Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aldi dan Pak Jo
“Perhatian semuanya tolong berhenti sebentar!” Seru Pak Jo kepada semua orang di dalam kelas
Pak Jo memberikan wejangan agar selalu berhati-hati dan membaca doa setiap mau mulai kegiatan. Pak Jo juga mengingatkan agar selalu fokus dan jangan sampai melamun. Semuanya mengangguk setuju
“Perkenalkan ini kak Aldi, kakak kelas kalian. Kalau ada yang liat penampakan langsung hubungi Aldi” Seru Pak Jo.
Aldi diberikan sebuah HT (Handy Talky) untuk berkomunikasi dengan semua panitia. Rupanya Aldi di sini bekerja sebagai salah satu pengawas agar acara berjalan lancar. Ines sendiri bertugas sebagai korlap menemani Aldi dan Pak Jo. Sebenarnya dirinya takut untuk keliling dan memantau situasi, tapi karena ada Aldi rasa takut seakan menghilang diganti dengan semangat membara. Mereka bertiga kini duduk di atas tikar di depan kelas.
Aldi menyalakan sebatang rokok lalu menghembuskan asapnya ke udara. Ines kaget melihat hal yang dilakukan oleh Aldi. Pak Jo memberi isyarat pada Ines dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya.
“Nes jam berapa upacaranya di mulai?” Tanya Pak Jo
“Jam 7 pak, 10 menit lagi”
“Yasudah suruh yang lain siap-siap”
Ines mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua untuk memulai acara perjusa. Sementara Aldi dan Pak Jo tetap duduk santai ngopi dan merokok
“Al nanti bantu saya!, saya ndak kuat kalau sendirian. Saya rasa dukun itu bakal nyerang lagi”
“Berarti bener pak dukun itu biang kerok kesurupan kemarin?”
“Kamu bisa menyimpulkan sendiri” Pak Jo sembari tersenyum.
“Tapi kenapa pak?”
“Dukun itu sebenarnya ngincar makhluk-makhluk di sini”
“Kalau dukun itu ngincer makhluk di sini kenapa harus lukain murid-murid pak?”
“Pastinya biar bisa disembuhin sendiri”
“Lah terus apa tujuannya kalau dia sendiri yang ngirim tapi dia sendiri yang nyembuhin?” Tukas Aldi bingung
“Kepercayaan sekolah”
Kini Aldi baru mendapat benang merahnya, kepercayaan pihak sekolah untuk sang dukun dapat memberikan dukun kebebasan melakukan apapun di sekolah atas dasar penyembuhan atau pembersihan sekolah. Sejujurnya Aldi masih tidak terima perlakuan dukun cabul itu ke salah satu siswi, meskipun dia tak mengenal siswi itu tapi dia punya seorang kakak perempuan. Aldi sangat tidak rela jika perempuan manapun dilecehkan, karena ia pasti memahami kesedihan tiap keluarga saat tahu orang tersayangnya menjadi korban pelecehan.
“Tapi tujuannya bukan hanya buat memperkosa siswi dengan kedok ritual Al” Balas Pak Jo sembari menghembuskan asap ke bawah
Aldi yang sudah geram kini kembali bertanya-tanya.
“Dia pengen nguasai makhluk-makhluk di sini, kamu tau sendiri penghuni sekolah sebanyak apa” Tukas Pak Jo
Si dukun membuat makhluk di sini seolah biang kekacauan bagi pihak sekolah, padahal itu tak lain makhluk utusan si dukun sendiri. Memang agak lain, dia yang ngirim dia sendiri yang nyembuhin. Tunggu, apakah pocong yang ia lenyapkan adalah makhluk suruhan si dukun? Entahlah.
“Tapi kenapa pak kok si dukun ngincer makhluk di sini?”
