NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menahan Diri

"Apa yang dia ucapkan barusan? Aku mencuri ciuman pertamanya?Huh, sok suci banget dia." Anggara melempar kemejanya ke sembarang arah.

Sudah di kamar mandi.

Gemricik air yang jatuh dari gagang shower mengingatkanya pada kajadian beberapa menit lalu. Manis, bahkan masih terasa lembutnya sentuhan bibir Lyana. Tanpa sadar Anggara mengusap bibirnya sendiri.

"Ah sial, kenapa harus Lyana." Anggara mengusap kasar wajahnya.

Perbedaan usia Lyana dengan Anggara yang terpaut jauh membuat Anggara justru menganggap Lyana sudah seperti adiknya sendiri. Namun perasaan apa ini? Anggara mulai terpancing dengan perkataan Lyana barusan tentang ciuman pertama. Benarkah?

Sementara Lyana menggerutu sepanjang jalan. Langkahnya terhenti di depan kamar Reno, kemudian di bukanya perlahan. Terlihat Bi Nina sedang menemani Reno bermain.

Bi Nina adalah baby sister Reno dari mulai Reno Bayi sampai sekarang berusia Enam tahun. Dia yang paling paham tentang Reno dan Anggara. Usia Bi Nina sekarang sudah kepala Empat lebih

"Tante ... Ayah masih marah? " Reno berlari menghampiri Lyana. Matanya mendongkak ke atas mencari jawaban.

" Enggak sayang, Ayah enggak marah kok. Ayah cuma ...," bayangan ciuman itu muncul lagi .

"Cuma apa?" Reno menggoyangkan tangan Lyana penasaran.

Cuma nasehatin Tante aja kok," Lyana mensejajarkan tubuhnya dengan Reno. Reno menghambur dalam pelukan Lyana.

" Maafin Reno ya tant, tadi maksa-maksa pengen teh manis. Habis tenggorokan Reno dari tadi kayak gatel gitu.

"Oh iya? Coba Tante lihat. " Bocah berusia Enam Tahun itu membuka mulutnya.

"Ah iya Reno, merah. Nanti Tante mintain Obat sama Ayah ya." Lyana mengusap rambut Reno pelan. Kemudian duduk di sebelah Bi Nina.

" Mas Anggara kalau menyangkut Anak emang keras Mbak, jangan di ambil hati ya, tapi dia aslinya baik kok." ucap Bi Nina sambil membereskan mainan Reno.

"Iya Bi, Aku tahu kok tapi kadang dia suka berlebihan. Aku enggak suka . Apa-apa di bilangnya enggak sehat. Apa-apa enggak boleh. Apa-apa marah. Padahal kan bisa ngasih tahu secara baik-baik. Hmm ... kalau aku enggak lihat Reno yang udah Aku anggap seperti anak sendiri mungkin aku udah enggak tinggal di sini lagi Bi.

"Sabar ya Mbak, nanti ...," Suara ketukan menghentikan obrolan mereka. Pintu terbuka , Anggara sudah selesai mandi, rambutnya masih basah.

"Ly, tolong buatkan aku kopi. " perintahnya singkat.

Deg.

"Dia denger nggak ya obrolanku tadi sama Bi Nina. Ah, bodoh nya kau Ly ." rancau Lyana dalam hati.

"Iya kak. " Lyana beranjak mengikuti Anggara.

*

Malam mulai larut, angin menyapa pipi Lyana yang sedang berdiri di Balkon kamar. Dingin, rambut panjang Lyana ikut terombang-ambing angin malam. Pandanganya beralih melihat beberapa bintang di langit seolah mereka menyapa.

"Kamu belum tidur?" Anggara mendekat. Kali ini sepertinya mood Anggara dalam keadaan baik.

"Belum ngantuk , kak ," jawab Lyana singkat tanpa menoleh.

"Maaf soal yang tadi. " ucap Anggara sambil menatap pohon mangga yang mulai berbuah itu

"Eh. Apa?" Lyana terheran.

"Iya kak enggak apa-apa lagian aku yang salah udah bikinin Reno teh manis."

Sekarang Lyana bisa melihat wajah Anggara. Heran, padahal sukanya marah-marah tapi tetap tampan.

"Bukan yang itu, tapi yang ini, " Jarinya mengusap lembut bibir Lyana.

"Benar itu ciuman pertamamu?" tanya Anggara untuk memastikan.

"Ah apaan si. Malah bahas ciuman pertama," Lyana membuang mukanya melihat pepohonan yang daunya bergoyang karena angin.

"He em. " kepalanya mengangguk.

"Lihat aku, " Anggara menarik dagu Lyana. Mata mereka bersitatap, detak jantung keduanya mengeras seolah terdengar sampai telinga.

"Apa sih kak. Aku tidur dulu ya. " Lyana menepis tangan Anggara dan berlalu. Suasana sudah tidak aman buat jantungnya.

