NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:394
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB VIII BARA MAYAT

Begitu obor dinaikan, orang-orang kerdil itu saling berebutan panggangan mayat itu, semua mengoyak koyak tubuh mayat itu, dengan rakusnya, orang-orang kerdil itu makan dengan lahap, bahkan sisa daging di tulang pun tak luput dari gigitan makhluk itu. Tubuhnya kecil tapi bertaring panjang, kepalanya penuh dengan rambut panjang, kuku-kukunya hitam, lidahnya menjulur ibarat lidah ular, kulitnya coklat kehitaman. Sabdo hanya diam sambil menahan muak, tiba-tiba, pada bahu kanan Sabdo terasa ada yang memegang, begitu Sabdo menoleh, betapa kagetnya Sabdo, ternyata makhluk kecil tadi salah satunya berada di sisi Sabdo, hatinya penuh ketakutan, matanya sedikit melotot penuh kengerian, makhluk kini di sisi Sabdo, ia menyeringai dan giginya itu runcing serta ada taring panjang, mata makhluk itu penuh dengan darah dan nanah, Sabdo sedang melihat bentuk makhluk itu, dari balik giginya, keluar darah hampir menetes, dari balik giginya tampak belatung-belatung kecil sambil bergeliat , baunya begitu anyir, amis dan busuk.

Sabdo hampir tak bisa bergerak, apalagi di bahu Sabdo ada beberapa belatung yang merayap mendekati leher, Sabdo akhirnya menepis belatung itu, tapi belatung itu pecah, kontan saja memancarkan cairan yang amat busuk, kemudian belatung satunya akan Sabdo tepis juga, namun wajah makhluk itu mendengus dekat sekali sama wajah Sabdo, ia bergidik lalu tak bisa jalan, semua kaku, kini Sabdo ibarat patung, belatung-belatung itu berjalan di bahu Sabdo menuju leher juga bagian tubuh lain. Hampir saja Sabdo mau kencing di celana, belatung-belatung itu kini banyak berjalan di tubuh Sabdo.

Saat itu Sabdo sudah tidak tahan lagi, sementara makhluk itu terus merangsek ke tubuh Sabdo, ia tidak bisa bergeser sedikitpun, hampir ia pingsan, ia berusaha untuk bangkit, namun tenaganya ia tak punya, bahkan kini ia hanya mampu untuk bernafas saja. Terasa pada diri Sabdo, runcingnya gigi kecil itu begitu dingin, bahkan terasa gigi itu akan menusuk kulitnya, tetapi pada saat kritis itu, tampak sinar putih menukik ke arahnya, dan " duuuaarr" sosok kecil itu terlempar ke sisi jauh dari Sabdo, tubuhnya menggelepar lalu diam.

Hati Sabdo merasa pulih tenaganya, kini ia akan bangkit, tetapi .....pergelangan kakinya terasa ada cengkeraman kuat, ia melupakan untuk bangkit, ia menengok ke arah kakinya, tampak jari-jari kecil berkuku panjang itu dengan kuatnya mencekal kaki Sabdo, ia tidak bisa merontah, sementara kulit makhluk itu mengeluarkan hewan sejenis laba-laba kecil, hewan itu berjalan ke tubuh Sabdo, terus berjalan hingga jumlah ribuan, nafas Sabdo semakin sesak, ia hanya bisa pasrah, ingin ia bangkit, namun tak berdaya. Matanya hanya menatap langit. Tiba-tiba, sinar putih menghantam sesuatu di bawah tubuh Sabdo, terpentallah sosok kecil itu hingga menabrak bebatuan dan hancur di bebatuan itu, semua laba-laba tadi lenyap entah kemana.

Kini Sabdo mampu untuk berdiri, namun kedua tangannya ada yang menarik, ia melirik ke tangannya, tampak dua sosok itu bergelayut ke tubuhnya, sosok itu merangkak naik ke tubuh Sabdo, dengan susah payah Sabdo ingin lepas dari sosok itu, namun sia-sia ia lakukan. Kedua sosok itu terus merangkak naik hingga tepat di leher Sabdo, saat leher itu akan digigit oleh sosok itu, tiba-tiba, sinar putih itu menghantam kedua tubuh sosok kecil itu, keduanya terlempar hingga meledak saat jatuh ke tanah. Dalam diri Sabdo kini ia bebas, dan akan keluar dari semak itu, ia mendengar suara gemuruh suara langkah kaki, lalu ia menoleh ke belakang, tampak di belakang sana puluhan sosok kecil itu, bahkan ratusan sosok kecil itu mengejar Sabdo, sosok itu lari sambil mulutnya menganga seakan akan ingin memakan Sabdo.

