Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Kak Dani
Ganesa memejamkan matanya, bersamaan dengan lelehan tangis yang membasahi pipinya.
"Katakan, siapa dia? Kakak tidak akan membiarkan dia selamat," ucap Ardani tampak menatap ke arah adiknya yang begitu sedih.
"Aku tidak mengenalnya," jawab Ganesa dengan ketus.
"Jangan bohong! Kakak bisa melakukan apapun untuk menemukannya," ucap Dani.
"Aku tidak mengenalnya, apa belum jelas juga kak?" tanya Ganesa dengan sorot mata yang kesal.
Dani tersenyum sinis, ditatapnya wajah Ganesa yang pucat itu.
"Oke, aku cari dia sampai ketemu dan menikahkan kalian sekarang juga," ucap Dani sambil menatap ke arah Ganesa. Dani berdiri dan hampir saja melangkah. Emosi merajai hatinya.
Ganesa tampak membelalakan matanya, bagaimana bisa kakaknya menyebalkan sekali? Bukan menanyakan bagaimana kabar, malah membuat dirinya kesal.
"Kakak jangan konyol, aku tidak mengenalnya. Kakak memintaku untuk menikah dengan dia? Aku tidak mencintainya kak. Bahkan aku membencinya," ucap Ganesa dengan emosi yang sama.
Dani menghela napas panjang dan memegang dua pundak adiknya.
"Cinta? Harusnya kau tau Nes, saat ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan perkara cinta!" ucap Dani.
"Lagi pula kau tau, bagaimana keluarga Rian, orang yang kamu cintai tidak menyukaimu. Lalu, ditengah kejadian ini, apa masih kamu mau meneruskan semua?" tanya Dani dengan menggebu.
Dia tau Ganesa masih syok, bahkan keadaan adiknya baru saja membaik. Tapi baginya kejadian yang menimpa Ganesa tidak bisa dianggap sepele. Dia sangat menyayangi adiknya, dia tak mau sesuatu terjadi.
Ganesa tampak terisak, apa yang dikatakan kakaknya memang benar. Lalu, apa yang harus dilakukan? Bahkan, dia tak tau harus bagaimana. Melepas Rian?Tapi dia sangat mencintainya. Mempertahankan? Tapi dia tak pantas.
Ganesa memejamkan matanya, hatinya terasa sesak.
"Aku juga tidak ingin Rian mendapatkan sisa sepertiku kak, jadi tolong jangan bicara apapun tentang ini. Aku tidak akan menikah dengan siapapun!" ucap Ganesa.
Deg
Dani menghela napas panjang, dia menatap ke arah Ganesa yang tampak sangat terpukul. Dia mendekat dan mengusap air mata yang membasahi wajah adik tercinta. Dia tau dia salah, memaksakan Kehendak pada Ganesa. Mungkin tidak seharusnya dia emosi.
"Maaf, kakak terlalu keras. Kau tau Nes, kakak sangat menghawatirkanmu. Kakak tidak ingin kamu terluka lebih dari ini Nes," ucap Dani.
Ganesa menganggukan kepala, dia menatap kakaknya dan tersenyum.
"Aku tau itu Kak, kakak melakukan ini karna sayang padaku. Bahkan pasti kakak khawatir mendengar kabar aku dirawat. Aku harap kakak tidak marah, dan semoga Allah SWT tidak marah karena kekhilafanku," ucap Ganesa sambil memaksa tersenyum.
Dani meraih Ganesa dalam dekap hangatnya, dia mencoba untuk memberikan kenyamanan pada adiknya itu.
"Kakak sangat khawatir, bahkan kakak sampai tidak sabar ke sini dan meninggalkan kakak iparmu," ucap Dani.
"Maafkan aku Kak," ucapnya.
"Kamu tidak salah, kakak yang salah tidak menjagamu dengan baik," ucap Dani.
"Tidak, ini salahku sendiri," ucap Ganesa.
Dani mengehela napas panjang.
" Apa sudah lebih baik?" tanya Dani.
Ganesa mengangguk pelan.
"Tapi kata Nala kau tidak mau makan, apa perlu kakak menyuapimu?" tanya Dani sambil melepas pelukan adiknya.
Ganes menggeleng pelan. Mungkin kakaknya memang sangat posesif, tapi itu adalah bentuk kasih sayang untuk adiknya.
"Ayolah makan Nes," Dani menyuap sesendok bubur. Ganesa menggeleng pelan lagi.
"Jangan memaksa," ucapnya. Dani tampak prustasi.
"Makanlah, sebentar lagi papa dan mama pasti datang. Jangan membuat mama semakin bersedih melihat keadaanmu," ucap Dani.
Deg
Ganesa tampak memejamkan matanya, menenangkan hatinya. Mama dan papanya datang?
"Mama dan papa tau hal ini?" tanyanya lagi. Dani menghela napas dan menatap ke arah Ganesa.
"Hem, mereka sangat menghawatirkanmu," ucap Dani. Dani menyodorkan sesuap bubur pada Ganesa.
"Aku tidak mau disuapi, tapi aku mau kakak membelikan aku martabak telur," ucap Ganesa. Dia tak mau mamanya semakin bersedih, makanya memutuskan untuk makan.
Dani tersenyum dan menatap adiknya.
"Oke, kakak akan membelikan. Tunggulah," ucap Ardani. Ganesa tampak tersenyum.
Dani segera beranjak dan keluar dari ruang rawat Ganesa.
Ganesa memejamkan matanya, sesak menyeruak di dadanya mengingat apa yang dia alami. Ganesa memutuskan untuk turun. Dia mendorong tiang infus untuk keluar. Dia menuju ke balkon kamar rumah sakit. Ditatapnya pemandangan yang indah, Ganesa berdiri dan menatap ke arah luar sana.
Tak lama dari itu, suara seseorang membuka pintu tampak terdengar dalam telinganya.
"Kak, apa ada yang ketinggalan? Kenapa kembali lagi?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...