"Hah. Jadi beneran itu ciuman pertamanya. Jadi Aku yang pertama ? Senangnya. Eh." sorak Anggara, bibirnya tersenyum tipis.

Anggara mulai menerima pernikahanya dengan Lyana. Perlahan, satu bulan dua bulan bahkan satu tahun terlewati begitu saja. Hatinya bergetar sewaktu tidak sengaja mendengar obrolanya dengan Bi Nani.

"Aku kira, memberimu tugas mengasuh Reno membuatmu jengah dan ingin segera terlepas dari pernikahan ini. Tapi Aku salah, kamu justru menikmatinya. Apa tadi? menganggap Reno seperti anakmu sendiri? Baru kali ini aku salah membaca situasi. " batin Anggara berkecamuk.

Anggara mengusap wajahnya kasar, Dia mengikuti Lyana masuk ke dalam kamar. Pintu kaca itu tertutup, Anggara menarik kain Gorden berwarna Abu-abu itu dan mengempaskan tubuhnya ke kasur.

"Ly, " Panggil Anggara pelan sambil mengusap lengan Lyana.

"Aku tahu kamu pura-pura tidur kan," Kini Anggara bersandar pada tepi ranjang.

"Apa sih, kalau kak Gara mau bahas soal ciuman tadi aku enggak mau dengar. " Lyana menarik selimutnya rapat sampai keatas kepala.

"Hahaha kamu malu ya atau mau lagi?" Anggara tergelak, dia sengaja menggodanya.

Diam, Lyana memilih diam menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Ly, padahal aku mau ngomong penting loh soal Naurah" ( brand gamis milik Lyana).

" Apa?" Berhasil. Lyana menyibak selimutnya dan ikut bersandar.

"Soal Naurah aja kamu semangat ." nyengir, Lyana memperlihatkan senyum manisnya.

"Mau coba aku promoin di IG?" tanya Anggara pelan.

"Mau banget lah, Kak Gara kan dokter selebram terkenal jutaan orang yang follow kakak. Termasuk aku salah satunya. " Lyana nyengir lagi.

"Ah iyakah? Siapa nama IG mu? " Anggara mengambil ponsel dan mulai menjelajah logo kotak berwarna pink itu.

"Mana kok enggak ada?" jarinya menggeser nama-nama followernya. Di ketiknya Nama Lyana namuk tidak muncul juga.

Lyana mendekat dan ikut menujuk Nama yang tertera pada layar.

"Lolilolyy_ana". Anggara tersenyum kecil, suara detak jantungnya tiba-tiba mengeras. Lengan mereka saling menempel. Lyana yang menyadari itu segera menarik diri menjauh dari Anggara.

"Kenapa?" tanya Anggara. Kedua bola mata itu bertemu saling mengadu. Lagi-lagi bibir mungil itu menggangu pandanganya.

"Enggak apa-apa, aku takut kak Gara marah karena terlalu dekat." ucapanya terbata. Benar selama ini mereka tinggal satu rumah bahkan satu kamar tidur namun seperti berjarak. Asing. Baru kali ini Lyana merasa lebih sering ngobrol sama suaminys.

"Maaf. Kemarilah, jangan takut. " Anggara tiba-tiba meretangkan tangan kananya

"Eh apa maksudnya?" batin Lyana.

Namun tanpa banyak bertanya Lyana mendekat.

Grep . Anggara merangkul lengan Lyana.

"Sudah aku follback ya, " Anggara mengusap rambut Lyana.

"Apa?"

"Ini. Katanya kamu follow aku."

"Eh iya terimakasih kak."

"Caranya?"

"Cara apa?" tanya Lyana bingung.

"Cara berterimakasih yang baik."

Loading. Ayo pikirkan caranya Lyana. Apa yang kau lihat jakunya yang naik turun. Aaaaaa.

Mata Lyana mengerjap. Cup. Anggara mengecup bibir Lyana yang mulai terbuka.

"Kak Gara ! " Reflek Lyana memukul lengan Anggara.

"Kamu mulai berani sama aku?" Anggara mendekatkan wajahnya ke Lyana.

Takut, sekarang Lyana takut Anggara marah.

Lyana menggeleng. Wajahnya menciut, Anggara benar-benar menyeramkan.

"Mulai sekarang jadilah istri yang baik. Mengerti?"

Lyana mengangguk tanpa berani menatap Anggara yang tersenyum penuh arti.

Anggara menarik dagu Lyana dan mulai menciumnya perlahan. Bibir atas Lyana berhasil dia lumat bergantian dengan bibir bawahnya sampai nafas keduanya tersengal . Lyana yang biasanya cuma lihat orang ciuman dari drakor kini benar-benar melakukan adegan itu.

Anggara yang sudah berpengalaman tentu tahu apa adegan selanjutnya. Kini, dia tidak bisa menahan diri lagi.

.

.

.

.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!