NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Kelakuan Pasutri

...0o0__0o0...

..."Setelah kamu menodai bibir ku, sekarang kamu menodai mata ku yang masih suci ini, kak." Pekik jingga....

...Langit terkekeh kecil melihat kepanikan istrinya. “Dek, aku baru selesai mandi. Masa itu pun di anggap menodai mata mu ?”...

...Jingga tetap menutup wajah dengan tangan. “Tapi… kenapa kamu keluar dengan keadaan begitu ? Tidak sopan! Aku jadi tidak bisa melihat mu, Kak.”...

...Langit menyilangkan tangan di dada, senyumnya melebar. “Kalau begitu jangan lihat. Tapi dari tadi mata mu sudah sempat memindai aku dari atas sampai bawah, kan ?” godanya....

...Glek..! ...

...Jingga langsung menegakkan tubuh, pipinya memanas. “A-aku tidak sengaja! Itu refleks!” sergahnya....

...“Refleks, ya ?” Langit mendekat satu langkah, tubuhnya masih basah beraroma sabun. “Kalau begitu aku juga bisa bilang, tadi aku mencium bibir mu itu… refleks.”...

...“Kak!” Jingga bersuara lirih, separuh protes separuh malu. Ia memalingkan wajah, jantungnya berdegup tak karuan....

...Langit tersenyum miring, lalu meraih handuk di kursi dan menyampirkannya di bahu, seolah ingin meredakan suasana. “Sudahlah, ayo kita sholat. Biar hatimu tenang, biar aku juga tenang. Hasratku… sudah cukup membuat ku banyak istighfar malam ini.”...

...Jingga berdehem, berusaha mengembalikan ketenangan. Ia merapikan sajadah, namun diam-diam matanya kembali mencuri pandang ke arah suaminya yang masih bertelanjang dada....

...Saat pandangan mereka sempat bertemu, Jingga buru-buru menunduk....

...“Jangan-jangan Kak Langit sengaja keluar begitu untuk menguji aku, ya ?” katanya lirih sambil cemberut....

...Langit tertawa pelan. “Kalau aku jawab iya, kamu marah ?”...

...“Jelas marah!” Jingga meraih mukena, menutupi wajahnya yang merona. Tapi senyum tipis tak bisa ia sembunyikan....

...Langit menghela napas panjang, matanya melembut. “Dek… aku lelaki biasa. Tapi aku akan berusaha menahan diri. Karena aku tidak mau mendekati mu hanya karena nafsu. Aku ingin kau benar-benar siap.”...

...Suasana hening sesaat. Jingga terdiam, hatinya bergetar oleh kejujuran itu....

...Jingga meraih mukena, lalu buru-buru berdiri. Ia mengambil sesuatu di atas tempat tidur—baju koko putih dan sarung yang sudah ia lipat rapi sejak tadi....

...“Kak…” panggilnya pelan sambil menunduk, wajahnya masih merah. “Aku sudah siapkan pakaian sholat untuk mu. Dari tadi… sebenarnya aku menunggu mu untuk memakainya.”...

...Langit tertegun. Matanya melembut melihat lipatan baju di tangan kecil istrinya itu. “Kamu… sengaja menyiapkan ini untukku ?”...

...“Ya. Kan istri seharusnya begitu, kan ?” jawab Jingga dengan suara nyaris berbisik, lalu menunduk lebih dalam. “Tapi kalau kakak nggak mau pakai, nggak apa-apa.”...

...Langit mendekat, menerima lipatan baju itu dari tangannya. Jari mereka sempat bersentuhan, membuat Jingga refleks menarik tangannya cepat-cepat....

...“Dek…” Langit menatapnya serius, senyumnya tipis. “Bukan hanya bibirmu yang manis, tapi hatimu juga. Terima kasih sudah menyiapkan ini. Kamu tahu, sekecil apa pun perhatian mu, itu berarti besar buat aku.”...

...Jingga mengerjapkan mata, kaget mendengar kata-kata itu. Pipinya makin panas, ia buru-buru memalingkan wajah. “Kak ini… ngomongnya bikin aku salah tingkah.”...

...Langit terkekeh pelan, lalu melangkah ke arah gantungan untuk mengenakan pakaian sholat yang sudah di siapkan istrinya. ...

...Sesekali ia masih melirik Jingga yang pura-pura sibuk merapikan sajadah, padahal hatinya dag-dig-dug tak karuan....

...Langit mengenakan baju koko putih dan sarung yang sudah di siapkan istrinya. Setelah itu ia melangkah mendekati sajadah yang sudah di bentangkan Jingga. Wangi sabun dari tubuhnya masih samar tercium, bercampur dengan aroma kain bersih yang dipakai....

...“Sudah siap, Dek ?” tanyanya lembut....

...Jingga mengangguk cepat, lalu berdiri di samping suaminya. Hatinya masih berdebar, tapi ia berusaha menata niat, menenangkan diri. Malam itu ia ingin benar-benar beribadah bersama....

