Anak Genius: Mendadak Jadi Mommy

Rose menghela nafas kasar seraya menyandarkan punggung di sofa. Dia melirik Arkan yang bergantian membubuhkan tanda tangan di surat kontrak tersebut. "Sudah selesai 'kan?" tanya Rose pada Arkan yang meletakkan surat kontrak tersebut ke atas meja.

"Hemm." Arkan hanya menjawab dengan deheman saja, menoleh pada Rose sesaat.

"Kalau begitu aku boleh pulang?" tanya Rose lagi.

"Tidak!" jawab Arkan dengan tegas, dan tidak ingin di bantah.

"Kau akan menginap di sini, sampai besok, karena aku ada urusan penting!" lanjut Arkan seraya mengangkat pergelangan tangan kirinya, melirik jam tangan mewahnya yang melingkar di sana. Waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, dia beranjak berdiri seraya menyambar surat kontrak di atas meja.

"Hei! Kau gila! Aku juga punya urusan sendiri, dan aku tidak bisa menginap di sini!" seru Rose pada Arkan  yang sudah melangkahkan kedua kaki menuju pintu ruang rawat tersebut.

"Ingat surat kontrak yang baru saja kau tanda tangani! Katanya kau adalah orang yang konsisten, tapi kenyataannya ..." Arkan sengaja menjeda ucapannya sambil tersenyum sinis pada Rose yang duduk di sofa menatap tajam ke arahnya.

"Oke!!! Fine!" balas Rose dengan sewot, menggembungkan pipinya dan kedua alisnya mengerut judes, bertanda dia saat ini sedang sangat jengkel pada duda songong itu.

"Good! Aku tinggal dulu. Sus Riri dan bodyguard ada di depan, kalau kau membutuhkan sesuatu, kau bisa bilang sama mereka," ucap Arkan sebelum keluar dari ruangan tersebut.

"HEMMM!!" jawab Rose hanya berdeham keras, melirik Arkan yang sudah menghilang di balik pintu.

"HUH! Kampret! Kenapa aku bisa terjebak dalam situasi menyebalkan ini!" gerutu Rose sambil menaikkan salah satu kakinya di atas meja. "Menjadi mommy-mommyan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Apa jadinya kalau ibu tahu tentang hal ini, bisa-bisa beliau salah paham dan akhirnya menebas leherku." Rose bergidik ngeri sambil memegang lehernya, dan wajahnya mengerut takut saat membayangkan lehernya ditebas oleh ibunya.

Drrttt ... Drrttt ...

Dering suara ponsel di sertai dengan getaran kencang terdengar samar-samar. Rose segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di dalam tas. Pucuk di cinta ulam pun tiba, baru saja dia membayangkan kemarahan ibunya, dan sekarang ibu meneleponnya.

"Mati aku!" Rose menarik nafas panjang sebelum mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, kanjeng ratu," jawab Rose cengengesan ada ibunya yang ada di seberang sana. Rose melekatkan ponselnya di telinga kiri, sambil mencari harta karun di lubang hidungnya.

"Rose! Kenapa nggak pernah telepon ibu lagi! Kamu mau di kutuk jadi batu ya?!!" teriak sang ibu dari ujung telepon sana.

Rose menjauhkan ponsel dari telinganya ketika mendengar teriakan ibunya yang membuat telinganya sakit.

"Maaf, Bu. Rose lagi sibuk sampai nggak sempat telepon kanjeng ratu," jawab Rose dengan suara pelan, di buat sedih.

Kanjeng Ratu adalah nama panggilan sayang yang di berikan Rose untuk ibunya.

"Sekarang kamu di mana? Masih di tempat kerja? Kenapa dari tadi ibu mengetuk pintu kontrakanmu nggak kunjung di buka?!" tanya Ibu Sita pada putrinya.

What?!

Rose melotot lebar ketika mendengar ucapan ibunya.

"I-ibu ada di Jakarta?" tanya Rose terbata.

"Iya! Ibu kangen sama anak wedok, cepetan buka pintunya, ibu capek dari tadi berdiri terus," ucap Ibu Sita dengan nada jengkel.

"I-ya, Bu. Ta-tapi, Rose lagi nggak ada di rumah," jawab Rose ketakutan bercampur gugup luar biasa.

"Mommy ..." rengek Mika sampai terdengar di telinga Ibu Sita.

"Suara siapa itu?" tanya Ibu Sita penasaran dengan suara anak kecil yang memanggil putrinya dengan sebutan 'Mommy'.

***

Wedus = Kambing

Anak Wedok = Anak perempuan