Agatha Aries Sandy dikejutkan oleh sebuah buku harian milik Larast, penggemar rahasianya yang tragis meninggal di depannya hingga membawanya kembali ke masa lalu sebagai Kapten Klub Judo di masa SMA.
Dengan kenangan yang kembali, Agatha harus menghadapi kembali kesalahan masa lalunya dan mencari kesempatan kedua untuk mengubah takdir yang telah ditentukan.
Akankah dia mampu mengubah jalan hidupnya dan orang-orang di sekitarnya?
cover by perinfoannn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Friend or Foe?
Agatha bergeming, seolah jam di tangannya selalu tahu. Jika pikirannya terbesit tentang masa depan, maka dia akan kembali ke masa depan. Namun, jika pikirannya tenang, jarum jam di tangannya terus bergerak dengan semestinya.
Ia mulai mengatur nafas mencoba menenangkan diri, perlahan cahaya biru dari jam tangannya pudar dan sirna ketika Agatha mampu mengendalikan emosinya.
Esok harinya di sekolah.
Esok harinya di sekolah, langkah Agatha terhenti di koridor. Angga menepuk pundaknya keras-keras dari belakang, membuyarkan lamunannya. “Bro, dipanggil kepala sekolah. Katanya, loe disuruh ke ruangan sekarang.”
Agatha mengangguk singkat. Tanpa banyak bicara, ia berbelok menuju ruang kepala sekolah. Pemandangan di dalam ruangan itu cukup mengejutkan. Dua orang polisi duduk berhadapan dengan kepala sekolah. Kehadiran Agatha di ambang pintu membuat kedua polisi itu menoleh.
“Bapak polisi ini ingin mencari informasi terkait kejadian yang menimpa Leo kemarin,” jelas kepala sekolah, mempersilakan Agatha masuk.
Agatha mengangguk, memasang wajah tenang. Ia siap menjawab pertanyaan apa pun.
“Apakah kamu mengenal ketiga orang ini?” Salah seorang polisi menyodorkan tiga lembar foto. Wajah-wajah preman yang melakukan penganiayaan terhadap Leo.
“Tidak, Pak. Saya tidak mengenal mereka,” jawab Agatha dengan nada meyakinkan. “Saat itu, saya baru saja pulang dari rumah Leo. Tiba-tiba, mereka bertiga datang menghadang jalan dan langsung mengeluarkan senjata tajam.” Agatha memberikan informasi seperlunya, menyembunyikan fakta bahwa Reza adalah dalang di balik penyerangan itu. Ia butuh bukti yang lebih kuat sebelum menuduh.
“Baik,” ucap polisi itu, mengangguk-angguk. Ia tampak percaya dengan keterangan Agatha. Setelah bertukar pandang dengan rekannya, ia bangkit dan meminta izin untuk meninggalkan ruangan.
Kabar penganiayaan yang menimpa Leo menyebar dengan cepat di sekolah. Apalagi, kehadiran polisi membuat para siswa semakin penasaran dengan kejadian sebenarnya.
“Bro, katanya pelakunya udah ditangkap. Tapi, mereka bilang bukan suruhan siapa-siapa,” ujar Angga, berjalan di samping Agatha.
“Iya, aku tahu,” jawab Agatha singkat.
“Terus, kita bakal butuh satu orang lagi buat gantiin Leo. Sensei Ryu bilang, sudah menemukan pengganti Leo.”
Agatha menoleh, menatap Angga dengan tatapan menyelidik. “Reza?”
“Betul, Bro. Reza kan memang jago. Tahun lalu dia juga menang ngalahin sekolah sebelah. Sudah tepat sih menurut gue. Malah, aku kira Reza terpilih pas awal seleksi. Biasanya kan loe yang ngajuin namanya kalau ada kompetisi,” jelas Angga panjang lebar.
“Seharusnya gue lakuin itu.” Rasa bersalah kembali menghantui Agatha. Ia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Leo.
Di dalam kelas, Reza memberikan tatapan sinis ketika matanya bertemu dengan mata Agatha. Ada sorot kemenangan di sana, seolah ia berhasil mengungguli Agatha dalam segala hal.
“Loe tarung sama siapa?” Angga mendekat ke arah Reza, menepuk pipi Reza yang terlihat lebam dan hidungnya bengkak. “Siapa yang berani mukul loe?”
Reza diam, enggan memberitahukan siapa pun bahwa lebam itu adalah hasil dari tinju Agatha. Ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di depan orang lain.
Sejak saat itu, hubungan antara Agatha dan Reza semakin renggang. Keduanya saling menghindar dan membuang muka setiap kali bertemu. Aura persaingan semakin terasa di antara mereka.
—------------------------------------------------------
Di gymnasium, Sensei Ryu mengumumkan bahwa Reza akan menggantikan posisi Leo dalam turnamen judo yang akan diadakan dua minggu lagi. Para siswa menyambut keputusan itu dengan antusias. Selama ini, kemampuan dan teknik Reza memang diakui sebagai yang terbaik kedua setelah kapten tim judo, Agatha.