Akhirnya Sabdo lari sekuat tenaga, semak-semak yang ada di situ ia lewati sampai tubuhnya penuh goresan kecil dan berdarah. Ia lari terus agar bisa keluar dari kejaran makhluk itu. Sementara itu sejengkal lagi ratusan makhluk itu akan menangkap Sabdo, saat itulah suara ledakan besar menggelegar, dan tercium bau menyengat bau kulit terbakar. Makhluk kecil itu semuanya menjadi gosong. Perasaan Sabdo begitu lega, ia melanjutkan untuk keluar dari semak, namun di depan sana tampak sosok orang berjongkok telah menghadangnya. Sabdo tertegun sesaat, ia memandang sosok itu membawa sebuah pedang yang sudah berkarat, tubuhnya seperti kerbau, di kepala sosok itu ada cula seperti banteng, matanya merah, kepalanya berbulu seperti kuda, mulutnya memiliki gigi-gigi runcing yang siap untuk mengoyak tubuhnya. Sabdo terdiam, dan ia memandang sosok itu.

Makhluk bungkuk itu berjalan ke arah Sabdo, pedangnya di angkat tinggi lalu tubuhnya melesat ke atas, sambil mengayunkan pedang hitamnya itu, ia mendengus dan terasa angin sabetan pedang itu. Sabdo kini sadar, dirinya akan jadi korban makhluk itu, hingga ia mengambil posisi menghindar dan menyerang. Makhluk itu kembali melesat, kali ini Sabdo sudah siap membalas dengan pukulan, dan di saat yang tepat, entah sudah berapa kali makhluk itu melesat, saat itulah sinar putih melesat dengan sangat menyilaukan, dan.....duuuuuarrr...terdengar ledakan di udara. Makhluk itu terjatuh dengan kondisi gosong. Sabdo memandang sekeliling untuk mencari datangnya sinar itu, tapi sia-sia belaka. Kini ia harus kembali ke gubuknya, dengan penuh lelah, perih di tubuhnya, ia berjalan dan terus berjalan. Hingga di depan sana tampak lampu lentera memancar cahaya nya.

Sabdo akhirnya duduk terdiam di teras gubuknya, ia menoleh melihat Kundil tidur dengan nyenyak. Baru saja ia akan melangkah, tiba-tiba Permadi datang di hadapan Sabdo.

" Apakah ki sanak tadi mendengar suara ledakan berkali-kali di sana ?" tanya Permadi.

" Iya ki sanak, siapa yang melakukan itu, andakah ki sanak ?" Sabdo balik bertanya.

" Tidak tahu ki sanak, saya hanya mendengar, bahkan orang-orang yang lagi ronda juga mendengarnya," kata Permadi.

" Lantas siapa ki sanak ?" tanya Sabdo

Keduanya saling pandang, Sabdo menggelengkan kepala, sementara Permadi juga bingung, siapa yang berbuat seperti itu. Permadi mengira Sabdo yang melakukan, tapi Sabdo sendiri penuh luka akibat semak-semak tadi. Sabdo memendang Kundil, tapi tak mungkin, ia terlelap dalam tidurnya dari sore tadi. Sabdo dan Permadi juga orang-orang ronda merasa bingung juga. Akhirnya mereka pulang karena perlu istirahat.

Pagi itu, Sabdo masih tertidur akibat semalam ia berjuang untuk selamat, Kundil melihat banyak luka di tubuh Sabdo . Ia mengambil dedaunan untuk mengolesi tubuh Sabdo, pada akhirnya seluruh tubuh Sabdo sudah diolesi semua. Sementara Kundil berjalan ke arah Sabdo muncul dari arah semak-semak tadi dan ia hilang dari pandangan Permadi yang sengaja mengawasi gerak gerik Kundil sejak bangun tadi. Permadi yakin bahwa semalam yang mampu mengeluarkan suara ledakan itu adalah Kundil. Tubuh Sabdo yang penuh luka dan goresan akibat semak-semak kini sempurna. Sabdo terbangun dan memandang tubuhnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!