NovelToon NovelToon
Gara-gara Mantan

Gara-gara Mantan

Status: tamat
Genre:Duda / Cintapertama / Berbaikan / Tamat
Popularitas:139.5k
Nilai: 5
Nama Author: nenah adja

"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."

"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.

"Kadal burik," jawab Kanya asal.

"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beri Aku Kesempatan

"Bu Kanya, sudah lama menunggu?"

Kanya menoleh. "Oh, Enggak, saya baru datang. Dengan Pak Candra?" Kanya menjabat tangan pria di depannya.

"Ya, silakan duduk Bu. Jadi gimana soal pinjamannya, Bu?"

Kanya kembali duduk dan membuka berkas yang dia bawa. "Jadi ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi, Pak. Kalau boleh tahu konsepnya ini akan seperti apa ya, Pak?" tanya Kanya basa basi.

"Jadi begini, Bu. Sebenarnya saya cuma pengurus. Pemilik sebenarnya masih dalam perjalanan."

Kanya mengerutkan keningnya. "Tapi, pinjaman ini atas nama anda?"

"Nah jadi begini pemilik barunya belum memiliki kependudukan disini. Dan juga kedepannya saya yang akan mengurus restoran ini. Jadi, saya bertanggung jawab untuk semua urusan restoran dan pinjaman."

Kanya menghela nafasnya. "Ini ribet dong, Pak? Bapak sudah di beritahu sebelumnya mengenai persyaratan pinjaman di Bank kami, kan?"

"Oh iya Bu, pemilik aslinya sudah bicara dengan Pak Wayan. Beliau bilang bisa diatur."

Kanya mendengus dalam hati. Jadi dia hanya sedang menjalani formalitas saja? Tahu, kan yang namanya jalur orang dalam? Semua proses akan berjalan cepat, secepat mobil balap yang sedang melaju di arena. Tapi dari sekian banyak karyawan, kenapa Pak Wayan menyerahkannya padanya? Apalagi jika pinjaman ini lancar, bonus yang di dapatnya akan besar.

"Bapak bilang pemilik aslinya akan datang, kan?"

"Ya, oh ... itu beliau sudah datang." Candra menunjuk ke belakang punggungnya.

"Maaf, saya terlambat." Kanya menoleh dan tertegun saat melihat pria di depannya.

....

"Anya?" Alan melipat bibirnya lalu berdehem. Takut wajahnya tak menunjukkan keterkejutan Alan segera menjulurkan tangannya ke arah Kanya. "Jadi kamu petugas yang akan melakukan survey?" Dan inilah yang Alan katakan tentang pertemuan yang dia rencanakan.

Kanya memicingkan matanya menatap Alan, lalu menghela nafasnya. "Ya, perkenalkan saya Kanya. Jadi anda pemilik sebenarnya?" Kanya menyambut tangan Alan, beberapa saat lalu segera melepaskan. Kanya membuka berkasnya dan melihat kembali data di dalamnya, pura-pura sibuk agar tak menatap wajah Alan. Sementara Alan duduk di depan Kanya tepat di sebelah Candra.

Pria itu duduk tegap di depannya dengan mata tajamnya, dan jangan lupakan wajah datarnya.

Seolah tak terpengaruh Alan hanya menatapnya dengan tenang namun dalam.

"Bu Kanya tadi tanya konsep restoran ini, Pak," ucap Candra. Padahal setelah tahu pemiliknya Alan, Kanya tak ingin tahu lagi.

Ogah!

Alan masih diam menatap Kanya, "Kalau begitu, saya ambil dulu minum buat Bu Kanya, ya." Candra akan beranjak namun Kanya mencegahnya.

"Gak usah, Pak. Saya gak lama. Cuma ada beberapa berkas yang perlu di tanda tangani, setelah itu selesai. Bapak tinggal tunggu pinjaman di ACC."

"Oh, begitu. Tapi kata Pak Wayan bukannya harus detail, ya?"

