Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.
Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?
Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.
Yuk, simak kisah mereka di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Pusing bikin mual.
Sebulan berlalu sejak malam pesta itu, semuanya tak begitu tenang, hanya saja Nadin lebih terbuka pada cintanya. Sejak saat itu, kehidupan rumah tangga Marvin dan Nadin berjalan damai, meski tetap penuh bumbu kecil, kadang romantis, kadang seperti dua anak kecil yang tak mau kalah.
Namun pagi itu berbeda. Udara sejuk menembus celah tirai besar di kamar mereka. Sinar matahari menelusup lembut ke dinding putih gading, membuat suasana kamar terasa hangat dan tenang.
Marvin baru saja mengenakan dasinya di depan cermin, siap berangkat ke kantor, saat mendengar suara lirih di balik selimut.
“Marvin …”
Nada itu pelan, lemah, hampir tak terdengar. Marvin sontak berbalik.
Nadin duduk di tepi ranjang, tubuhnya membungkuk, satu tangan menekan dada sementara tangan lain menutupi mulut. Wajahnya pucat.
“Nadin?” Marvin segera menghampiri. “Hei, kamu kenapa?”
Nadin mencoba bicara, tapi hanya sempat menggeleng pelan sebelum kembali menunduk. Seketika suara muntah kecil terdengar. Marvin panik, cepat-cepat memegang bahunya.
“Astaga, kamu pusing? Mual ya?”
“Iya … entah kenapa tiba-tiba … kepala muter … perut nggak enak…”
Marvin segera berlutut di depannya, menahan tubuh Nadin yang hampir terjatuh. Dia menarik napas cepat, wajahnya penuh kekhawatiran. Biasanya setiap pagi Nadin cerewet tetapi hari ini tubuhnya begitu lesu dan lemah.
“Kamu duduk aja dulu, aku ambil air, ya?”
Dia bergegas ke dapur, namun baru lima langkah sudah kembali karena tak tenang. Segelas air di tangan hampir tumpah saat ia melihat Nadin masih berusaha berdiri dengan tangan gemetar.
“Hei, hei, jangan bangun dulu!”
“Aku cuma mau ke kamar mandi…”
“Aku gendong aja.”
“Marvin ... aku bisa sendiri...”
Belum sempat protesnya selesai, Marvin sudah mengangkat tubuhnya. Nadin hanya bisa memukul pelan dada suaminya.
“Kamu tuh...”
“Diam, ya. Aku nggak mau lihat kamu jatuh.”
Langkah Marvin mantap, tapi matanya jelas menyiratkan panik yang tak bisa disembunyikan. Ia menurunkan Nadin perlahan di depan wastafel. Setelah Nadin mencuci muka dan menggosok gigi, wajahnya sedikit lebih segar, tapi rona pucat belum hilang.
“Masih pusing?”
“Sedikit.”
Marvin menyentuh keningnya dengan punggung tangan. “Nggak panas sih…”
Ia menatapnya lama. “Tapi kamu kelihatan beda.”
“Beda apanya?”
“Mukamu, biasanya kalau aku mau ke kantor kamu ngedumel. Sekarang malah diem.”
Nadin terkekeh lemah. “Kalau aku diem aja bisa bikin kamu khawatir gini, aku diem terus deh.”
Marvin mendengus kecil, tapi tatapannya tak lepas dari wajah istrinya.
“Kamu udah sarapan?”
“Belum, tadi aku malah pengin muntah waktu cium bau nasi goreng.”
Marvin langsung terdiam. Alisnya terangkat pelan, ada kilat kesadaran yang muncul di matanya.
“Bau nasi goreng bikin kamu mual?”
“Iya, kenapa? Biasanya enak sih … tapi tadi aneh banget…”
Keheningan singkat. Marvin menatap Nadin dari kepala sampai kaki, lalu tatapannya menajam namun disertai senyum samar.
“Nadin…”
“Apa?”
“Kamu … telat nggak?”
Nadin menatapnya bingung.
“Telat?”
“Ya, kamu tahu maksudku.”
Pipinya langsung merona. “Marvin! Jangan ngomong sembarangan deh!”
“Aku serius, Nad. Kamu mual, pusing, sensitif sama bau, terus tadi malam kamu ngantuk lebih cepat dari biasanya.”
Nadin menelan ludah. Ia menunduk, tangan memegang perutnya tanpa sadar.
“Jangan-jangan…”
Marvin tersenyum kecil, matanya melembut tapi sarat harapan.
“Mungkin … doa orang tua kita didengar lebih cepat dari yang kita kira.”
“Kamu yakin?”
“Aku nggak yakin, tapi aku berharap.”
Nadin diam beberapa detik, lalu tertawa gugup.
“Kalau benar, kamu bakal panik duluan atau bahagia duluan?”
“Dua-duanya, panik karena takut kamu kecapekan, bahagia karena … aku akan jadi ayah.”
Marvin menarik napas panjang, lalu menatapnya dalam-dalam.
“Ayo, kita ke dokter hari ini. Aku batalin semua meeting.”
“Marvin, kamu nggak perlu...”
“Aku perlu, karena kalau benar aku bakal jadi ayah, aku mau tahu lebih dulu dari siapa pun.”
Nadin terdiam, di antara pusing dan mual yang masih menempel di tubuhnya, ada hangat yang aneh di dadanya rasa yang sulit dijelaskan.
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