NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:512
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Yang Terbagi

Malam turun di lembah, pasukan mendirikan tenda dengan hati-hati. Api unggun menyala di sepanjang barisan, tapi ketakutan masih terasa. Semua tahu bayangan bisa menyusup kapan saja, ke tubuh siapa saja.

Edrick duduk di dalam tendanya bersama Alden, Selene, dan Rowan. Ashenlight tergeletak di meja kayu, cahayanya berdenyut perlahan, seolah mendengar percakapan mereka.

“Aku melihatnya dengan mataku sendiri,” kata Selene, suaranya tegas tapi penuh kegelisahan. “Rowan memancarkan cahaya. Tidak sebesar milikmu, tapi itu nyata.”

Rowan menunduk, kedua tangannya gemetar. “Aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya… menolak suara itu. Aku berteriak, dan tiba-tiba cahaya muncul.”

Edrick menatapnya dalam-dalam. “Api biru seharusnya hanya terikat pada Ashenlight. Tapi kalau kau bisa menyentuhnya tanpa pedang ini…” Ia berhenti, menimbang kata-katanya. “Mungkin api itu bukan sekadar milik satu orang.”

Alden mengerutkan kening. “Kalau benar bisa menyebar, maka kita punya senjata yang lebih berbahaya dari pasukan mana pun. Tapi juga lebih berbahaya untuk dirusak.”

Selene menambahkan, “Dan kau tahu apa artinya, Edrick. Dewan akan menganggapmu semakin berbahaya. Mereka tidak akan membiarkan cahaya itu keluar dari kendali.”

Edrick berdiri, menatap api unggun di luar tenda. Cahaya merah api bercampur dengan kilatan biru dari pedangnya.

“Ayahku ingin aku jadi alat. Dewan ingin aku jadi pion. Bayangan ingin aku jadi musuh. Tapi kalau cahaya ini bisa lahir di hati orang lain… mungkin aku tidak sedang membawa senjata. Mungkin aku sedang membawa kebangkitan.”

Rowan menatapnya, wajahnya masih pucat. “Tapi bagaimana kalau cahaya ini sama berbahayanya dengan bayangan? Bagaimana kalau kita tidak bisa mengendalikannya?”

Ashenlight bergetar pelan, seolah menjawab keraguan itu. Edrick meletakkan tangannya di gagang pedang.

“Maka kita akan belajar. Bersama. Karena jika api ini benar-benar warisan… aku tidak akan membiarkan siapapun menggunakannya sebagai rantai. Ini harus jadi obor.”

Di luar tenda, prajurit-prajurit yang masih terjaga berbisik satu sama lain. Mereka membicarakan kilatan cahaya Rowan.

Dan tanpa mereka sadari, bisikan itu mulai menyebar ke seluruh barisan: bahwa api biru tidak lagi hanya milik seorang pangeran… tapi mungkin milik semua orang yang berani menolak bayangan.

Angin malam membawa suara bisik-bisik di sepanjang barisan tenda. Api unggun menyala, pedang dipoles, dan luka diperban, tapi di balik semua itu ada percakapan yang sama, berulang dari mulut ke mulut.

“Aku mendengarnya sendiri,” kata seorang prajurit muda, matanya berbinar. “Rowan memancarkan cahaya biru, bukan hanya pangeran!”

“Tidak mungkin. Api itu hanya milik pedang pusaka.”

“Tapi aku lihat dengan mata kepalaku! Tombaknya berkilat, membakar bayangan seolah-olah ia memegang pedang itu sendiri!”

Semakin lama, semakin banyak yang percaya. Api biru tidak lagi jadi legenda yang jauh ia kini jadi kemungkinan.

Di dalam tenda komando, Alden menyampaikan laporannya dengan wajah serius.

“Rumor itu menyebar lebih cepat dari yang kuduga. Pasukan semakin bersemangat, tapi… mereka mulai menaruh harapan yang berbahaya. Mereka percaya siapa saja bisa menyalakan api biru.”

Edrick menatap peta di hadapannya. “Apakah itu berbahaya, Alden? Atau justru yang mereka butuhkan?”

“Semangat bisa jadi kekuatan, tapi juga bisa jadi bumerang,” jawab Alden. “Jika mereka mencoba dan gagal, rasa putus asa bisa menghancurkan barisan lebih cepat dari pedang musuh.”

Selene menyilangkan tangan, tatapannya menusuk. “Kau tidak bisa mengendalikan rumor, Edrick. Tapi kau bisa memilih bagaimana kau merespons. Kau bisa menyangkal, atau kau bisa membiarkannya tumbuh.”