Pak jo tersenyum
“Dukun itu butuh pasukan Al. Dia ndak akan bisa jalan kalau ndak ada makhluk yang disuruh. Kalau pasukannya semakin banyak ya dia mirip raja yang banyak pengawalnya”
Aldi mengangguk kini paham kenapa sang dukun berambisi menguasai makhluk di sekolahnya. Ia sendiri juga sudah merasakan aura makhluk di sini yang memang negatif. Meskipun begitu genderuwo yang dia temui sepertinya yang paling kuat tapi memliki pola pikir yang bagus sehingga tidak mengganggu.
Kini Aldi memperhatikan Pak Jo, guru muda ini menjadi sosok yang sedikit berbeda dalam situasi ini, ia melihat Pak Jo lebih berwibawa dan bijaksana. Aura yang terpancar juga lebih cerah, ia juga merasakan kehadiran sesosok pria tua menggunakan beskap jawa kuno, kumis putih tipis dengan rambut putih panjang yang menjuntai.
***
Kini waktu menunjukkan hampir tengah malam, jurit malam akan segera dimulai. Agnes salah satu Dewan Ambalan berperan menjadi kuntilanak ia menggunakan gaun putih, wig gimbal serta make up dengan noda darah di wajahnya. Ia berdiam diri di dekat perpustakaan dekat taman sekolah. Gudang belakang dan perpustakaan berada di bagian paling belakang. Gudang di ujung kiri sedangkan perpustakaan berada di ujung kanan.
Suasananya remang-remang karena cuma ada satu lampu yang menyala. Hening, hanya suara gemericik air mengalir di kolam ikan yang berada di taman. Agnes melihat seseorang duduk menghadap kolam membelakanginya. Rambutnya hampir sama gimbalnya dengan wig ia kenakan namun lebih panjang.
“Siapa ya? Rindi? Silvi?” Agnes bertanya dengan mengeraskan suaranya
Sosok tersebut tak menoleh sedikitpun, Agnes mencoba mendekati untuk memastikan siapa yang duduk di sana. Ia berjalan pelan mendekat dengan penasaran. Sosok tersebut kemudian menoleh memperlihatkan wajahnya yang hancur di sebelah kiri, matanya putih sempurna tanpa ada pupil, mulutnya tersenyum lebar seperti Joker mengeluarkan darah hitam yang amat busuk baunya.
Sesosok kuntilanak menampakkan dirinya di depan Agnes kini berdiri memutar badannya menghadap ke Agnes. Gaunnya berwarna putih lusuh ditambah bekas bercak darah dimana-mana. Kini sosok itu melayang mendekat. Agnes sudah tak mampu berlari, kakinya terlampau lemas untuk sekedar digerakkan, Matanya tak bisa berpaling seakan dipaksa untuk melihat terus. Air mata deras membanjiri, Agnes ketakutan setengah mati.
Sementara Aldi yang kini duduk sendirian karena Pak Jo memantau peserta perjusa di lapangan. Aldi merasakan energi negatif asing yang masuk ke dalam sekolah. Ia segera berlari ke pusat energi yang berada di perpustakaan. Benar saja Aldi melihat Agnes mematung ketakutan melihat sosok kuntilanak. Kaki Agnes sebenarnya sudah dikunci oleh Kuntilanak itu sehingga tak bisa digerakkan.
“BANGSAT!!”
Aldi berlari menerjang kuntilanak hingga terjungkal. Leher kuntilanak itu diinjak dan rambutnya dijambak paksa. Berkat kekuatannya, Ia mampu memisahkan kepala dan badan kuntilanak, darah hitamnya mengalir deras akibat luka yang ditimbulkan Aldi. Darahnya meletup-letup di kerongkongan layaknya domba yang baru saja disembelih. Dengan memusatkan tenaga di tangannya Aldi melenyapkan sosok tersebut. Dengan sedikit gerakan tangan, Aldi melepaskan kuncian yang ada di badan Agnes.
“Dek kamu ndakpapa?”
Agnes hanya menggeleng lalu mendekap erat tangan Aldi, ia menangis sejadinya. Aldi menghubungi panitia untuk menjaga Agnes.
