandangi bahan-bahan kue yang sudah disiapkan ibunya.

Ibunya menjelaskan tentang kue-kue yang akan dibuat hari ini. Mereka berdua bekerja sama dengan perbincangan santai yang menghangatkan suasana.

Saat sedang membuat kue, tiba-tiba saja ada pesan masuk dari seseorang yang tertera di layar ponselnya.

"Bro, lo dimana? Bisa ketemu?" Alden hanya membacanya sekilas tapi pesan itu berhasil membuatnya heran dan juga terkejut.

^^^Bersambung...^^^

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!