Kesempatan Kedua

Mereka sudah menikah selama tiga tahun. Dan selama itu tidak pernah terjadi pertengkaran yang berarti antara Raffael dan Rania.

Sepanjang bersama, Raffael yang memang memiliki tujuan bisnis dalam pernikahan ini bukan berarti tidak pernah memberikan perhatian pada istrinya. Di matanya, Rania adalah wanita yang sangat sempurna untuk dijadikan sebagai pendamping. Cantik, memiliki karir yang bagus dan yang terpenting adalah latar belakangnya yang sangat bisa memperkuat pengaruh seorang Raffael Senzio dalam dunia bisnis.

Namun, semua itu tidak bisa mengubah kenyataan. Rumah tangga mereka tetap hampa, berjalan hanya seperti apa adanya tanpa kemajuan yang berarti di antara mereka berdua.

Kini, pria yang berstatus suami dan mengaku dengan sepenuh hati begitu mencintai dirinya itu berlutut di hadapannya, meminta kesempatan untuk bisa menjelaskan kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka.

Rania tertegun, mulutnya sudah terbuka, tapi suaranya tenggelam saat pintu apartemen diketuk. Seseorang datang.

Raffael tak dapat menahan saat Rania beranjak memeriksa siapa yang datang.

Dari balik pintu yang terbuka, senyuman seseorang sudah langsung menyambut Rania.

"Kakak ipar!" pekik wanita cantik itu tertahan, tapi setelahnya ia menutup mulut dan langsung menghambur memeluk Rania. "Aku tidak menyangka kau benar-benar ada di sini, Rania," ucapnya lagi penuh kegembiraan.

Ekspresi yang awalnya dingin itu kini sudah berubah tersenyum kecil, Rania membalas pelukan Sena yang datang tiba-tiba ke apartemennya. Entah dari mana Sena mengetahui jika dirinya sedang berada di New York.

"Sejak kapan kau ada di sini? Kenapa tidak memberi tahuku dan El? Kau bahkan tidak berkunjung ke rumah? Tidak ingin menemui twins?"

Pertanyaan beruntun itu Sena berikan pada Rania yang hanya terkekeh samar.

"Tidak ada yang tahu aku di sini."

Sena mendengus. Perhatiannya teralihkan pada Raffael yang berdiri tidak jauh di belakang Rania. Ia baru menyadari kehadiran pria itu. Sena menunduk, sedikit menyapa Raffael yang juga tersenyum tipis padanya.

Raffael tahu siapa Sena. Karena Sena dan suaminya yang merupakan bagian dari keluarga Raksa, hadir di acara resepsi pernikahan mereka.

Rania dan Raffael saling menatap dengan tatapan canggung. Lebih tepatnya, hanya Raffael yang begitu, sementara Rania jauh lebih tenang.

"Aku akan bersiap ke kantor." Raffael memutuskan memberi ruang pada Rania untuk menerima kunjungan saudaranya. Mereka juga tidak bisa membicarakan tentang gugatan perceraian itu, di saat ada bagian dari keluarga Raksa yang bisa saja mendengarnya.

Melihat Rania yang mengangguk, Raffael langsung masuk ke dalam kamar dan bersiap. Selama pria itu berpakaian, kepalanya penuh dengan satu kalimat yang baru saja Rania ucapkan pada Sena.

"Tidak ada yang tahu aku di sini."

Dan pertanyaan serta reaksi Sena yang terlihat begitu gembira akan keberadaan istrinya. Tapi bukan itu yang menjadi fokus Raffael, melainkan mengingat kembali aroma maskulin yang sempat melekat pada tubuh istrinya.

"Jadi dia bukan bertemu dengan keluarganya?" batin Raffael penuh keheranan. Rahangnya mengeras karena kecemburuan kala memikirkan kemungkinan siapa yang bisa saja Rania temui. Pria lain? Tapi siapa? Selingkuhannya?

Tubuh Raffael menegang. Pikirannya tak hanya diisi dengan permasalahan tentang perpisahan yang Rania lontarkan, tapi ada indikasi orang ketiga? Raffael tidak bisa membiarkan ini terjadi. Ia harus tahu apa yang Rania sembunyikan darinya sebenarnya.

"Ikuti istriku ke manapun dia pergi."

Perintah itu keluar dari sela bibir Raffael, menunjukkan betapa kuatnya keinginan Raffael untuk mengetahui apa yang sebenarnya Rania lakukan tanpa sepengetahuannya.

Selesai bersiap, Raffael keluar dan tak lupa ia berpamitan pada Rania selayaknya suami idaman. Ia memeluk mesra dan bahkan tak sungkan mengecup bibir istrinya di depan Sena.

Sena hanya bisa mengulum senyum kaku bercampur pias. Hatinya membatin. "Bagaimana reaksi Kakak melihat kemesraan ini?" Sena bergidik kecil setelahnya.

"Aku senang melihat kalian baik-baik saja," ucap Sena setelah kepergian Raffael.

Rania menatap pada istri Elvano Abraham itu. Ia hanya tersenyum kecil seperti biasa, tak berniat mengumbar permasalahan rumah tangganya sekalipun pada kerabatnya sendiri. Hanya Kaira seorang yang tahu bagaimana faktanya.

Selama ini Rania dan Raffael berhasil menciptakan sandiwara pernikahan yang begitu harmonis di depan semua orang.

"Itu berarti ucapan Kakak tidak benar yang bilang kalau kalian sedang bertengkar hebat karena suamimu ketahuan selingkuh."

Dari awal kedatangan Sena, Rania masih bisa bersikap tenang. Namun sekarang, ia terkejut atas perkataan Sena.

Rania melupakan, jika saat ini tak hanya Kaira, tapi ada si manusia dingin yang tidak sabaran yang sudah mengetahui bagaimana kondisi rumah tangganya.

Menyadari keterkejutan Rania, Sena merasa tidak enak hati. "Kakak ada di bawah." Sena nyengir pada Rania. "Dia menjaga twins dan memintaku untuk ke sini memeriksamu."

Mengetahui Rexi berada di basement. Awalnya Rania hendak mengabaikannya. Tapi pria itu tidak hanya mengirim adiknya, ia terus meneror Rania dengan mengirimkan pesan singkat ke ponsel wanita itu. Bersama Sena akhirnya Rania turun ke basement. Setidaknya untuk bertemu dengan keponakan kembarnya yang sudah berusia dua tahun lebih.

Saat Rania dan Sena turun ke basement, mereka tidak menyadari bahwa sedang diawasi oleh seseorang dari kejauhan.

"Istri Anda pergi bersama seorang pria, Tuan," laporan itu dikirim langsung ke sang majikan, membuat hati Raffael terbakar dengan api cemburu saat mengetahuinya.

"Siapa pria itu?" Raffael mengetikkan pesan singkat ke ponselnya, menunggu jawaban dari orang kepercayaannya.

Raffael merasa seperti telah dikhianati oleh Rania. Ia tidak percaya bahwa Rania bisa berbohong kepadanya seperti ini. Apakah ini alasan sebenarnya Rania meminta berpisah?

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu seumur hidupku!" tekad Raffael dengan meremas ponsel yang ada di tangannya.