Winda Happy Azhari, seorang penulis novel yang memakai nama pena Happy terjerumus masuk bertransmigrasi ke dalam novel yang dia tulis sendiri. Di sana, dia menjadi tokoh antagonis atau penjahat dalam novel nya yang ditakdirkan mati di tangan pengawal pribadinya.
Tak mampu lepas dari kehidupan barunya, Happy hanya bisa menerimanya dan memutuskan untuk mengubah takdir yang telah dia tulis dalam novelnya itu dengan harapan dia tidak akan dibunuh oleh pengawal pribadinya. Tak peduli jika hidupnya menjadi sulit atau berantakan, selama ia masih hidup, dia akan berusaha melewatinya agar bisa kembali ke dunianya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Pangeran Lewis
"Terima kasih atas tawaran kalian yang begitu baik, tetapi aku datang agak terlambat ke acara ini. Jadi aku akan duduk di meja lain." Ucap Elizabeth.
Para wanita itu mengangguk sedih.
"Benarkah? Sayang sekali." Ucap mereka.
Elizabeth menunjukkan senyum hangatnya kepada mereka.
"Jika ada waktu lain, aku ingin sekali duduk bersama kalian lain kali." Ucap Elizabeth.
"Kami akan menyediakan tempat untukmu, Nona Elizabeth." Ucap mereka.
Elizabeth membungkuk sebelum pergi.
"Terima kasih banyak. Silakan nikmati waktu kalian sekarang." Ucap Elizabeth.
Dia lalu duduk di sebuah meja yang agak berjarak dengan meja-meja lain yang di sekitarnya terdapat para wanita.
"Acara ini berlangsung berapa lama?" Tanya Elizabeth lirih pada Alex yang tengah menuangkan teh untuknya.
"Sampai sore, Nona." Jawab Alex.
"Lama sekali. Ini juga masih pagi." Ucap Elizabeth.
Setelah duduk sejenak, tiba-tiba dia mendengar suara-suara. Elizabeth mendongak, dan melihat banyak ksatria dan para pria dari keluarga bangsawan bersiap-siap berburu. Beberapa wanita berdiri dari tempat duduk mereka dan menawarkan sapu tangan yang telah mereka sulam kepada orang-orang yang mereka sukai.
Elizabeth tak menghiraukannya dan diam-diam menyesap tehnya sebelum terdengar teriakan keras. Dia sedikit mengernyit sambil meletakkan cangkirnya.
"Mengapa mereka berteriak seperti hendak dibunuh?" Tanya Elizabeth.
"Nona, tolong jangan mengatakan hal-hal seperti itu dengan lantang. Sepertinya seseorang dikelilingi oleh banyak wanita." Ucap Alex.
"Siapa?" Tanya Elizabeth.
Elizabeth mencoba melihat melalui kerumunan wanita yang mengelilingi pria di tengah itu. Lalu dia melihat warna rambut yang familiar. Matanya terbelalak ngeri sebelum kembali menatap Alex yang juga penasaran siapa orang itu.
"Yang Mulia Pangeran," bisik Alex di telinga Elizabeth.
Elizabeth mengerutkan kening bingung.
"Tapi bukankah Yang Mulia Pangeran biasanya tidak hadir?" Ucap Elizabeth bingung.
"Saya juga berpikir begitu Nona!" Jawab Alex dengan suara agak terlalu keras.
Elizabeth menyadari tatapan Pangeran Lewis padanya. Wajahnya memucat sebelum dia segera kembali menatap tehnya dan menyantap hidangan penutup di atas meja.
'Tolong jangan datang ke sini. Tolong jangan datang ke sini. Tolong jangan datang ke sini.!' ucapnya dalam hati.
Doa-doa yang dipanjatkannya tidak membuahkan hasil karena sebuah bayangan menutupi mejanya dan dia mendengar bisikan-bisikan keras dari para wanita lain.
"Halo Nona Elizabeth, sungguh kejutan yang menyenangkan melihatmu ada di sini." Ucap Pangeran Lewis.
Elizabeth ingin menangis saat itu juga.
Mengabaikan Pangeran Lewis adalah hal yang sia-sia dan akan terkesan kasar, terutama karena dia bagian dari keluarga kerajaan. Jika Elizabeth mengabaikannya, dia bisa dituntut atas tuduhan menyinggung keluarga kerajaan. Sambil memaksakan senyum, Elizabeth menatap Pangeran Lewis.
"Halo Yang Mulia Pangeran, sungguh mengejutkan melihat Anda di sini hari ini. Bukankah biasanya Anda tidak menghadiri acara ini?" Ucap Elizabeth.
Pangeran Lewis duduk di kursi di seberang Elizabeth.
"Aku ingin datang kali ini, siapa sangka aku bisa bertemu denganmu. Kebetulan sekali." Ucap Pangeran Lewis terkekeh.
Elizabeth memaksakan tawa dari tenggorokannya.
"Ya, sungguh kebetulan." Balasnya.
Dia tak ingin Alex meninggalkannya, jadi dia menarik lengan baju Alex ke bawah meja agar tak seorang pun bisa melihatnya. Elizabeth bisa merasakan tatapan Alex sejenak sebelum kembali menatap Pangeran Lewis yang duduk di hadapannya.