Edrick terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Kalau cahaya itu benar-benar bisa menyentuh hati manusia lain, menyangkal hanya akan membuatku jadi pembohong. Lebih baik aku membiarkan api itu menyebar dan memastikan mereka tahu, api ini bukan hadiah, melainkan pilihan.”

Sementara itu, jauh di dalam istana Arvendral, Lady Corvane menerima kabar dari mata-matanya.

“Api biru menyebar seperti penyakit,” lapor seorang kurir dengan suara bergetar. “Prajurit mulai percaya mereka bisa memilikinya juga. Mereka memuja Pangeran Hale bukan hanya sebagai pewaris, tapi sebagai pembawa obor.”

Corvane menatap jendela gelap, bibirnya menekuk. “Obor bisa menyinari jalan… atau membakar hutan. Jika dia membawa api itu ke rakyat, kita semua akan terbakar habis.”

Lord Fenric, yang duduk di kursi samping, tersenyum tipis. “Maka kita harus meniup api itu sebelum menjadi kobaran. Biarkan mereka percaya sebentar, lalu biarkan mereka patah ketika obor itu padam.”

Di lembah, malam semakin sunyi. Rowan berbaring di tendanya, matanya terbuka lebar. Bisikan bayangan masih mengganggunya, tapi di balik itu ada bisikan lain: suara prajurit yang menyebut namanya dengan hormat.

Ia berbisik pada dirinya sendiri, “Kalau aku bisa, meski hanya sebentar… mungkin orang lain juga bisa.”

Dan dengan itu, benih harapan terus tumbuh bukan hanya di hati Edrick, tapi di seluruh barisan pasukan yang bersiap menantang kegelapan.

Fajar ketiga sejak mereka meninggalkan Arvendral, kabut tebal menyelimuti perbatasan timur. Pepohonan menjulang seperti bayangan bisu, dan udara dipenuhi keheningan yang terlalu sempurna.

Edrick menunggang di barisan depan, mata awas menyapu medan. Rowan berjalan di samping, menunduk seakan mendengarkan sesuatu yang hanya bisa ia dengar.

“Terlalu sepi,” bisik Rowan. “Bahkan burung tidak berkicau. Bayangan ada di sini… tapi bukan hanya mereka.”

Ketika pasukan memasuki celah sempit antara dua tebing, suara denting besi tiba-tiba menggema.

Panah berkilat menukik dari atas tebing. Puluhan prajurit tumbang dalam sekejap.

“Serangan!” teriak Alden, mengangkat perisainya.

Dari balik kabut, pasukan manusia muncul bersenjata dengan lambang Arvendral sendiri. Mereka bukan bayangan, tapi prajurit kerajaan.

Selene memandang ngeri. “Mereka orang kita!”

Seorang ksatria bertopeng maju dari barisan musuh. Suaranya dingin saat bergema di celah.

“Dewan memutuskan kalian tidak boleh melangkah lebih jauh. Pasukan ini tidak dikirim untuk melawan bayangan, tapi untuk menghentikanmu, Pangeran Hale.”

Edrick memicingkan mata, menggenggam Ashenlight. “Jadi mereka lebih takut pada obor kecil ini daripada pada kegelapan yang menelan dunia?”

“Obor bisa dibunuh lebih mudah daripada malam abadi,” jawab ksatria itu, sebelum memberi aba-aba.

Pertempuran meledak di celah perbatasan. Prajurit Edrick terhimpit, terpaksa melawan saudara mereka sendiri. Panah terus menghujani dari atas, dan kabut membuat mereka buta.

Ashenlight menyala biru, membakar jalan di tengah kekacauan. Edrick berteriak, “Bertahan! Mereka salah! Bayanganlah musuh kita, bukan darah kita sendiri!”

Tapi suara ksatria musuh membalas dengan lantang, “Bayangan ada dalam dirimu, Hale. Dan aku akan membuktikannya dengan pedangku!”

Rowan mendengar bisikan lebih keras dari sebelumnya, hampir memekakkan telinga. Ia jatuh berlutut, menutup telinganya, lalu menjerit. Dari tombaknya, kilatan biru kembali menyambar, menembus kabut seperti mercusuar.

Cahaya itu membuat pasukan Edrick kembali berani. Mereka bersorak, mengangkat pedang, dan melawan balik dengan kekuatan baru.

Namun, dari atas tebing, Lady Corvane mengamati dengan wajah datar.

“Lihatlah,” katanya pada Fenric yang berdiri di sampingnya. “Api biru benar-benar menyebar. Tapi semakin terang ia menyala, semakin besar bayangan yang tercipta.”

Fenric tersenyum dingin. “Maka biarkan ia bersinar. Saat waktunya tepat, kita akan memadamkannya dan semua yang percaya padanya akan ikut hancur.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!