...Langit mengangkat tangan, mengucap takbir. Suaranya berat namun tenang, membuat hati Jingga ikut bergetar. Ia berdiri di belakangnya, mengikuti gerakan sholat dengan khusyuk....

...Setiap bacaan ayat yang meluncur dari bibir Langit, terdengar jelas di telinga Jingga. Ada getaran berbeda, seolah bukan hanya imam yang membacanya, tapi juga seorang suami yang menuntun istrinya menuju Allah....

...Ketika mereka sama-sama sujud, Jingga menahan isak kecil di tenggorokannya. "Ya Allah, apa ini jalan-Mu untuk mendekatkan kami ?" batinnya lirih....

...Sholat tahajud itu terasa panjang dan penuh makna. Hingga akhirnya, usai salam, Langit menengadahkan tangan. Jingga pun mengikutinya....

...“Aku berdoa,” suara Langit pelan, “semoga rumah tangga kita di penuhi rahmat. Semoga aku bisa menjadi suami yang adil, semoga kau pun menjadi istri yang shalihah. Dan semoga Allah menanamkan cinta di hati kita… perlahan tapi pasti.”...

...Jingga menggigit bibir bawahnya, menahan gejolak yang sulit di jelaskan. Ada haru, ada malu, ada sesuatu yang hangat menyelinap di dadanya....

...Selesai berdoa, Langit menoleh padanya. Senyumnya lembut, jauh berbeda dari godaan nakal beberapa menit lalu. ...

...“Terima kasih sudah menunggu ku, Dek. Kalau saja aku sholat sendiri, mungkin rasanya tidak akan sesyahdu ini.”...

...Jingga menunduk dalam-dalam, wajahnya memerah. “Aku juga… senang bisa sholat bersama Kak Langit.”...

...Untuk pertama kalinya, ucapan itu keluar tanpa paksaan. Dan Langit bisa merasakan, malam itu sesuatu dalam hati istrinya mulai bergeser sedikit demi sedikit....

...Selesai melipat sajadah, Jingga duduk bersila sambil menunduk. Wajahnya masih sembab bekas isak lirih saat sujud tadi....

...Langit memperhatikannya beberapa detik, lalu ikut duduk di sampingnya. “Dek…” panggilnya pelan....

...Jingga menoleh sekilas, lalu buru-buru menunduk lagi. “Iya, Kak ?”...

...Langit menarik napas dalam. “Aku tahu, malam ini mungkin terasa aneh bagi mu. Dari ciuman itu… sampai aku membuat mu ‘terpaksa’ menutup mata waktu aku keluar dari kamar mandi.” Ia terkekeh kecil. “Tapi aku ingin kau tahu, aku bukan suami yang hanya mengejar hasrat.”...

...Jingga terdiam. Hatinya bergetar mendengar kejujuran itu....

...“Aku laki-laki, Dek. Normal kalau aku punya rasa ingin. Tapi aku juga ingin menahan diri. Aku ingin mendekati mu… dengan cara yang benar. Dengan sabar. Dengan cinta yang tumbuh dari hati, bukan dari paksaan.”...

...Jingga menggigit bibir bawahnya. Tangan mungilnya meremas ujung mukena. “Kak…” suaranya lirih, “aku tidak mengerti banyak tentang rumah tangga. Tapi aku… ingin belajar. Kalau Kak Langit sabar menuntun ku, aku akan berusaha.”...

...Langit menoleh, menatap wajah polos itu. Bibirnya terangkat tipis. “Itu sudah cukup membuat ku bahagia, Dek.”...

...Hening sebentar. Lalu, tiba-tiba Langit mencondongkan tubuh, menyentuh pucuk kepala Jingga dengan lembut. Tangannya mengusap rambut di balik mukena, gerakannya penuh sayang....

...Jingga terkejut, jantungnya berdetak kencang. “Kak…?”...

...“Ini,” ucap Langit pelan, “adalah bentuk cintaku yang paling sederhana. Doaku, semoga kau merasa aman bersama ku. Itu lebih penting dari pada hasrat yang tadi hampir menguasai aku.”...

...Jingga menunduk semakin dalam, wajahnya memerah padam. Tapi di sudut bibirnya, ada senyum tipis yang sulit ia sembunyikan....

...Malam itu, mereka tidak lagi sekadar suami-istri dalam ikatan kontrak. Ada benih kehangatan yang mulai tumbuh, perlahan namun pasti....

...0o0__0o0...

...“Sudah, Dek. Sekarang kita tidur, ya. Aku juga mau tidur,” ucap Langit lembut....

...Ia berbaring di samping istri kecilnya. Namun Jingga segera menaruh guling sebagai pembatas di antara mereka. Gadis polos itu memang belum siap menerima hubungan suami-istri....

...Langit hanya bisa menggeleng pelan. “Kamu belum siap… karena kamu belum mencintaiku, Jingga,” batinnya....