"Bukankah seharusnya Yang Mulia bersiap-siap untuk berburu?" Tanya Elizabeth berharap Pangeran Lewis mengerti bahwa dia ingin dibiarkan duduk sendiri.
Pangeran Lewis melihat arlojinya dan mengangguk.
"Ya, aku harus pergi dan bersiap untuk berburu." Ucap Pangeran Lewis.
Elizabeth menghela napas lega saat Pangeran Lewis berdiri dan hendak pergi. Namun dia berhenti sejenak dan berbalik menghadap Elizabeth.
"Jika aku mendapat hadiahnya, apakah kamu akan mengabulkan permintaanku?" Ucap Pangeran Lewis.
"Apa Yang Mulia Pangeran yakin bisa menang?" Jawab Elizabeth.
Pangeran Lewis menyeringai kecil sebelum pergi.
Elizabeth bersandar di kursinya dan menatap Alex.
"Aku mulai menyesali caraku menciptakannya." Ucap Elizabeth.
"Ah, aku lupa." Imbuhnya.
Dia melepaskan pegangannya pada Alex dan meletakkan tangannya kembali di pangkuannya.
Tak lama kemudian perburuan pun dimulai dan setiap wanita mengobrol dan bertanya-tanya siapa yang akan mendapatkan hadiah utama untuk acara ini. Meskipun mejanya tidak dekat dengan meja lainnya, Elizabeth masih bisa mendengar celoteh yang berasal dari meja-meja itu.
'Begitu banyak gosip dan sebagian besar dari kita belum mencapai kedewasaan.' ucap Elizabeth dalam hati.
"Nona Elizabeth,"
Dia mendengar seorang wanita memanggil namanya.
"Apakah Anda ingin bermain beberapa permainan dengan kami?" Tanyanya.
Elizabeth tersenyum dan berdiri dari mejanya.
"Tentu saja." Jawab Elizabeth.
Sepanjang acara, Elizabeth bermain game dengan para wanita lain di acara tersebut untuk menghabiskan waktu. Kemudian, terdengar teriakan keras yang menarik perhatian semua orang.
"Perhatian.... Yang Mulia Pangeran Lewis telah memenangkan hadiah utamanya!!"
Banyak wanita mulai membicarakannya, bersemangat melihat siapa yang akan dipilih sang pangeran. Wanita-wanita yang bermain game dengan Elizabeth pun tak berbeda.
"Hei hei, menurutmu siapa yang akan dipilih Yang Mulia Pangeran?"
"Wanita itu akan sangat beruntung!"
"Apa pendapatmu Nona Elizabeth?"
Elizabeth sedang melamun sampai dia mendengar namanya disebut. Setelah kembali fokus, dia menjawab dengan acuh tak acuh.
"Ya, wanita itu pasti sangat beruntung." Ucapnya.
Dengan cepat tanpa membiarkan siapa pun memperhatikan, dia menoleh ke Alex dan berbisik kepadanya.
"Mungkin sebaiknya kita harus pergi sekarang." Ucap Elizabeth.
"Bagaimana dengan Yang Mulia Pangeran?" Tanya Alex.
Elizabeth melotot padanya.
"Siapa yang peduli padanya dan permintaannya? Aku punya firasat buruk tentang permintaannya itu. Kita harus cepat pergi." Ucap Elizabeth.
Dia berbalik menghadap para wanita, dia berdiri dan membungkuk.
"Maafkan aku, tetapi aku harus pergi sekarang." Ucap Elizabeth.
"Oh begitu, semoga perjalananmu kembali ke rumah aman, Nona Elizabeth."
"Terima kasih." Balas Elizabeth.
Elizabeth hanya mampu melangkah satu langkah sebelum sebuah suara berbicara padanya yang memaksanya menghentikan langkahnya.
"Mau ke mana, Nona Elizabeth? Apa kau lupa perjanjian kita?"
Dia dengan kaku menoleh ke Pangeran Lewis.
"Tentu saja tidak, Yang Mulia Pangeran..." Ucap Elizabeth dengan tersenyum paksa.
Pangeran Lewis tersenyum padanya.
"Maukah kau mendengarkan permintaanku?" Ucap Pangeran Lewis.
"Apakah saya punya pilihan?" Tanya Elizabeth.
"Tidak," jawab Pangeran Lewis dengan riang.
Pangeran Lewis menggenggam tangan Elizabeth erat-erat. Alex menyadari betapa Elizabeth berusaha keras untuk menahan diri.
Elizabeth meliriknya.
'Jangan berani-berani tertawa,' seolah Elizabeth berkata hanya dengan tatapan matanya.
Alex berdeham dan kembali memasang wajah seriusnya seperti biasa. Pangeran Lewis tidak menghiraukannya dan terus berbicara.
"Karena aku telah memenangkan hadiahnya, Nona Elizabeth, aku ingin kau menjadi pasanganku untuk pesta dansa yang akan kuhadiri minggu depan." Ucap Pangeran Lewis.
Bersambung...