Aldi kini jauh lebih waspada, ia berkeliling untuk merasakan energi asing yang mencoba masuk area sekolah.
Gangguan mengendor, jurit malam dilaksanakan dengan lancar. Meskipun banyak peserta yang berteriak histeris Aldi membiarkannya karena ketakutan tersebut berasal dari para panitia yang cosplay jadi hantu.
Berlanjut ke dalam aula, mereka dikumpulkan untuk kegiatan selanjutnya. Saat Pak Jo sedang memberi pidato. Salah satu peserta menjerit histeris.
“AAAAAAAA”
Siswi tersebut tiba-tiba tertawa menggelegar tapi suara yang dikeluarkan parau nan berat padahal tubuhnya sendiri mungil
“Matio kabeh!” Ucap sosok yang merasuki
Gelombang kerasukan menular ke para siswi lainnya ada yang tertawa, menangis, bahkan menantang Pak Jo. Sementara Aldi sendiri sedang berkomunikasi dengan sosok penunggu gudang.
Pak Jo berusaha semampunya menyembuhkan para siswi yang kerasukan namun jumlahnya terlampau banyak. Sepertiga dari siswa dan siswi yang hadir kerasukan berbagai macam makhluk.
Terlihat sosok genderuwo sosoknya mirip sekali dengan pemimpin gudang sekolah namun memiliki empat tangan. Tubuhnya penuh bulu tanpa sehelai pakaian sedang berdiri memantau situasi sembari menyeringai di pojok aula.
Aldi berjalan kembali menuju aula, ia dikawal oleh sosok-sosok penghuni sekolah di belakangnya termasuk sang genderuwo yang menjadi pemimpin di sekolah.
Pertarungan tidak dapat dihindarkan. Genderuwo melawan genderuwo telanjang serta pasukannya. Aldi sendiri fokus menyembuhkan para siswi satu per satu. Tanpa ampun Aldi melenyapkan mereka dengan kasar.
Pak Jo duduk bersila sembari memejamkan mata, sosok yang auranya dirasakan Aldi kini muncul ke permukaan. Leluhur Pak Jo kemudian menaikkan tangannya ke atas menciptakan sebuah kurungan ghaib. Mengurung para siapapun yang ada di dalam sekolah agar tak ada yang bisa keluar setidaknya untuk saat ini.
Kini semua siswi yang kesurupan telah sembuh dan mendapat perawatan. Aldi berlari menerjang salah satu sosok dengan luka bakar di sekujur tubuhnya hingga terpental lalu lenyap. Aldi terus menyerang para pasukan yang dibawa hingga ludes menyisakan pemimpinya yaitu genderuwo telanjang itu sendiri.
“Dugh”
“Duaarr”
“Boom”
Suara dentuman berkali-kali memekakkan telinga. Genderuwo kiriman dukun tersebut kini terpojok. Satu lawan tiga tentu sangat menguntungkan. Leluhur Pak Jo merentangkan kedua tangannya membentuk bola cahaya yang sangat menyilaukan. Bola tersebut kian membesar lalu dilemparkan tepat mengenai musuhnya hingga tubuhnya hancur berkeping-keping lalu lenyap.
Aura negatif perlahan-lahan memudar tanda ia dan Pak Jo telah memenangkan pertarungan. Aldi mengusap keringat didahinya dengan lega.
“AAAKHHHH”
Ines berlari mendekap kuat lengan Aldi, beberapa dewan Ambalan khususnya para laki-laki sepertinya ikut mengalami kesurupan termasuk Hikmal.
“Kak, kok itu masih kesurupan” Ucap Ines ketakutan melihat rekan-rekannya
“Ohhh gampang, Pak tolong siapkan air seember aja” Seru Aldi sambil berteriak
Seketika semua yang kesurupan langsung sembuh.
“Eekheem”
Kode keras dari Pak Jo kepada Ines yang masih memeluk lengan Aldi dengan erat. Sontak Ines menyadari kode itu lalu melepas pelukannya dilanjut salting brutal.
Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