...Ia pura-pura terlelap agar Jingga ikut tertidur, khawatir gadis itu telat bangun untuk kuliah esok pagi. Tapi begitu merasakan napas istrinya mulai teratur, Langit membuka kembali kedua matanya....

...Melihat wajah polos Jingga yang terlelap, hatinya mendadak di liputi sesal. “Jika melihat mu begini, aku benar-benar menyesali perbuatan Nesya terhadap mu, Dek. Semoga suatu hari nanti, Nesya tidak pernah menyesali keputusannya sendiri,” batin Langit....

...Tatapannya tak lepas dari wajah teduh sang istri. Jingga terlihat begitu cantik, polos, dan memikat. Siapa yang bisa tahan berhadapan dengan wanita secantik itu ? Terlebih, dia adalah istrinya sendiri. ...

...Nafas Langit mulai memburu, gejolak dalam dirinya sulit di kendalikan....

...“Astaghfirullah…” desisnya, menelan ludah kasar....

...Langit bangkit duduk, berusaha menetralkan perasaan yang terus bergolak. Namun pandangan-nya kembali jatuh pada bibir tipis Jingga yang merah alami....

...“Bolehkah aku mencicipinya lagi ? Salah atau tidak, ya ?” gumamnya pelan, bimbang....

...“Jangankan hal lebih, mencium saja kan berpahala… dia istriku yang sah. Lagi pula, dia tertidur.” lirihnya, seakan menenangkan diri....

...Perlahan, Langit kembali mendekat. Setelah sekali-dua kali bibirnya menyentuh bibir Jingga, Langit merasa candu. Hasratnya kian sulit di tahan. Ia memiringkan kepalanya, semakin mendekat—...

...Tiba-tiba mata Jingga terbuka lebar. Terbelalak, ia mendapati wajah suaminya hanya sejengkal dari dirinya....

...“Aaaaa…!” ...

...Teriak Jingga panik sambil mendorong dada Langit hingga pria itu terhempas ke sisi ranjang. Gadis itu buru-buru bangkit, tubuhnya gemetar....

...“Apa yang mau Kakak lakukan ? Kakak mau KDRT, ya ?!” tanyanya dengan nada penuh waspada....

...Langit tercekat, menelan ludahnya kasar. “Dek… aku cuma—”...

...“Itu...Kenikmatan dalam rumah tangga kan ?” ucap Langit akhirnya, berusaha jujur....

...“Bukan! Itu kekerasan dalam rumah tangga!” sahut Jingga dengan suara meninggi....

...“Astaghfirullah… tidak, Dek. Kamu jangan suudzon,” jawab Langit cepat, menatapnya penuh kesungguhan....

...Langit terdiam, mencoba menahan diri agar tidak semakin menakuti istrinya. Nafasnya masih sedikit memburu, tapi ia memaksa dirinya tenang....

...“Dek, aku suami mu. Kakak nggak akan pernah menyakiti mu,” ucapnya pelan, menundukkan kepala....

...Namun Jingga tetap berdiri dengan tubuh gemetar, memeluk erat ujung selimut seperti tameng. “Tapi… wajah Kakak barusan dekat banget. Aku kaget… aku takut.”...

...Langit menghela napas panjang. Perlahan ia berdiri, menjaga jarak. “Aku minta maaf. Tadi Kakak khilaf. Bukan maksud menakuti mu. Kakak cuma…” ia terhenti, menatap dalam ke arah istrinya, “…cuma kagum lihat kamu tidur. Kamu terlihat begitu damai.”...

...Tiba-tiba Jingga menggeleng cepat, wajahnya pucat. Ia melangkah mundur sambil terus memeluk selimut di dadanya....

...“Aku… aku nggak mau dengar lagi. Jangan mendekat, Kak!” suaranya bergetar, nyaris histeris....

...Langit spontan maju setapak, mencoba menenangkan. “Dek, tunggu dulu. Kakak bisa jelasin—”...

...Namun Jingga sudah berlari menuju kamar mandi sebelum Langit sempat menyelesaikan kalimatnya. Pintu ditutup keras, suara kuncinya terdengar jelas....

...Langit terhenti di tempat, terdiam menatap pintu kayu yang memisahkan mereka. Napasnya memburu, dadanya sesak....

...“Astaghfirullah… apa aku salah lagi ?” batin Langit, mengusap wajahnya dengan kedua tangan....

...Di balik pintu, Jingga menempelkan punggungnya ke dinding kamar mandi, tubuhnya bergetar hebat. Ia menggenggam dada, mencoba menenangkan debaran jantungnya....

...Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Antara takut, bingung, dan perasaan asing yang tak mau ia akui....

...Malam itu berakhir dengan keheningan—dua hati sama-sama resah, terpisah oleh pintu, oleh rasa yang belum mampu mereka jembatani....

...0o0__0o0...

1
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
Baskom Majikom
berada di posisi sulit 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!