Kanya mengangguk. "Benar, Pak. Tapi, kalau Pak Wayan bilang bisa itu berarti bisa. Tahu kan, ya Pak. Jalur orang dalam bisa lancar." Kanya terkekeh penuh ejekan. Lebih tepatnya dia sedang menyindir Alan, yang bisa- bisanya melakukan nepotisme.

Kanya menghentikan gerakannya. Apa ini juga alasan Pak Wayan memberinya klien ini? Karena Alan juga yang memintanya?

Kanya mendongak menatap Alan. "Kalau gitu, Pak Candra saya bisa minta kopi hitam satu?" ucapnya dengan masih menatap Alan. Sepertinya pembicaraan mereka memang akan panjang.

"Bisa Bu." Candra akan beranjak namun Alan mencegahnya.

"Jus saja, jangan kopi!" Candra terdiam, dengan mengerjap ke arah Kanya seolah sedang bertanya.

"Saya maunya kopi hitam tanpa gula, Pak Candra. Tolong!" Kanya membantah.

"Lambung kamu bisa kena, Kanya." Kanya mendengus dengan memutar matanya malas. Apa peduli Alan.

"Kopi hitam atau enggak sama sekali." Alan hanya menggerakkan kepalanya hingga Candra benar-benar pergi.

Melihat itu Kanya semakin mendengus. Sialan! Si Alan sedang menunjukkan jika hanya dengan gerakan kepala saja Candra akan menurut.

"Konsep restoran ini akan kami buat sangat friendly, namun juga ramah keluarga. Bukan hanya untuk anak muda tapi keluarga juga bisa datang dan makan dengan nyaman. Di sebelah sana akan ada arena bermain anak sementara orang tuanya makan dengan tenang, anak- anak bisa bermain dengan layanan pengawasan dari pegawai yang akan kami sediakan sebagai free service, kemudian..." Kanya tertegun. Matanya terpaku pada Alan yang sedang menjelaskan konsep restorannya.

Bisa- bisanya dia terpesona pada kemampuan Alan dalam menjelaskan konsep restoran yang akan dia buat.

Kanya mengangguk. "Saya paham. Sebenarnya ini hanya formalitas. Karena anda sudah menjelaskan semua lewat berkas yang anda berikan."

"Anya, restoran ini persis seperti yang kita inginkan dulu. Kamu tidak ingat?"

Kanya mengerutkan keningnya, masih menatap tidak peduli. "Sebenarnya apa mau anda, Pak Alan? Sedang pamer tentang kesuksesan anda? Saya tahu bahkan meski anda tidak melakukan pinjaman, anda bisa membuat bisnis anda sukses dengan uang anda sendiri. Tapi anda memilih jalur merepotkan dengan meminjam uang dengan alasan modal usaha. Karena ada saya di dalamnya?"

"Anya-"

"Bagini saja, katakan hal apa yang ingin anda sampaikan. Selesaikan hari ini dan jangan ganggu saya lagi." Kanya menatap Alan dengan datar.

Alan mengepalkan tangannya, namun raut wajahnya berusaha untuk tetap tenang.

"Kamu benar. Aku memang melakukannya karena ada kamu. Aku hanya tak tahu caranya memulai. Apa harus meminta maaf lebih dulu, atau langsung saja aku jelaskan. Karena itu aku membuat rencana ini, agar bisa bertemu kamu. Karena aku tahu kamu tak ingin bertemu denganku lagi, jika secara langsung."

Kanya mendengus. "Pengecut. Tapi memangnya siapa yang ingin bertemu lagi dengan mantan yang jelas- jelas sudah menyakiti?" ternyata benar dugaannya, Kanya tak menyangka Alan benar-benar melakukan itu hanya karena Kanya bekerja disana.

Alan mengangguk. "Kamu benar. Aku pengecut."

Kanya memutar matanya malas. "Jadi, langsung saja, apa yang ingin anda katakan?"

