Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar bahagia
Tap..
Tap..
Tap..
Heri melangkahkan kakinya dengan cepat dan berharap segera sampai di ruangan Ziva.
Saat mendengar sang menantu tak sadarkan diri, Heri buru-buru pergi sampai meninggalkan Mara yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
Heri sangat khawatir, ia pun berjalan terburu-buru untuk melihat kondisi Ziva saat ini.
"Apa yang terjadi padanya? Kenapa tidak ada yang menghubungiku sama sekali." Gumamnya, sedikit kesal.
Tak lama kemudian...
Ceklek
Heri telah sampai di ruangan Ziva. Saking khawatirnya, ia langsung membuka pintu tersebut tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Ziva!!" Sahut Heri, cukup lantang.
Ziva yang awalnya sedang tertidur pun, akhirnya terbangun karena mendengar suara Heri. Ia benar-benar di kejutkan dengan kedatangan sang mertua dan kebetulan datang di waktu yang tepat.
"Huft.. untung Victor sedang keluar." Gumamnya, menghela nafas.
"Ziva, apa kamu baik-baik saja?" Ucap Heri, menunjukan rasa khawatirnya.
Wanita itu hanya mengangguk pelan menandakan kalau dirinya baik-baik saja. Mendengar sang menantu baik-baik saja, Heri berjalan cepat dan langsung memeluk Ziva.
Greb
"Kenapa tidak ada orang yang memberitahuku.. Aku benar-benar khawatir, sayang."
Blush
Ziva mematung dengan pipinya yang ikut memerah. Kata sayang barusan, membuat jantungnya berdebar kencang atau bisa di sebut salting.
"Aku tidak papa, dad." Ujarnya, membalas pelukan. "Maaf sudah membuatmu khawatir."
Kemudian, Heri mengurai pelukannya, lalu menangkup wajah mungil Ziva. Kedua mata mereka, kini saling beradu pandang. Tatapan mata Heri beralih menatap bibir Ziva dan tak lama kemudian, pria itu langsung mengecupnya.
Cup
Heri benar-benar melahap rakus bibir Ziva. Saking rindunya karena sudah beberapa hari tidak menyentuh wanitanya, Heri benar-benar seperti binatang buas yang sedang kelaparan.
"Hmppphh!"
Merasa sesak, Ziva memukul dada bidang Heri memberi kode kalau dirinya ingin berhenti. Paham akan kode tersebut, Heri dengan cepat melepaskan ciumannya dan beralih menatap Ziva dengan intens.
"Why?"
"Aku mual, dad."
"Ck, kamu alasan saja. Bilang saja kalau kau sudah tidak mau daddy sentuh!" Ujar Heri, sedikit ketus.
Merasa sedikit pusing, Ziva pun memijit pelipisnya lalu berusaha menahan mulutnya agar tidak muntah.
"Hueeekkk!"
Heri terkejut lalu menatap Ziva. "Sayang, kamu kenapa?"
"Aku tidak pa- Hueeekk!!"
Entah apa yang membuat Ziva kembali mual, padahal tadi ia sudah baik-baik saja. Wanita itu mendongak menatap Heri dengan tatapan sayunya.
"Dad, aku hamil."
Degh
"S-serius? Apa kamu sedang tidak bercanda?"
"Ya, aku serius."
Mendengar kabar tersebut membuat Heri sangat bahagia. Bukan tanpa sebab, Heri yakin, jika anak yang ada dalam kandungan Ziva sekarang yang tak lain adalah benih yang sudah ia tanamkan minggu yang lalu.
Greb
Saking bahagianya, Heri kembali memeluk Ziva dan beberapa kali mengecup keningnya. Rasa kebahagiaannya sekarang, benar-benar lebih dari sekedar kejutan baginya.
"Dad.. Aku tidak tahu bayi siapa yang sedang ku kandung saat ini. Bagaimana jika ini anak Victor? Dan bagaimana jika sebaliknya?"
"Suttt.. Tidak papa, mau ini anak Victor atau anakku, aku akan bertanggung jawab dengan menjagamu dengan lebih baik lagi mulai sekarang."
Ziva sedikit lega mendengar ucapan Heri saat ini. Ia merasa cukup tenang dan membuatnya seperti berada di dalam pelukan pria yang tepat.
"Makasih, dad."
"Ya, sama-sama sayang."
Grep
Heri terkejut saat tangan Ziva tiba-tiba menyentuh sesuatu miliknya yang berada di bawah. Heri meringis, apalagi saat Ziva mengelusnya.
"Shhttt.. S-sayang, apa yang kau lakukan, hum..?"
"Dad, sepertinya aku ngidam sesuatu deh, daddy bisa kabulkan tidak?"
"Y-ya.. Tapi, lepaskan dulu itu, jangan menggodaku, sayang..!"
"Kalau begitu, aku ngidam ingin bercinta denganmu, boleh?" Celetuk Ziva.
"Uhukkk!!"