Latihan pun dimulai. Empat orang atlet, termasuk Agatha dan Reza, akan mewakili sekolah dalam turnamen tersebut. Suara ki-ai, teriakan semangat para judoka, menggema di seluruh ruangan.
Agatha berdiri di tengah matras, mengamati setiap gerakan Reza dengan seksama. Ia melihat ada ambisi yang membara di mata Reza, keinginan untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik. Agatha tahu, Reza akan menjadi lawan yang tangguh, bukan hanya di atas matras, tetapi juga di luar arena pertandingan.
Setelah latihan usai, keduanya bertemu di ruang ganti. Tatapan mereka bertemu, dan seringai sinis terukir di bibir masing-masing.
“Gue nggak ngelakuin itu. Preman itu bukan suruhan gue,” ucap Reza, berusaha memecah keheningan yang mencekam di antara mereka.
Agatha hanya diam, tak menggubris. Ia segera melepas judogi nya dan menggantinya dengan seragam sekolah. Pikirannya berkecamuk, mencoba mencerna semua informasi yang ia dapatkan.
Melihat Agatha tak menyahut, Reza mendekat dan meninju loker tepat di depan mata Agatha. Tindakan itu membuat Agatha tersentak dan mendorong lengan Reza, merasa terancam.
“Loe pikir gue picik, gara-gara gue nggak lolos seleksi bakal berbuat kaya gitu!” Nada suara Reza meninggi, menunjukkan emosi yang terpendam.
“Bukannya kamu memang selalu licik?” Agatha menoleh ke arah Reza, menatapnya dengan tatapan dingin. Ia tahu betul watak Reza, sahabat yang telah ia kenal selama tiga tahun.
Agatha tahu betul seluk-beluk kelicikan Reza. Reza selalu menggunakan berbagai cara untuk tampak unggul, baik di sekolah maupun di dunia judo. Ayahnya, seorang pengacara hebat dan sukses, selalu menuntutnya untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Tekanan dari sang ayah membuat Reza melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Di masa lalu, Agatha selalu membiarkan Reza lolos seleksi dan mengajarinya segala teknik judo yang baik. Ia ingin Reza mampu menunjukkan kehebatannya pada sang ayah. Namun, semakin lama Agatha menutup mata terhadap kecurangan Reza, semakin besar pula rasa bersalah yang menghantuinya di masa depan.
Di masa depan, Agatha melihat Reza menjadi seorang pengacara yang culas, memanfaatkan kelemahan orang lain untuk kepentingannya sendiri. Ia tidak ingin hal itu terjadi. Ia harus menghentikan Reza sebelum semuanya terlambat.
“Aku akan cari tahu. Jika memang preman itu adalah suruhanmu, aku pastikan kamu akan mendapatkan hukuman yang setimpal!” ancam Agatha, matanya memancarkan tekad yang kuat.
Reza menyeringai, meremehkan ancaman Agatha. Ia mendorong bahu kanan Agatha dengan kuat saat keluar dari ruang ganti, menunjukkan bahwa ia tidak takut sedikit pun.
Ketika berada di luar ruang ganti, Agatha melihat Rena berdiri di depan pintu. Rena tersenyum manis pada Agatha, mencoba mencairkan suasana.
“Ries, jalan yuk!” ajak Rena, tangannya terulur untuk merangkul Agatha.
“Aku sibuk,” jawab Agatha dingin, menarik tangannya kuat-kuat hingga terlepas dari rangkulan Rena. Ia tidak ingin terlibat dalam drama percintaan yang rumit. Apalagi di masa depan, Rena hanyalah seorang istri yang suka berselingkuh.
“Ih, loe kenapa sih, Ries? Aneh banget. Loe marah sama gue? Biasanya juga kita nonton bareng, jalan bareng,” Rena mengikuti langkah Agatha, berusaha mencari tahu apa yang salah.
“Kamu ngajak Reza aja. Aku ada urusan,” jawab Agatha ketus.
“Ih, nggak banget. Gue nggak suka sama Reza. Sukanya sama loe. Loe aneh deh. Dulu loe ngejar-ngejar gue, sekarang gue udah sayang loe jauhin gue. Loe mainin hati gue,” gerutu Rena, menarik tangan Agatha kuat-kuat, menunjukkan kekecewaannya.
“Udah deh, Ren. Aku udah nggak ada minat sama kamu. Lagian, kita nggak ada hubungan apa-apa selain teman,” suara Agatha sedikit lantang, membuat beberapa murid menyorot ke arah mereka. Ia tidak ingin memperpanjang masalah ini.
Mendengar ucapan Agatha, Rena merasa malu dan sakit hati. Ia menatap Agatha dengan wajah kesal, lalu berbalik dan pergi, meninggalkan Agatha.
“Aku ingin Reza mendapatkan Rena, dengan begitu dia akan tahu bagaimana wanita licik itu mempermainkannya di masa depan.”
Agatha bertekad akan membuat Reza yang akan menikahi Rena di masa depan, sehingga dirinya tidak terjebak dalam kepalsuan cinta Rena.
Bersambung.
eh itu jmnya nyla lgi sprt waktu dia mau pergi ke masa lalu ya .
ada apa iti?