Alan menarik nafas dalam, lalu menatap Kanya dengan lembut. "Anya aku minta maaf atas kesalahanku di masalalu. Aku menyakiti kamu dengan membatalkan pernikahan kita. Tapi Anya, aku ingin kamu tahu, selama ini aku tidak pernah mengkhianati kamu."

Kanya mengepalkan tangannya erat. Perkataan Alan membawanya kembali pada kesakitan masa lalu. Dimana pria itu menikahi sahabatnya dan berkata 'Bayi itu milikku.' Lalu sekarang dia bilang dia tak mengkhianatinya.

Apa dia waras?

"Lalu?"

"Aku ingin kamu memberi kesempatan untuk aku memperbaikinya. Menjelaskan semuanya, bahwa perasaan aku tetap sama. Aku masih mencintai kamu, Anya."

Kanya tertawa, tawa ejekan yang membuat Alan terdiam.

"Pertama, bagian mana yang kamu bilang tidak mengkhianati aku? Kamu menghamili sahabat kamu, membatalkan pernikahan kita dan menikahinya. Itu bukan pengkhianatan?"

"Lalu sekarang kamu mengatakan untuk aku memberi kesempatan? Kesempatan apa? Kesempatan membuka luka lama yang sudah dengan susah payah aku lupakan? Kamu tahu betapa hancurnya aku dulu?"

"Karena itu aku ingin menebusnya."

1
BundaneAyaFitri
wkwk 😄😄😂😂
BundaneAyaFitri
barusan berasa nyesek....eeehh kok malah kocak jdnya Thor 😄😂
Siti Maulidah
ceritatanya bagus,singkat padat dan jelas /Good//Good//Heart//Heart/
Tety Boreg
kamu jg yg maksa buat anter anya plg si alan..klo anya plg naik taksi kan ga kejadian..
Memyr 67
𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝖻𝗂𝗇𝗀𝗎𝗇𝗀. 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗉𝖺 𝖺𝖽𝗂𝗌𝗍𝗒 𝖽𝖺𝗇 𝖺𝖽𝗂𝗍𝗒𝖺 𝗌𝖾𝗉𝖾𝗋𝗍𝗂 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗇𝖼𝗂 𝖺𝗅𝖺𝗇?
Memyr 67
𝗅𝖺? 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗒𝗀 𝗁𝖺𝗋𝗎𝗌 𝗄𝖾𝗋𝗃𝖺 𝗄𝖾𝗋𝖺𝗌 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝗋𝗂𝗈 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉 𝗍𝖾𝗇𝖺𝗇𝗀? 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝖺𝗅𝖺𝗇 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺 𝖽𝗂𝗌𝗍𝗒 𝖽𝖺𝗇 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺?
Memyr 67
𝖻𝖾𝗋𝗐𝖺𝗃𝖺𝗁 𝖻𝖺𝖻𝗒 𝗉𝖾𝖺𝖼𝖾, 𝖻𝖺𝗒𝗂 𝖽𝖺𝗆𝖺𝗂
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗅𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗆𝖺𝗇𝗀 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝖽𝗂𝗋𝗂
Memyr 67
𝗌𝗂 𝖺𝗅𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋 𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋 𝗌𝗂𝖺𝗅𝖺𝖺𝖺𝗇
ayoe
🥺🥺🥺🥺
Endang Sulistia
bagus Thor
Endang Sulistia
keluarga konyol
Endang Sulistia
yaa ampun...bisa bisanya si om lawak..
Endang Sulistia
Alan bener bener bodoh....keluarganya gila semua...
Endang Sulistia
🤣🤣🤣
Endang Sulistia
CK...dilan mulutmu pedes juga kayak eyang surya
Endang Sulistia
Kanya pinter
Endang Sulistia
lain kali Kanya kasi ta* kucing aja Ama sialan...😤😤😤
Endang Sulistia
Sonya..kau waras???
Endang Sulistia
gpp keturunan yg keberapa...yg penting om Suya Ama Tante masih ada bule bulenya....jadi Kanya Ama Arga kecipratan ..🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!